Bab 42. Akan datangnya seseorang

909 54 0
                                    

Merasa dorongan kuat dalam dirinya, buru-buru Rudy melepaskan pelukan Elli. Dia berdehem karena kikuk di tatap sebinar itu oleh Elli. Jujur saja, di matanya Elli sangat cantik dengan mata berbinar seperti itu. Ada rasa ingin lebih dari sekedar pelukan saja, tapi saling memberi rasa satu sama lain dengan meleburkan diri.

Rudy mencoba menahan gejolak dalam dadanya. Ini salah, sebelumnya dia tidak pernah merasakan ketertarika sekuat ini pada seorang wanita. Ternyata beda halnya kalau itu istri sendiri, wanita yang halal dia sentuh.

Elli menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Dia heran, kenapa Rudy memandangnya selekat itu? Apa karena dia memeluk Rudy tanpa ijinnya dulu? "Dok. Udin ini kenapa? Kok lihat aku kaya orang yang punya motovasi tersembunyi gitu?"

"Emang punya, kok." Rudy menjawab jahil.

"Apa?"

"Mau makan kamu."

"Emangnya aku ayam kecap mentega, pakai acara dimakan segala." Elli menjawab tidak berdaya.

Rudy hanya tersenyum penuh arti. "Pasti enak, kamu mau?"

"Mau ayam kecap mentega?" Elli balik bertanya dengan binar senang.

Rudy tertawa, eunggan meneruskan ucapan ngawurnya. "Nanti malam ada undangan untuk acara pesta annifersary teman saya. Mereka ngadain party bertema Frozen, karena anaknya begitu menyukai karakter Elsa dalam film itu. Kamu mau ikut?"

"Em, ada kemungkinan orang-orang di sana mengenal aku tidak?" Elli bertanya khawatir.

Rudy yang mengerti kekhawatiran istrinya ini tersenyum menenangkan. "Kemungkinan enggak. Soalnya teman saya itu baru-baru ini pindah ke Indonesia, asal dia dari Amerika."

"Teman kuliah?"

"Benar. Jadi, kamu mau ikut?" Rudy kembali mengulang pertanyaannya.

Mengingat-ngingat kembali, rasanya Elli belum pernah pergi ke pesta seperti itu. Selalunya, dia hanya menghadiri pernikahan teman-temannya di kampung saja. Dia merasa tidak ada salahnya sesekali merasakan pesta ala orang kaya, pasti seru pikirnya. "Ok."

"Berarti kita nanti belanja baju dulu untuk kamu dan saya, setelah itu baru kita langsung pergi ke tempat dilangsungkannya party." Rudy menjelaskan rencannya sebelum pergi ke acara anniversary temannya itu.

"Oh, gak perlu. Soalnya mamah waktu itu ada belikan baju bagus, kayaknya cocok untuk pesta." Elli menolak usul Rudy. Namun, sejurus kemudian dia menggeleng karena merasa usul barusan sangat merugikannya. Kapan lagi coba berkesempatan membeli baju, ditraktir pula. "Tidak, tidak, tidak. Aku rasa kita lebih baik belanja baju dulu, Dok. Udin yang bayarkan?"

"Iya, saya yang membayar." Rudy menggeleng kecil dengan kelabilan Elli. Sebentar menolak, sebentar lagi menyetujui. Dasar.

"Ok, berarti nanti sore sepulang dari rumah sakit kita belanjanya." Elli cungar cengir karena sudah punya rencana tersendiri saat berbelanja nanti.

Tidak ingin menebak apa yang ada di pikiran istrinya ini, Rudy memilih pura-pura tidak melihat Elli yang cungar cengir sendiri begitu. Elli dan pemikiran absrudnya sudah lebih dari cukup untuk membuat Rudy menahan napas sabar.

Elli bangkit berdiri membuat Rudy mengernyit heran. "Mau ke mana?" Rudy menangkap pergelangan tangan Elli.

"Ada pemeriksaan pasien."

Rudy melepaskan cekalan tangannya. Namun, sebagai gantinya dia menarik pinggang Elli sampai tubuhnya berada di antara dua kaki Rudy.

Rudy mendongak ke arah Elli yang tengah menunduk. "Kasih vitamin dulu! Saya lemas, gak punya tenaga."

Status Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang