Bab 34. Elli mau nikah

1.1K 74 0
                                    

Monalisa memiringkan sedikit kepal saat melihat sahabatnya tersenyum-senyum sendiri dari acara keluarnya dengan Nyonya Direktur utama Rumah sakit Kasih ibu, Devi Saswito.

Keheranannya makin menjadi saat Elli meraba-raba bibirnya, setelah itu dia akan terkiki sendiri. Monalisa jadi merinding sendiri saat melirik kanan kirinya menyadari hanya ada dirinya dan Elli di wc sekarang. Apa Elli kerasukan setan gayung? Pikirnya mulai ngawur.

"Kenapa sih, kita sering banget kebetulan di wc berduaan gini?" Monalisa mengusap belakang lehernya takut. Dia berdo'a dalam hati, semoga segera ada orang yang masuk menyelamatkannya dari kehororan sekarang. Melihat Elli yang terkikik sendiri tanpa ada sebab yang jelas, membuat Monalisa diteror ketakutan kuat.

Elli menoleh sehingga membuat Monalisa tersentak takut. "Emangnya kenapa?" Elli mengernyit heran. Biasanya kan wc ini emang sering kosong, lalu kenapa Monalisa masih mempertanyakannya lagi?

"Gak kenapa-napa, cuma aneh saja. Ini kan Rumah sakit besar, kenapa jam segini wc malah kosong?" Monalisa mengeluarkan unek-uneknya yang sedari tadi meraba hatinya.

Elli mencuci tangan di wastafel, kemudian mengeringkannya dengan tisu. Setelah itu baru dia menghadap Monalisa sepenuhnya. "Momo, masing-masing ruangan dalam Rumah sakit ini memiliki kamar mandinya sendiri. Jadi, wajar saja bila wc umum ini sering kosong. Kan yang pakainya juga paling kita-kita atau pelayat dan orang nengok, Mo."

"Tau, tapi tetap aja aneh." Monalisa memasang raut wajah takut ketika memandang Elli. "Lo, beneran Elliyana si cerobohkan?"

Elli mendelik kesal karena dikatai ceroboh. Ya, walaupun kenyataan. Namun, sebagai sahabat ada sejak senang dan sedih, Elli jelas tersinggung. "Enak aja lo bilang si ceroboh, gue rajin tau."

"Rajin rebahan kan?" Monalisa mencibir judes.

Elli nyengir. "Nah, itu lo tau."

Monalisa berdecak saat melihat Elli tengah memilihat-lihat giginya di depan cermin. "Ngapain, gigi lo sakit?"

"Bukan." Elli menjawab tanpa menoleh ke arah Monalisa. "Gue takut ada cabe nyelip, soalnya tadi abis makan bakso level 10."

"Lah, biasanya kan lo cuek. Mau ada cabe nyelip kek, gak gosok gigi kek, malah sekalipun gak mandi, lo tetap pede. Kenapa sekarang lo takut banget keliatan jorok?"

Elli melirik Monalisa. "Sebenarnya lo kepo, berhubung kita sahabatan. Jadi gue bocorin sedikit, gue kudu jaga-jaga kebersihan mulai sekarang. Soalnya, dalam waktu dekat mau marriage."

"WHAAAAAT!" Monalisa berteriak kencang. "Lo serius, Elli?"

"Yups." Elli menjawab kalem. Melihat bibirnya sendiri di depan cermin, mengingatkannya lagi pada kejadian kemarin.

Setelah aksi mimisan penggagal ciuman itu yang akan berlanjut ketahap lebih jauh, Elli berlari keluar menghampiri Nyonya Devi.

"Mamah." Elli memangggil Nyonya Devi heboh.

Nyonya Devi yang tengah membuat jus alpukat kesukaannya sontak menoleh kearah Elli yang baru saja memanggilnya. "Ya, ada apa?"

Elli berlari dan langsung berlindung di belakang tubuh Nyonya Devi. "Mamah, Dok. Udin jadi mesum."

"Loh, kan emang kalian suami istri. Jadi, wajar saja kan?" Dengan santainya Nyonya Devi menjawab. Bahkan tangannya sama sekali tak berhenti mengerok alpukat dari kulitnya untuk dimasukan kedalam blender.

"Ih, mamah mah sama aja dengan Dok. Udin." Elli mengerucutkan bibirnya sebal.

Nyonya Devi terkekeh senang. "Jadi ceritanya kalian sudah baikan. Gak jadi pisahkan?"

Status Rahasia Where stories live. Discover now