[‼️𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼‼️]
"Woi, kalau mau bunuh diri jangan di jembatan ini! Lo mau nambah populasi setan lagi?" -Reygan Arvinsya Mahendra-
"SHIT! Itu cowok bikin gue gak mood bunuh diri aja!" -Vanisya Anind...
Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
Maaf update telat😭
♪ ♬ ヾ('︶'♡)ﾉ ♬ ♪
Ceklek!
Pramesti menutup pintu kamar Nindi secara perlahan, gadis tersebut masih asik bergulat dengan selimutnya. Minggu ini adalah hari santai bagi mereka semua. Sudah satu minggu Nindi sekolah di SMA II Bangsawan bersama si twins dan hampir setengah bulan juga gadis tersebut menjadi pelengkap di keluarga Mahendra.
"Mas, andai kamu ada disini pasti kamu sangat bahagia dengan kehadiran dia. Anak perempuan yang paling kamu inginkan tapi belum bisa aku wujudkan," Pramesti menyingkirkan rambut panjang Nindi yang menutupi wajah cantiknya.
"Anak kita selalu melindungi dia seperti adik mereka sendiri, mas. Aku bahagia dengan kehadiran sosok gadis kuat seperti dia bahkan aku menyayanginya seperti anak kandungku sendiri." Pramesti menyeka air matanya yang hampir menetes mengenai wajah tenang Nindi.
"Maafin tante karena harus menyembunyikan keberadaan kamu dari keluarga kamu sendiri,"
Pramesti mencium puncak kepala Nindi cukup lama. "Bahagia selalu disini, anak cantik."
"Enghh.." Nindi sedikit terusik dengan keberadaan Pramesti. "Tante?"
Mata sayu miliknya berusaha membuka saat menyadari kehadiran Pramesti. Ia mendongak menatap Pramesti yang bersandar diatas kepalanya.
"Nindi bangun kesiangan ya, tante?"
"Nggak kok, sayang. Ini baru jam setengah 9 bahkan Revan sama Reygan juga masih ada di kamarnya."
Nyawa Nindi langsung terkumpul sempurna berusaha memahami jawaban dari Pramesti. "Jam setengah 9 sekarang, tan?" Pramesti menganggukan kepalanya.
Nindi langsung loncat dari kasur dan berlari menuju kamar mandi. Hal tersebut membuat Pramesti keheranan dengan tingkah laku Nindi. Sampai pintu kamar mandi pun terbanting karena gadis tersebut menutupnya begitu keras.
"Nindi! Kamu kenapa, sayang?"
"NINDI LUPA KALAU HARI INI ADA PANGGILAN KERJA JAM 9 TANTE! NINDI MANDI DULU IYA!" jawab Nindi dari dalam kamar mandi.
"Yaudah, kamu dandan yang cantik iya, sayang. Tante tunggu di ruang depan aja."
"Iya tante!"
Tidak butuh waktu lama Nindi keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit ditubuhnya. Nindi membongkar semua pakaian yang ia punya, memang tidak begitu banyak namun beberapa mungkin cocok untuknya hari ini.
