Bagian 10

483 62 9
                                    

Chayoung berkedip bingung. "Ada apa sampai agen NIS datang kemari?" tanyanya.

"Mereka..." Vincenzo menatap kedua agen lelaki tersebut, "... teman kita."

"Eh?" Chayoung makin bingung.

"Sebelumnya kami minta maaf tidak sempat menjenguk ketika kau dirawat di rumah sakit, Hong byeon," ujar lelaki yang tadinya memperkenalkan diri dengan nama Ahn Giseok, "Kami cukup sibuk."

"Eh, gapapa," ujar Chayoung, masih canggung. Dia menatap bolak balik antara dua agen tersebut dan Vincenzo tapi mereka sibuk berbisik satu sama lain, mata mereka memindai setiap sudut rumah. Bagus, mereka mengacuhkanku. "Jadi apakah kalian berdua kemari untuk bertamu atau berdiskusi hal penting dengan ahjussi ini?" Chayoung menunjuk ke arah Vincenzo yang nampak siap untuk melancarkan protes tentang penyebutan itu tapi Pak Cho menyela.

"Keduanya. Pak Nam mengundang kami juga untuk merayakan kepulanganmu dari rumah sakit bareng sama orang-orang dari Geumga Plaza sekitar satu jam lagi, ya kan, samujangnim?" Chayoung jadi merasa dia seperti masyarakat yang baru saja menyelesaikan tugas wajib militer alih-alih pulang dari rumah sakit. Apa perlu sampai dirayakan begitu?

"Benar. Ngomong-ngomong bagaimana tentang orang yang membuntuti Ca-maksudku Park byeon?" Pak Nam bertanya, hal yang sama yang ingin ditanyakan oleh Chayoung. Dia diam, menghela napas kesal mendengar Pak Nam terbata-bata menyebut nama Vincenzo. Kalau begini bisa-bisa Chayoung sendiri yang menyebut namanya.

"Sebelum itu, kita harus memeriksa rumah ini kalau-kalau ada orang yang ingin menyadap percakapan kita," ujar Pak Ahn. Pak Nam tadinya ingin membantah apa yang dikatakan Pak Ahn tapi dipotong lagi. "Untuk jaga-jaga saja, samujangnim." Pak Ahn menjelaskan. Pak Nam akhirnya diam dan kembali ke posisinya semula.

Dan mereka mulai memindai seluruh rumahnya. Chayoung mengulum bibirnya, menonton kedua agen yang sedang melakukan tugasnya itu dengan tidak berdaya, menunggu sampai mereka akhirnya membicarakan tentang masalah utama itu. Kedua lelaki itu pun selesai memindai dan berkumpul kembali ke ruang tengah.

"Bersih," ujar Pak Cho.

Chayoung yang pertama duduk di sofa. "Ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi dan kenapa kalian harus memindai rumahku?" tanyanya, berharap hal ini tidak ada hubungannya dengan kondisi Vincenzo karena jujur dia baru saja berlaku lebih lunak di sekitarnya, dan dia juga butuh kehadirannya untuk mencetus kembali ingatannya. Tidak lucu kalau ada apa-apa dengan dirinya.

Keempat lelaki itu pelan-pelan duduk seakan canggung, menatap satu sama lain, mempertimbangkan bagaimana memulai kata-kata untuk menjawabnya. Chayoung menghela napas lagi, agak kesal. "Rasanya ini seperti ancaman selevel Presiden deh," gusarnya, "padahal dia cuma mafia yang kabur!" Dan dengan kalimat yang dilontarkan Chayoung itu pun membuat empat lelaki itu membatu di tempat duduknya, entah terkejut karena Chayoung sudah mengetahui hal ini sejak awal atau karena dia berseloroh seakan Vincezo hanya seorang mafia seakan dia bukan orang yang berbahaya. Terkadang Chayoung agak pongah memang.

"Bagimana kamu bisa tau?" Pak Nam bertanya dengan wajah sedikit pucat. Vincenzo terlihat kaku dan dua agen itu mengeluarkan helaan khawatir.

"Kalian semua tuh jelek banget untuk menyimpan rahasia dariku di masa-masa seperti ini. Memoriku bisa jadi berhenti di tahun 2006 tapi kan teknologi tidak, aku bisa cari tahu di internet." Chayoung menjelaskan. Vincenzo mendengus tak percaya tapi kemudian jadi agak gugup.

"Sejak kapan?" tanya Vincenzo.

"Sebelum kamu datang." Jawab Chayoung singkat.

"Jadi kamu sudah tahu sejak itu?" Tanya Vincenzo lagi dan Chayoung mengangguk. Tiga lelaki sisanya bersandar lemas, merasa agak bodoh, dan canggung ketika pembicaraan mereka nampaknya akan dimulai dengan argumentasi antara Vincenzo dan Chayoung.

Memori di Atas Kertas Putih [FIN]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora