[‼️𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼‼️]
"Woi, kalau mau bunuh diri jangan di jembatan ini! Lo mau nambah populasi setan lagi?" -Reygan Arvinsya Mahendra-
"SHIT! Itu cowok bikin gue gak mood bunuh diri aja!" -Vanisya Anind...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
♪ ♬ ヾ(´︶'♡)ﾉ ♬ ♪
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Mantai bareng yuk!" —Nindi
♪ ♬ ヾ(´︶'♡)ﾉ ♬ ♪
"Nindi." panggil Abi.
Namun sang empunya nama tidak kunjung menjawab. Ia beralih menepuk pundak gadis tersebut hingga sang pemilik terlonjak kaget.
"Eh ka–kak Abi, ada apa ya?"
"Seharusnya saya yang tanya kamu ada apa? Saya lihat dari tadi kamu lebih banyak melamun dan kurang konsen kerja. Lagi ada masalah ya?" tebaknya.
Abi memperhatikan mata Nindi yang terlihat begitu lelah, seperti banyak beban disana. Ditambah lagi semangat kerjanya yang mengendor seharian ini. Biasanya Nindi akan semangat dan aktif dalam menyambut pelanggan yang berdatangan atau membantu pegawai lainnya yang kesusahan. Namun untuk hari ini gadis itu hanya berdiri dengan pandangan kosong kedepan.
"Atau... kamu sedang sakit? Saya khawatir melihat kamu yang lebih banyak diam hari ini."
Nindi menundukan kepalanya, ia merasa bersalah kepada bosnya. Ia membawa permasalahan ini kedalam jam kerja sampai semua tugasnya tidak terlaksana dengan baik.
"Maaf, kak." cicitnya.
Abi tersenyum lalu bergerak mengusap puncak kepala Nindi dengan lembut. "Saya rasa kamu perlu istirahat. Mata kamu terlihat lelah, mungkin karena harus membagi waktu antara kerja dan sekolah,"
"Maybe. Sekali lagi saya minta maaf karena tidak profesional, kak."
Abi menggelengkan kepalanya. "No problem, saya memakhluminya. Sebagai pelajar pasti susah harus membagi waktu untuk sekolah dan kerja. Belum lagi kalau banyak tugas sekolah."
