Bab 32. Apa bisa mencintaiku?

1K 74 2
                                    

"Apa ... kamu meminta kita berpisah?" Rudy menatapan Elli rumit. Bukan ini yang dia inginkan, walau dia memang tau konsekuensi dari kejujurannya bisa saja Elli meminta pisah. Namun, sekali lagi ini bukan keinginannya, dia mau memperjelas status hubungannya agar dapat secepatnya mengakui Elli sebagai istri.

Elli meredam gejolak perasaan sakit di hatinya. "Wanita yang lebih dulu terikat dengan Dokter Rudy lebih berhak akan kejelasan status. Aku hanya perempuan yang kebetulan hadir karena sebuah kesalah pahaman."

"Kamu bukan sebuah kesalah paham, Elli." Nyonya Devi menatap Elli berkaca-kaca. "Kalian selesaikan dulu masalah ini." Nyonya Devi berdiri, lalu melangkah menjauh dari anak dan mantunya. Namun, sebelum menaiki tangga, Nyonya Devi berhenti. Dia menoleh sebentar, "bicaralah baik-baik! Setelah mendengar penjelasan keseluruhan dari Rudy, mamah harap kamu mempertimbangkan kembali keputusanmu."

Elli meneteskan air matanya begitu pandangan matanya melihat Nyonya Devi menghilang di balik tangga.

"Apa kamu ingin mendengar penjelasan saya?"

Elli menoleh ke arah Rudy. "Penjelasan apa lagi?"

"Bukankah kamu ingin mengetahui kenapa tadi saya terburu-buru menjemputmu dan mamah saat di mall?" Rudy malah balik bertanya. Dia mengingatkan Elli kembali tentang pertanyaannya waktu saat di mobil.

"Ya. Jadi katakan, ada apa sebenarnya?"

"Tidak di sini. Ayo, ikuti saya." Rudy mengisyaratkan Elli agar mengikutinya.

Karena penasaran, Elli mengikuti Rudy. Dia mengernyit karena Rudy masuk kedalam kamarnya. Elli jadi ragu antara masuk atau berdiri di ambang pintu saja.

"Masuk!" Rudy menepuk-nepuk kasur di sampingnya. "Duduk di sini."

Elli tidak menuruti perintah Rudy. Dia lebih memilih duduk di sopa yang terdapat di samping kanan dari pintu masuk.

Rudy berdecak kesal. " kalau kamu duduk di situ, saya jadinya harus teriak-teriak saat berbicara."

"Emangnya saya tuli?" Elli mendelik kesal.

Tak ingin memperpanjang masalah, Rudy memimilih mengalah dengan dia yang datang menghampiri Elli dan mendudukan pantatnya di samping Elli.

Saat Rudy duduk di sampingnya, Elli tidak mengatakan apa-apa. Namun, pergeseran tempatnya menjadi agak jauh dari Rudy cukup menggambarkan bahwa saat ini Elli tengah menjaga jarak darinya.

"Jadi apa alasannya? Kenapa Dokter Rudy terburu-buru menjemput kami?"

Rudy terdiam sebentar untuk meresapi setitik rasa kecewa panggilan Elli yang semula ceria memanggilnya Dok. Udin dan kini seperti tidak ada semangat saat memanggilnya Dokter Rudy. "Ada kaitannya dengan Amelia."

Rudy memperhatikan perubahan raut wajah Elli ketika dirinya mengatakan nama Amelia. Dia tau itu raut wajah cemburu, tapi ada kepasrahan juga yang terbentuk."Saya mendengar laporan dari orang yang saya suruh untuk melindungi mamah bahwa mereka atau lebih tepatnya pak Parabuana sedang memata-matai mamah. Saya panik, sebelum mata-mata itu tau keberadaanmu maka saya harus terlebih dahulu menyembunyikanmu."

"Tunggu!" Elli menatap Rudy heran. "Siapa pak Parabuana itu? Kenapa juga memata-matai mamah? Lalu hubungannya denganku apa?"

Rudy menggeser duduknya hingga hampir berdempetan dengan Elli. Tak tanggung, Rudy menyentil dahi Elli keras sampai si empunya mengaduh kesakitan. "Kalau saya bicara, dengarkan dulu. Jangan main potong-potong seenaknya gitu!"

Elli mengusap-usap dahi bekas sentilan Rudy.

"Sakit?" Rudy mengusap dahi Elli pelan. Dia menyunggingkan senyum kecil ketika melihat ada rona di pipi Elli. "Baper."

Status Rahasia Where stories live. Discover now