8. Tersedak bakso

1.3K 91 1
                                    

Ray yang baru saja menyuapkan bakso ke mulutnya sontak tersedak karena terkejut begitu seseorang dari arah belakang menepuk pundaknya keras. Dia memukul-mukul dadanya karena bakso sebesar biji durian nyangkut di tenggorokannya.

Matan Ray kini sudah berair dengan mulut mangap-mangap. Ray tersiksa dengan oksigen yang tersendat sekaligus pedas dari bakso. Ketika dirasa paru-parunya semakin menyempit, sebuah uluran tangan memeluknya dari belakang disertai bisikan halus yang membuat sekujur tubuhnya merinding.

"Tenang. Sekarang, condongkan badanmu agak kedepan!"

Bagaikan terhipnotis, Ray mengikuti suruhan suara itu sampai sebuah tangan meraba dan menekan kuat perutnya.

dan ... pluk.

Bakso yang nyempil di tenggorokan Ray keluar menggelindir di tanah.

Ray melotot kesal pada pelaku yang sudah membuat baksonya gugur di makan. Ingin marah, tapi sayang buang tenaga. Akhirnya dia acuh memakan kembali bakso yang masih ada dimangkok.

"Sendirian aja. Saya temenin deh." Elli berkata santai dan langsung mendudukan pantatnya seolah tidak pernah terjadi apa-apa. "Keliatannya enak banget itu bakso?" Elli bertanya basa-basi.

"Gak tau diri. Harusnya minta izin dulu, baru boleh duduk. Itupun kalau udah diizinin." Ray menjawab sewot. Tentu dia masih marah pada Elli yang tadi hampir membunuhnya. Bagaimana tidak, telat sebentar lagi Ray yakin dia akan dilarikan ke Rumah sakit. Dan lebih memalukannya, gosip Ray si anak most wanted SMA Bakti yang dilarikan ke Rumah Sakit akibat tersedak bakso.

Ray bergidig, idih gosip apaan tuh? Jijik banget.

Elli hanya menanggapi dengan tawa. Dia sendiri mulai sibuk menyantap bakso yang baru saja sipenjual hidangkan. "Mang, bayarnya gabungin aja sama nih bocah!" Elli menunjuk Ray yang duduk di hadapannya.

"Jangan panggil gue bocah, Elli!" Ray mendesis jengkel. Dia melirik kanan kirinya, dirasa tidak ada yang mendengarnya barulah Ray bernapas lega. "Tapi makasih sudah mau bayarin bakso gue." Ray nyengir senang.

"Idih. Bukan saya yang bayar, tapi kamu." Elli menunjuk Ray dengan polosnya. "Masa laki-laki mau dibayarin perempuan?" Elli tertawa pelan melihat wajah merengut bocah SMA didepannya.

"Gak asik, lo." Ray kembali merengutkan wajahnya. Rasa senang tadi ternyata bentuk PHP dari Elli. "Gue kira uang jajan hari ini bakal aman." Gumamnya pelan.

Elli tertawa makin ngakak. "Perhitungan banget, sih. Orang kaya, kok sayang ngeluarin uang, heran deh!" Elli menggeleng tak habis pikir. "Kaya saya dong. Walaupun uang pas-pasan, tapi kalau soal sedekeh nomer satu." Dengan banggan Elli menepuk-nepuk dadanya.

"Iyain aja, biar lo senang." Ray menjawab acuh dan kembali memakan baksonya.

Elli mengangguk makin bangga. Dia melihat kana kiri banyak siswi yang melirik ke arahnya, lebih tepatnya Ray. "Ternyata kamu populer juga, ya."

Ray menyugar rambutnya bangga. Dia menaikan dagu keatas sambil melipat tangan di dada agar terkesan beraura Raja. "Gue itu Most wanted nya SMA Bakti, wajar dong kalau gue populer."

"Cielah anda kata Most wanted, baru putus cinta aja larinya pengen mati." Elli mengejek Ray yang tengah berbangga hati mengagumi kepopulerannya.

"Woi!" Ray melotot ke arah Elli. "Sekata-kata lo bilang gue bunuh diri. Dari mana loe dapat berita itu?" Ray menjawab sewot. Awas saja kalu Elli menyebar fitnah yang dapat menurunkan kepopulerannya.

"Lah, bukannya waktu itu kamu masuk rumah sakit karena urat nadi ditangan putus? Secara kebetulan juga, kamu baru diputusin sama pacarmu." Elli menjawab bingung.

Ray menaruh sendok pada mangkok dengan sedikit membantingnya. "Kok, lo nyimpulinnya gitu. Gue masuk Rumah Sakit emang karena urat nadi putus. Tapi, bukan disengaja. Waktu itu gue jatuh dari motor dan entah gimana ceritanya karena gak inget, di tangan gue udah ada kaca nancap."

Ray menjelaskan kronologi kecelakaannya waktu itu dengan sedikit sewot. Enak aja, orang tampan seperti dirinya dikatai mau bunuh diri hanya karena diputusin pacar. Asal tau saja, Ray ini bisa mendapatkan perempuan seperti apapun hanya dengan satu kedipan mata.

"Berdasarkan feeling aja, sih." Elli menjawab sambil menggaruk belakang telinganya. Elli meringis tak enak karena sudah salah menyimpulkan dan mengartikannya sendiri. Untung dia belum menggosipkannya dengan Momo, Elli mengelus dada merasa bersyukur.

"Feeling loe jelek banget." Ray masih sewot saat berbicara. Dia gedeg sama Elli yang menuduhnya macam- macam. "Lagian, dari mana juga loe tau gue baru putus." Ray bertanya heran. Pasalnya ada aja berita tentang dirinya yang sampai ketelinga Elli.

"Oh, kalau itu mah mamah kamu yang bilang." Elli cengengesan karena tak enak hati menjual Tante Mita--mamahnya Ray. Tante Mita bilang Elli harus merahasiakan perihal putusnya Ray dengan pacarnya karena gak mau anaknya tersebar gosip gak mengenakan kalau ternyata anaknya yang ganteng abis baru diputusin sama pacarnya, terlebih pacarnya memilih lelaki lain yang menjadi selingkuhannya. Padahal mah, Tante Mita salah tempat kalau curhat masalah rahasia sama Elli. Elli kan si Ratu gosip.

Ray bedecak kesal, kenapa dia bisa punya mamah bermulut ember. Untung Ray enggak gitu, Alhamdulillah.

"Saya cariin kamu ke mana-mana, ternya malah ada di sini."

Suara jutek seseorang yang Elli kenali terdengar dari arah belakangnya. Perlahan Elli membalikan badannya. Elli tersenyum paksa melihat seseorang itu kini tengah menghunuskan laser kearahnya.

"Maaf Dok. Udin, aku keasyikan ngobrol sambil makan bakso."  Elli meringis tidak enak. Dia mearasa sedikit bersalah telah melupakan tujuannya datang kesini yaitu untuk membantu semua keperluan Rudy selama ngisi seminar. Cepat-cepat Elli kembali memasang cengiran andalannya dan menengok kearah Ray. "Terima kasih traktirannya. Kalau ketemu dijalan, jangan sungkan menyapa."

"Iya." Ray menjawab malas.

"Kami duluan." Rudy mengangguk sedikit ke arah Ray.

Ray ikut menganggukan kepalanya. " Hati-hati di jalan!"

Setelah mengangguk, Rudy melangkahkan kakinya ketempat mobilnya diparkir.
Sedangakn Elli mengikutinya setelah memberikan salam pada Ray. Terlihat Elli berlari kecil untuk mengejar langkah lebar Rudy. Setelah mereka melangkah sejajar, tak sungkan Elli melingkarkan tangannya pada lengan Rudy. Mereka berbicara sebentar sebelum masuk ke dalam mobil.

"Sebenarnya gue bingung. Elli dan Dokter Rudy itu pacaran atau apa? Setau gue, Dokter Rudy itu ramah dan sangat menjaga sikap. Namun, kenapa barusan gue melihat tatapan cemburu di matanya untuk Elli." Ray bermonolog sendiri.

Ray tersenyum kecil ketika melihat Elli melambaikan tangan dengan heboh ke arahnya sesaat sebelum masuk kedalam mobil. Kalau boleh jujur, dia nyaman ngobrol bareng Elli.  Malah waktu di Rumah Sakit dia memang sengaja menyuruh kedua orang tuanya agar tidak sering menemaninya agar dia sering diperhatikan Elli.

Setelah Ray membayar total bakso yang dia makan bareng Elli. Matanya tak sengaja melihat Rima, teman sekelasnya lagi cemberut duduk sendirian di kantin. Ditangannya ada Raport yang sudah tak berbentuk karena remasan tangannya. Mengedikan bahu, Ray berjalan santai sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.

***

Status Rahasia Where stories live. Discover now