Bab 37. Disangka selingkuhan

938 66 1
                                    

Saat pintu sudah tertutup kembali, Elli terlonjak begitu mendapati Monalisa tengah bersedekap dada. "Gue lihat apa yang lo dan Dokter Rudy lakuin di dalam."

Elli melirik kanan kirinya, setelah dirasa terlalu banyak orang yang akan mendengar pembicaraannya. Dia menyeret Monalisa masuk kedalam wc umum tempat mereka menggosip.

"Kenapa lo bawa gue kesini?" Monalisa melirik kanan kirinya ngeri. Dia teringat beberapa hari kebelakang saat menyangka Elli kesurupan. Dari hari itu, dia tidak pernah mau lagi menginjakan kaki ke wc ini. Terlalu horor.

"Tempat mana lagi yang aman di rumah sakit ini untuk ajang bergosip kita?" Elli malah balik bertanya.

Karena keadaan wc umum ini yang jarang di lewati apalagi di masuki orang, membuat Elli dan Monalisa betah menggosip tanpa takut di dengar orang.

"Emangnya kali ini rahasia banget, ya?" Monalisa menatap sekelilingnya gelisah. Dia memang penakut, apalagi yang berbau hal-hal mistis seperti hantu. Dan mendapati Elli bertingkah aneh waktu itu, sangat memicu ketakutannya pada wc umum yang sekarang mereka tempati.

"Banget! Ini tentang ucapan gue waktu itu."

"Ucapan yang mana?"

Elli menatap Minalisa ragu. Namun, sekali lagi dia meyakinkan hatinya kalau ini memang jalan terbaik bagi pernikahannya. Maka dari itu, sebagai sahabat. Elli ingin Monalisa yang pertama mendengar tentang status rahasianya dengan Rudy. "Waktu gue bilang tentang marriage. Gue tidak sedang bercanda, malah kalau tidak ada halangan setelah Koas gue selesai resepsi pernikahan akan di gelar."

"Lo ..., serius ngomongin itu ke gue?"

"Gue serius, Momo. Maaf kalau selama ini gue nyembunyiin rahasia dari lo, tapi beneran gue gak bermaksud begitu." Elli menatapi Monalisa menyesal.

Monalisa menggaruk rambutnya bingung. "Rahasia apa yang lo sembunyiin dari gua? Apa itu tentang hubungan gelap lo sama Dokter Rudy?"

"Hah?" Elli mengerjapkan mata bingung. Kenapa jadi hubungan gelap?

"Alah, pura-pura tidak ngerti lagi. Gue udah tau kali kalau lo emang ada affair sama Dokter Rudy. Sebenarnya gue udah curiga dari lama, tapi karena tidak ada bukti jadi kecurigaan gue selama ini hanya disimpan dalam hati."

"Kok lo malah nuduh gue selingkuh sama Dokter Rudy? Kesimpulan dari mana tuh?" Elli menatap Monalisa heran bercampur kesal. Niat hati ingin memberitahu Monalisa tentang pernikahannya yang selama ini sengaja di sembunyikan, eh malah ditiduh selingkuh. Emang dasar Monalisa ini, mau dikasih susu malah balik melempar kotoran. Kampreeet.

Monalisa berdecak sambil bertolak pinggang. Selain pemalas, Elli ternyata juga pelupa. "Lo sendiri yang bilang kalau Dokter Rudy sudah punya istri. Waktu gue tanya, apa lo istrinya?, lo jawab bukan. Berarti yang tadi gue lihat di ruangan Dokter Rudy itu, tak lain dan tak bukan saat ini lo jadi selingkuhannya Dokter Rudy."

Elli mendelikan mata kesal. Si Momo ini memang minta di rukyah, masa dia yang istri sungguhan malah dianggap selingkuhan. "Kapan gue bilang gitu?" Elli tak terima dituduh pernah mengatakan Rudy sudah punya istri yang notabennya bukan dirinya.

"Si Elli ini minta disleding kayaknya." Monalisa mentap Elli greget. "Waktu itu, di lobi rumah sakit. Saat lo curhat sama gue tentang jatah makan lo yang diambil sama si Mande. Masa lo gak ingat? Lo pernah berkata kalau Dokter Rudy itu sudah menikah dan lo juga kenal sama istrinya."

Elli mengingat-ngingat kapan ucapan berupa kebohongan itu tercetus dari lisannya. Begitu ingatan samar tentang waktu itu, Elli menjentika jari. "Oh, waktu itu. He he." Elli cengengesan karena merasa bodoh dengan kebohongannya sendiri.

Dia tentu kenal dengan istri Dokter Dudy Hoerudin, karena memang sosok istrinya itu Elli sendiri. Sekarang dia malah jadi bingung, bagaimana caranya memberitahukan pada Monalisa kalau sebenarnya istri Rudy itu dia. Kalau jujur, sudah dipastikan dia akan menerima akibat lebih dari semburan air dari mulut.

"Idih, malah ketawa dia. Demam, nih anak.

"Lo, mah. Jangan anggap serius ucapan gue waktu itu kenapa. Waktu itu gue hanya refleks saja."

Monalisa memutar bola matanya bosan. "Halah, gue gak percaya. Sekarang mending lo ngaku!"

Elli menggaruk-garuk alisnya, kebiasaan kalau dia lagi bingung. Ayo, mikir. Ayo, mikir. Elli terus mengulang kata itu dalam hatinya. Tidak ada ide yang keluar, Elli menghembuskan napas pasrah. Terpaksa dia harus jujur. "Ok, sebenarnya...,"

"Sebenarnya lo udah punya pacar, kan. Dia Dokter Ruslan. Berhubung lo ada affair sama Dokter Rudy di belakang istrinya dan Dokter Ruslan, jadi lo minta tolong ke gue buat bantuin masalah lo." Monalisa menatap Elli bosan. "Jawabannya, no way." Bahkan kini jari telunjuknya sudah bergerak ke kanan dan kiri berulang kali.

Boleh gak sih jedotin kepala teman sendiri ketembok? Elli mengerang frustasi. "Bisa gak sih, lo jangan potong omongan gue dulu?"

"Potong apaan? Gue udah tau keleus." Monalisa menurunkan tangannya, dia menatap Elli simpatik. "Kenapa lo jadi gini sih, Elli? Gue tau Dokter Rudy itu memang ganteng banget, tapi tidak seharusnya juga lo main belakang dengannya. Ingat, lo juga wanita. Bagaimana perasaan istrinya Dokter Rudy di rumah saat tau suaminya ada main dengan anak bimbingannya sendiri? Pasti hatinya hancur. Lo juga harus memikirkan perasaan Dokter Ruslan. Walau kalian masih dalam tahap pacaraan, tapi tidak membenarkan juga lo menghianatainya begini. Orang itu punya hati, Elli. Apa lo pantas permainkan perasaannya?"

Sekarang napsu Elli untuk menjedotkan kepala Monalisa ketembok makin kuat. "Momo, alias Monalisa. Teman gue yang paling cakep kalau diintip dari sedotan orson, gue gak selingkuh!"

"Ngelak mulu, lo. Sebelum semuanya terlambat, udah tobat aja mending!"

"Tobat apaan? Lo yang banyak dosa, kok gue yang tobat." Elli mencibir ketus. Matanya menajam saat beradu pandang dengan Monalisa. "Lo barusan udah nuduh gue macam-macam, itu udah termasuk kategori fitnah. Nah, dosa itu. Sakit, hati gue. Orang terdzolimi do'a-nya di idzabah. Mau lo gue do'a in yang jelek-jelek?"

"Nuduh apaan? Udah kebukti juga. Ini fakta, fakta." Monalisa tetap kekeh kalau di sini yang salah itu Elli. Senagai teman yang baik, tidak sombong, dan suka menabung, tentu dia harus mengingatkan Elli saat ada di jalan yang salah.

Karena kesal, Elli menarik sekilas tapi kuat rambut panjang Monalisa yang hari ini diikat ekor kuda sampai Monalisa memekik sakit. "Semprul, lo. Gue gak ada hubungan apapun apalagi sampai menjadi pacarnya Dokter Ruslan. Gue juga bukan selingkuhannya Dok. Udin, malah gue yang istri benerannya. Puas, lo."

Brak

Salah satu bilik di kamar mandi yang terdapat di dalam wc terbuka dengan keras. Di sana, Suster Mia menatap Elli terkejut campur horor. Bahkan di tangannya masih terdapat lipstik dan bedak yang dia gunakan selama di kamar mandi untuk merias kembali wajahnya yang sudah agak luntur.

"Apa... benar yang baru saja kamu katakan?"

***

Status Rahasia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang