[‼️𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼‼️]
"Woi, kalau mau bunuh diri jangan di jembatan ini! Lo mau nambah populasi setan lagi?" -Reygan Arvinsya Mahendra-
"SHIT! Itu cowok bikin gue gak mood bunuh diri aja!" -Vanisya Anind...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
♪ ♬ ヾ(´︶'♡)ﾉ ♬ ♪
Absen dulu yuk!!
Bagaimana mood kalian hari ini?
Yang jawab semoga mas crush cepet peka😂
♪ ♬ ヾ(´︶'♡)ﾉ ♬ ♪
"....."
"Bagus, lakukan tugas berikutnya."
Tok Tok!
"Masuk!" teriaknya saat mendengar suara ketukan pintu dari luar ruang kerja.
"Permisi, tuan maaf menganggu. Diluar ada nyonya Eline yang ingin bertemu anda," lapor orang tersebut, lebih tepat pekerjanya.
"Suruh dia masuk dahulu. Saya masih terima telfon."
"Baik, tuan." pekerja itu kembali menutup ruang kerjanya.
"Kalau begitu kabari perkembangan selanjutnya." ujarnya pada seseorang diseberang sana.
"...."
Tut!
Panggilan itu berakhir. Ia segera keluar menemui Eline, tamu tidak diundangnya.
"KAK EHAN!!" Eline langsung memeluk tubuh sang kakak.
"Kakak kira kamu sendirian, ternyata sama suamimu," Ehan melepas paksa pelukan Eline. Ia mempersilahkan adik dan iparnya untuk duduk di sofa.
"Untuk apa kalian kesini?"
"Aku mau tau tentang perkembangan pencarian Nindi, kak,"
"Bukannya seminggu yang lalu sudah kakak beri tau?"
"Dua hari yang lalu perasaan aku gak enak banget. Aku takut terjadi sesuatu sama putri aku." jawab Eline sedikit bergetar.
Dia masih ingat jelas bagaimana hatinya berdetak begitu kencang tanpa alasan. Hal itu mengingatkannya bagaimana dahulu Nindi sakit saat di sekolah, rasanya sama persis. Devan hanya bisa mengusap punggung istrinya untuk mengontrol emosinya.
Ehan menghembuskan nafas beratnya. Ia melihat kekhawatiran dari mata sang adik.
"Kakak juga lagi berusaha cari Nindi. Putri kamu itu terlalu pintar, semua akses diblokir dan diganti sama dia. Orang kepercayaan kakak aja gak bisa lacak keberadaan dia."
