12. Di bawah tangga darurat

1.5K 98 2
                                    

Begitu keluar dari Wc, Elli sudah menemukan Rudy yang tengah menyandar pada tembok dekat tangga darurat. Elli berniat menghindarinya karena masih malu dengan kejadian tadi pagi, namun sebuah rangkulan sudah membawanya terlebih dahulu menuju bawah tangga yang jarang sekali orang lewati.

"Mau sampai kapan kamu menghindari saya?" Rudy bertanya setelah melepaskan rangkulannya pada pundak Elli.

Elli menutupi wajahnya menggunakan telapak tangan kanannya, sedangkan telapak kirinya mencengkram erat ujung jas almamater yang dikenakannya. "Aku masih malu tau."

Tidak tahan dengan sikap Elli yang menggemaskan, Rudy membuka telapak tanga Elli dan membawanya kedepan mulutnya. Dengan santai Rudy mencium punggung tangan Elli sebanyak tiga kali sampai terdengar suara muah. "Maaf yang tadi pagi, saya refleks mengucapkan ada belek di matamu. Saya gak tau kalau kamu bakal semalu ini!" Rudy mengerling jahil membuat Elli merengut kesal sambil menarik tangannya kasar sampai terlepas dari pegangan Rudy.

"Dok. Udin minta maaf beneran apa lagi ngeledek?" Elli manyun sambil melipat tangan di depan dada. Kesal karena Rudy malah membahas soal tadi pagi yang sudah membuat mood-nya anjlok seharian ini.

"Beneran loh saya minta maafnya. Kok malah dibilang ngeledek?" Rudy mengulum senyum jahil. "Kamu kesal karena tidak jadi saya cium, ya?"

Elli memandang Rudy jengkel. Kan biasanya Elli yang suka menggoda Rudy, kok sekarang malah kebalik. "Kalau iya, kenapa?"

Senyum jahil Rudy lenyap. Perlahan segaris senyum tipis muncul dari bibir tipisnya. "Apa kamu ingin mendengarkan rahasia saya?" Rudy menatap Elli lembut.

"Rahasia?" Alis Elli terangkat satu. Walaupun sudah menyandang status istri seorang Dokter ahli bedah Rudy hoerudin selama satu tahun,
nyatanya Elli belum banyak mengetahui tentang kehidupan Rudy. Mereka memang menikah, tapi belum pernah benar-benar tinggal se atap.

Dulu sehabis ijab qobul di kampung halamannya, Elli langsung pulang ke Jakarta karena ada panggilan dari Dosen mengenai masalah Koasnya. Sedangkan Rudy yang saat itu ada seminar di kampung Elli, memilih menetap sehari lagi sampai beres. Dan sampai saat ini karena ada alasan tertentu, mereka memilih break sampai keadaan memungkinkan.

"Hm. Kamu tau, bagaimana perasaan saya ketika berada di dekat kamu? Di dekat istri yang sah secara agama dan hukum yang boleh saya sentuh." Rudy membelai pipi Elli pelan. "Sebagai laki-laki normal, saya punya kebutuhan biologis yang ingin terpenuhi. Apalagi yang status saya sudah beristri, tentu memudahkan untuk menyalurkannya. Setiap kita berduaan di tempat sepi, pikiran itu selalu datang seolah menyuruh saya untuk melakukannya bersama kamu. Tapi karena keadaan yang belum memungkinkan kita untuk melebur bersama, sekuat yang saya bisa pikiran itu selalu ditepis jauh-jauh. Saya gak mungkin mengorbankan masa depanmu hanya karena napsu saya semata. Pengendalian diri saya selalu melemah bila dalam situasai intim bersamamu, maka sebisa mungkin saya menghindarinya. Bukan karena tidak ingin, hanya saja saya menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Paham kan?"

Elli menutupi pipinya menggunakan kedua telapak tangannya. Pipinya sudah merona bahkan sampai ketelinga sejak pertama kali Rudy membahas masalah ranjang. Elli malu, tentu saja siapa gadis perawan yang tidak akan malu bila mendengar kata-kata yang langsung membayanginya malam pertama.

"Kenapa ditutupi? Malu?" Rudy perlahan menurunkan kedua tangan Elli dari pipinya. Rudy mengulum senyum karena gemas dengan pipi merah Elli yang terlihat cantik. Tak tahan, Rudy membungkukan sedikit punggungnya sehingga wajahnya sejajar dengan wajah Elli. Cup, Rudy memberikan kecupan manis di pipi sebelah kanan Elli.

Elli yang mendapatkan serangan mendadak hanya bisa tercengang sampai tak sadar tangan kanannya memegang pipi bekas kecupan Rudy. Perlahan pandangan matanya naik menatap mata pucat Rudy yang tengah balik memandangnya. Elli ingin mengatakan sesuatu, namun seakan hilang suara dia hanya bisa membuka mulut dan menutupnya kembali.

Rudy tertawa renyah melihat tingkah konyol Elli yang seperti ikan emas tengah mangap-mangap di air. Gemas, Rudy membawa tubuh Elli kedalam pelukan sambil menggoyangkannya ke kiri dan kanan. "Elli." Rudy mendesis gemas. Tidak ada yang tau bahwa ketika Rudy mengucapkan nama Elli tersimpan makna kata tak berdaya.

Apa yang harus saya lakukan padamu, saya ingin memilikimu seutuhnya sampai orang lain tak bisa walau hanya untuk melihatmu. Rudy membatin dengan senyum aneh tercetak di bibir tipisnya.

Rudy mengurai pelukannya ketika merasakan pergerakan dari gadis dipelukannya. "Kenapa?"

Setelah berhasil meloloskan tubuhnya dari rengkuhan Rudy, Elli merapikan jas almamaternya yang sedikit kusut akibat pelukan Rudy. Dia mendongak menatap Rudy sambil memicingkan mata. "Tadi katanya takut kebablasan kalau melakukan skinsip sama aku. Kok, sekarang maah main peluk dan cium sih?"

"Oh, jadi ceritanya kamu gak suka?" Rudy melipat tangan di dada sambil menyenderkan punggungnya pada tembok.

"Bukan gitu. Kata Dok. Udin tadi kalau dalam situasi intim sama aku, Dok. Udin selalu takut tidak bisa mengendaliakn diri. Kok sekarang bisa?" Elli memicing curiga.

"Jangan-jangan ucapan tadi boh..."

Ucapan Elli langsung terputus begitu Rudy datang mendekat sekaligus menutup mulutnya. Elli melirikan matanya kesamping kiri, ternyata ada OB yang tengah lewat.

Dalam keadaan sedekat ini, Rudy tidak dapat untuk tidak menahan dirinya. Tanpa mengangkat tangannya, perlahan Rudy menunduk dan mengecup punggung tangannya yang berada tepat di atas mulut Elli. Sadar dengan apa yang dilakukannya, buru-buru Rudy pergi meninggalkan Elli yang melotot sambil menyentuh bibirnya.

"ELLI!"

Elli menegang begitu mendengar namanya dipanggil oleh suara yang dikenalnya. Perlahan, Elli membalikan badannya dan menemukan Monalisa yang tengah menatapnya dengan pandangan tak percaya.

***

Status Rahasia Where stories live. Discover now