15. Siapa Amelia?

1.2K 84 4
                                    

Elli menelan saliva susah payah ketika tatapan matanya bertemu dengan Nyonya Devi Saswito, pemilik Rumah sakit Kasih Ibu sekaligus Ibu Mertuanya.

Tatapan tak percaya Nyonya Devi berubah menjadi picingan mata. Matanya menatap antara Rudy dan Elli bergiliran. "Kalian udah tidur seranjang dari kapan?"

Rudy acuh, dia malah lebih pokus pada berkas semalam yang belum terselesaikan karena tergoda untuk segera tidur. Melihat itu, Elli mengutuk Rudy dalam hati. Dasar!

"Mana ada dari kapan." Elli menatap Nyonya Devi Saswito dengan pandangan memelas. "Kami baru tidur seranjang tadi malam dan tidak ngapa-ngapain kok, bener." Elli buru-buru menjelasakan takut mamah Mertuanya ini menyangka yang tidak-tidak.

"Masa sih." Nyonya Devi melipat tangan di depan dada. Dia agak tidak percaya kalau suami istri yang sudah tidur seranjang bisa samapai tidak melakukan sesuatu apapun.

Diam-diam Nyonya Devi melirik Rudy yang tengah berkutat dengan berkasnya. Nyonya Devi tidak dapat untuk tidak berpikir, apakah Rudy masih menunggu Amelia.

Nyonya Devi melambaikan tangannya menyuruh Elli mendekat. Setelah Elli berada di sampingnya, Nyonya Devi mematut penampilan menantunya. Dia menggeleng tak habis pikir saat mencium aroma deodoran daripakaian Elli. "Ayo kita belanja!"

"Elli sebentar lagi masuk jam kerja." Rudy menyela sebelum Elli menjawabnya.

Nyonya Devi melirikan matanya sinis ke arah anak semata wayangnya itu. "Mamah yang punya Rumah Sakit ini. Kamu berani menentang Mamah?"

Rudy hanya menghembuskan napas pasrah dengan sipat Mamahnya ini. Rudy hanya takut Elli mendapat masalah karena akan berdampak pada nilainya. "Mamah, Elli ini masih Koas. Kalau sampai nilainya berkurang bagaimana?"

"Ya, kamu kasih nilai bagus dong. Dia kan istri kamu, masa sama istri sendiri aja pelit." Nyonya Devi tetap keukeuh ingin membawa Elli keluar.

Sekali lagi Nyonya Devi melihat penampilan Elli. Dia merasa miris dalam hatinya begitu menyadari menantunya ini begitu terlihat sederhana. Sebagai menantu keluarga Saswito, harusnya Elli dapat merasakan kenyamanan hidup di dalamnya. Namun, karena beberapa paktor, Elli dan Rudy harus menyembunyikan dulu perihal pernikahannya.

"Maafin mamah, ya." Nyonya Devi menitikan air matanya. Dia mengusap pundak Elli pelan. Nyonya Devi begitu merasa bersalah pada Elli yang harus menanggung semua ini karena masalah dalam keluarganya.

"Mamah nangis?" Elli berucap khawatir. Buru-buru dia mengambil tisu yang tersedia di atas meja Rudy. "Kenapa?" Elli berkata sambil menyeka air mata dari pipi Nyinya Devi.

Rudy pun yang tengah menandatangani berkas sontak mengankat kepalanya begitu mendengar Elli mengatakan Mamahnya itu menangis. Kurang lebih Rudy mengerti kenapa Mamahnya itu sampai meminta maaf dan menangis pada Elli.

"Mamah merasa bersalah sama Elli. Kalau saja waktu itu Rudy dan kamu tidak di paksa menikah, pasti kamu tidak akan menjalankan pernikahan semu ini."

"Semu!" Rudy sontak berdiri dan hampir saja berteriak di depan Ibu yang melahirkannya. Apa-apaan maksud Mamahnya ini, memangnya Elli semenderita apa karena telah menyandang status nyonya Hoerudin? Rudy kira Mamahnya menangis tadi karena merasa bersalah telah menempatkan Elli di situasi sulit, nyatanya karena menyesalkan atas pernikahannya dengan Elli.

Nyonya Devi bodo amat dengan reaksi Rudy yang seolah tidak terima. "Elli, walaupun mamah bukan mamah kandungmu tapi percayalah mamah sangat menyayangimu. Terlepas dengan statusmu, kamu akan tetap menjadi putri kesayangan mamah. Ingat itu!"

"Aku...kurang paham dengan arah pembicaraan mamah." Elli menggaruk belakang telinganya bingung.

Tanpa menjawab kebingungan Elli, kini Nyonya Devi beralih menatap anaknya. "Rudy, mamah tau kalau kamu belum bisa menerima Elli sepenuhnya. Mamah juga tau kalau kamu masih mengharapkan Amelia. Tapi kamu harus ingat, sekarang ada Elli yang sudah berstatus istrimu. Lupakan Amelia lalu mulailah menerima Elli apa adanya." Nyonya Devi menatap Rudy lembut.

Status Rahasia Where stories live. Discover now