Bab 38 Ancaman untuk suster Mis

899 70 3
                                    

Brak

Salah satu bilik kamar mandi yang terdapat di dalam wc terbuka dengan keras. Di sana, Suster Mia menatap Elli terkejut campur horor. Bahkan di tangannya masih terdapat lipstik dan bedak yang dia gunakan selama di kamar mandi untuk merias kembali wajahnya yang sudah agak luntur.

"Apa... benar yang baru saja kamu katakan?"

Elli dan Monalisa yang sama-sama juga terkejut hanya bisa terdiam di tempat tanpa tau harus melakukan apa. Elli menangis dalam hati. Ya Allah, kenapa Suster Mia harus mendengar ucapannya, sih.

"KAMU ISTRINYA DOKTER RUDY?" Suster Mia histeris sendiri. Dia tidak rela kalau usahanya selama ini dalam mengincar Dokter Rudy harus kandas begitu saja. Apalagi yang mengalahkannya adalah Elli, si anak magang yang tidak ada bagus-bagusnya. Bukannya apa kalau orang itu cantik, langsing, apalagi pintar. Dengan begitu dia tidak akan terlalu jatuh pamornya karena kalah saing dengan yang lebih sempurna.

"Sssst!" Monalisa menyimpan jari telunjuknya di depan bibir mengisyaratkan Suster Mia untuk diam. Namun, rupanya Suster Mia malah mengabaikan isyarat yang Monalisa berikan.

"Ya ampun, hal aneh macam apa ini. Masa Dokter Rudy yang kece badai turnado malah bersanding dengan si Elli yang tidak lebih cantik dari kutil badak. Mimpi apa saya semalam sampai harus mendengar hal tak senonoh seperti ini yang masuk ketelinga?" Suster Mia menyerocos sambil menepuk-nepuk dahinya menggunakan tangan sebelah kanan, sedangakn tangan kirinya meremas dada kiri seolah hatinya sakit luar biasa. Dramatis sekali.

Elli mendelik murka. Apa katanya tadi? Kutil badak. "Hei, wajah saya ini tidak ada mirip-miripnya dengan kutil badak, yang lebih pantas di sebut kutil badak itu jelas Suster Mia. Tuh, lihat!" Elli menunjuk tai lalat di bawah mata Suster Mia. "Tai lalat aja segede biji jagung."

"Berani kamu, dasar anak magang gak tau sopan santun!" Suster Mia mengahardik Elli. Asal tau saja, tai lalat di bawah mata Suster Mia ini menurutnya pesona seorang Rumia Karwita, buktinya sudah banyak laki-laki yang mengatainya cantik. Suster Mia bangga akan hal itu.

Elli melotot galak, tidak terima dikatai tidak tau sopan santun. "Yang tidak tau sopan santun itu Suster Mia sendiri, mana ada orang baik-baik meguping pembicaraan orang."

"Saya ... eh, hmm...hmmm." Suster Mia tidak dapat melanjutkan ucapannya karena Monalisa sudah membekap mulut sambil menariknya masuk kedalam bilik kamar mandi.

Monalisa mengkode Elli agar cepat mengikutinya masuk, dengan cepat Elli mengangguk lalu mengikuti kemana Monalisa membawa Suster Mia.

"Ngapain lo bawa gue dan Suster Mia ngumpet di sini?" Elli berbisik di sela sempitnya bilik kamar mandi yang kini dia, Monalisa, dan Suster Mia tempati.

Monalisa yang masih membekap mulut Suster Mia berucap tanpa suara. "Ada yang datang."

Elli membulatkan bibir mengerti. Dia sedikit mengintip dari balik pintu, ternyata itu adalah dua orang Suster yang tengah membenarkan riasan wajahnya.

"Hmmm." Suster Mia menjerit minta tolong. Namun, karena mulutnya dibekap erat oleh Monalisa, yang terdengar malah seperti orang tengah mengejan BAB.

"Ih, itu orang lagi BAB kali." Suster dengan rambut terikat ekor kuda menoel teman di samlingnya.

"Ssst. Pura-pura gak dengar aja, Sena. Nanti dia malu, kasihan." Suster satunya lagi yang tengah membenarkan tatanan hijabnya, berbicara pelan pada teman yang baru menoelnya itu.

Suster yang baru dipanggil Sena itu mengangguk membenarkan. "Iya Fitri, kadang kalau sakit perut kita juga keluar angin bareng suara begitu."

Suster yang dipanggil Fitri mengangguk puas pada jawaban temannya. "Makanya, kalau ada orang yang tengah mengejan dengan suara keras begitu lebih baik kita tutup telinga seolah tidak tahu. Selain melindunginya dari aib, juga menghargai privasi orang itu."

Status Rahasia Where stories live. Discover now