Bab 35. Selidikan Mande

904 63 1
                                    

"Kemana aja lo, kemarin?"

Elli yang akan memasukan kunci pada pintunya langsung menoleh kearah Mande yang seperti biasa tengah mengelap si jago, motor ninja kesayangannya.

"Diajak keluar sama Nyonya Devi, Direktur rumah sakit. Kenapa emang?"

Mande menghentikan sejenak acara mengelap si jago, "gak." Kemudian dia melanjutkan lagi pekerjaannya.

Elli memicing curiga. Mande hari ini begitu lain dari biasanya. Ada yang salah, tapi apa itu? "Lo hari ini jadi agak pendiam. Sariawan, ya?"

Mande tidak menggubris candaan Elli. Dia malah lebih memilih mengajukan pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya. "Maaf kalau gue terkesan ikut campur, tapi ada hubungan apa lo sama Dokter Rudy Hoerudin itu?"

"Kenpa lo nanya lagi masalah itu? Gak kreatif amat, lo."

"Gue lihat lo kemarin waktu di mall lari-larian sama Dokter Rudy dan tante-tante, kemudian lo masuk kedalam mobil milik Dokter Rudy." Rudy memang saat itu tengah menemani Riri, gebetan barunya belanja baju.

Melihat Elli yang ada di mall saja adalah hal yang tidak Mande percayai, apalagi ini bersama Rudy dan wanita paruh baya. Bukan Mande cemburu, hanya saja Mande khawatir pada teman sekaligus tetangga kostannya Ini saat melihat ada dua orang laki-laki yang memotret Elli dan wanita paruh baya sebelum Rudy datang.

Mande tau wanita paruh baya itu adalah Direktur utama tempat Elli Koas, Nyonya Devi Saswito. Wanita kaya raya karena harta peninggalan suaminya yaitu Tuan Saswito. Dikabarkan Nyonya Devi Saswito mempunyai seorang anak yang sengaja disembunyikan karena khawatir dengan musuh-musuh Almarhum suaminya yang mengincar anaknya demi menjatuhkan keluarga Saswito.

Keluarga itu bermasalah, kalau sampai Elli ada hubungannya dengan mereka Mande khawatir si ceroboh ini akan terseret kedalamnya.

Bukannya Mande sok tau, tapi sudah lama dia mencurigai anak dari nyonya Devi Saswito dan Almarhum tuan Saswito adalah Rudy Hoerudin. Mungkin orang lain tidak tau, tapi Mande mengetahui kalau anak nyonya Devi dan Almarhum suaminya mempunyai kelainan Melanin atau Albino.

"Oh, lo lihat." Elli sedikit terkejut, hanya sedikit karena dia sudah tidak takut lagi ketahuan kalau sebenarnya sudah menikah dengan Rudy.

"Gue udah nyangka dari lama kalau Dokter Rudy itu anaknya nyonya Devi pemilik rumah sakit tempat lo magang. Kalau lo sampai ada hubungan dengan mereka, lo akan dalam bahaya. Orang kaya selalu banyak musuh yang ingin menjatuhkannya. Kudu hati-hati, lo!"

Elli memicingkan mata. "Dari mana lo tau kalau Dok. Udin itu anaknya nyonya Devi pemilik rumah sakit?"

Mande diam eunggan menjawab pertanyaan Elli. Dia awalnya memang belum yakin 100% kalau Rudy itu anaknya nyonya Devi, tapi  setelah melihat Rudy kemarin datang untuk menjemput Elli dan nyonya Devi, keyakinan Mande bertambah. Malah terkesan Rudy sudah mengetahui kalau nyonya Devi dan Elli itu tengah diincar seseorang.

"Lo, kok bengong?"

Mande melirik Ell agak sangsi. Sebenarnya Elli ini tidak burik-burik amat bila mau dandan dan sedikit memperhatiakan penampilannya, hanya saja keacuhannya pada kebersihan berada di tingkat terbawah para gadis yang Mande kenal. Jadi bukan tidak mungkin Rudy si Dokter ganteng sejuta pesona bisa menyukainya. Apalagi Elli ini cukup asyik diajak bicara. Ya, kecuali satu kebiasaan buruknya, suka minta makan.

"Lo, lupa kalau koneksi gue luas. Walaupun gue ogah ngakuin, tapi lo itu udah gue anggap saudari sendiri. Lo suka ama tuh Dokter ganteng. Maka sebagai saudara sekaligus tetangga terbaik lo, dengan baik hatinya gue nyelidikin asal usul Dokter Rudy."

Elli melotot shock. Dia tidak tahu kalau selama ini Mande sudah menyelidiki Rudi. Apa kecurigaannya dulu tentang hubungannya dengan Rudy karena sudah menyelidiki dari awal? "Lo ..., dari kapan nyelidiki Dok. Udin?"

Mande menggulirkan matanya keatas. Dia mengingat-ngingat kapan waktu pertama kali berinisiatif untuk menyelidiki Rudy. Oh, Mande menjentikan jarinya begitu mengingat. Itu terjadi saat Elli mengangkat telpon dari nama di Handphon-nya 'Duniaku si super sexi'. "Dari hari saat lo ngangkat telpon dari Hp yang lo kasih nama alay bin jelek itu."

Berarti Mande belum lama menyelidikinya. Elli mangut-mangut mengerti. "Kok, lo gak ada kasih tau gue?"

"Buat apaan." Mande mendelik sinis. "Lo aja gak ada kasih tau siapa itu si duniaku si super sexi."

Elli manyun. Mande ini, selalu saja bikin dia kesal. "Lo nyelidikin orang sembarangan, bisa kena sangsi pelanggaran hak privasi lo. Mau?"

Mande hanya mengedikan bahu acuh. Dia lanjut mengelap si jago tanpa mempedulikan Elli yang memandangnya kesal.

"Gue tau niat lo baik, Mande. Namun, sebaiknya apa yang lo lakuin itu harus ada alasan yang jelas. Lo nyelidikin identitas Dok. Udin, tapi lo tau tidak dampaknya ke elo apa? Jangan samapai niat baik lo jadi bumerang buat diri lo sendiri." Elli menghembuskan napas kasar. "Sebenarnya gue marah saat tau lo bertindak sampai sejauh ini demi gue."

Mande melempar lapnya pelan pada jok motor, sepenuhnya kini dia menghadap kearah Elli. "Gue udah bilang. Lo itu udah gue anggap saudari sendiri. Kalau lo sampai ada dalam masalah, gue yang pertama kali akan bantuin lo. Termasuk sama orang yang deketin lo, gue harus yakin kalau orang itu baik dari bobot, bebet, bibitnya."

Kalau Mande tau gue bahkan udah nikah sama Dok. Udin, sudah dipastikan nyerocosnya lebih dari ini. Elli membatin  malas. "Kebaikan lo bikin gue malah curiga. Sebenarnya lo suka kan sama gue?" Elli memicing curiga.

"Ujugile ..., Mande menggelengkan kepala tak habis pikir. "lo pikir gue mau sama perempuan modelan kayak, lo. Butuh mikir puluhan ribu kali kalau gue mau jadiin lo sukanya gue. Idih, pede abis lo."

Karena kesal, Elli melempar Mande menggunakan kunci yang dia pegang sampai mengenai mata sebelah kirinya. Elli ngakak begitu Mande menjerit kesakitan. "Syukurin. Jadi laki kok mulutnya lemes bener."

"Udah jorok, pemalas, ceroboh, jorok lagi. Untung lo hidup. Kalau kagak udah gue lempar tai, lo." Mande meringis saat membuka mata ada bercak cahaya samar-samar.

"O, iya. Ngapain lo di mall kemarin?" Elli bertanya penasaran.

"Gue lagi nemenin si Riri belanja baju. Di sana gue lihat lo lagi nyoba pakai baju baru." Mande menjawab sambil mengusap matanya yang agak perih.

"Si Riri anak hukum?"

Mande mengangguk.

"Gebetan baru, lo?"

Lagi, Mande mengangguk.

Elli menggeleng takjub. "Cepet amat lo dapat gebetan baru. Si Desi lepas, eh nyantol ama yang lebih cakep. Wajah lo ternyata tidak semenyedihkan  yang gue kira. Buktinya masih ada yang mau ngajak lo jalan." Elli terkiki saat Mande mendelikan matanya.

"Yang benar, pesona wajah baby face gue tidak dapat mudah ditolak. Satu lepas, seribu tumbuh." Mande tertawa bangga sambil mengelus dagunya.

"Nah, perempuan yang kata lo bening dan keibuan itu di kemanain. Gak lo deketin juga?" Elli teringat dengan perempuan yang pernah Mande ceritakan saat dia suruh nahan Rita. "Padahal kalau gak jadi, tadinya gue mau jodohin lo sama si Momo."

"Momo?" Mande mengernyit heran. "Maksud lo si Monalisa anak kedokteran yang magang di rumah sakit sama dengan lo?"

"Yups." Elli menjentikan jari sambil mengangguk membenarkan.

"Dia cantik sih, tapi kelihatan cewe baik-baik. Takut gue kalau sampai nyakitin hatinya."

"Justru bagus dong kalau si Momo baik." Elli menjawab keheranan.

"Untuk saat ini gue masih mau main-main, lah. Belum ada kesiapan untuk ke yang lebih serius. Kalau nanti akhirnya gue putus, sama aja dong gue udah nyakitin si Monalisa."

Elli berdecak malas. "Elah. Dasar Sunadin. Kegantengan amat, lo. Mikir sampai nikah segala, belajar yang bener dulu sana!

Mande mengacungkan jempol, tidak lama dia tertawa licik saat satu rencana masuk kedalam otak pintarnya. Dengan santai dia masuk kedalam kamar kostannya dengan kunci Elli yang masih dia pegang.

Elli yang baru sadar kalau kuncinya masih bersama Mande sontak meneriaki Mande agar memberikan kuncinya dulu. Namun, seolah tuli pintu kostannya Mande tidak terbuka lagi.

"Kampreeet. Mande, balikin kunci kamar gue."

***

Status Rahasia Where stories live. Discover now