Bagian 16

407 56 11
                                    

Chayoung tidak mengalami mimpi buruk malam itu, dia tertidur dengan nyenyak dan tentu saja bangun lebih pagi untuk berolahraga bersama Vincenzo. Dia berusaha untuk bersikap seperti biasanya tapi dia tidak sanggup untuk menahan rasa bahagianya sampai-sampai dia nyengir sepagian, Vincenzo sendiri terlihat sangat kalem seperti biasanya seakan ciuman semalam tidak pernah terjadi dan ... harusnya mereka mulai berkencan pagi ini, kan? Atau hanya dia yang menganggap hari ini hari pertama mereka?

"Kamu terlihat terlalu kalem dan kasual," ujar Chayoung sesaat setelah mereka keluar dari rumah untuk memulai sesi olahraga mereka.

"Tentang apa?" tanya Vincenzo.

"Tentang apa yang terjadi semalam?"

Ada jeda sebelum dia menjawab 'ah' dan kemudian menggaruk hidungnya yang tidak gatal. "Tidak juga," gumamnya.

"Serius?"

"Aku sesungguhnya gembira," aku Vincenzo, "dan lega." Tapi Chayoung menyipitkan matanya, ragu. "Aku hanya berusaha untuk bersikap cool, tahu."

Chayoung terbahak. "Oh baguslah. Aku pikir cuma aku yang merasa girang tentang ini."

"Kamu tidak sendiri," bisik Vincenzo sedikit gugup dan mereka tertawa.

"Kalau begitu," Chayoung menarik napas, "ini hari pertama kita mulai berkencan, kan?" Vincenzo mengangguk, menarik dan menggenggam tangan Chayoung, memasukkan kedua tangan mereka ke dalam jaketnya dan saling menyenggol pelan seakan mereka anak remaja dimabuk asmara.

***

"Sudah kubilang untuk berhenti menguntit mereka dan lanjutkan kerjaanmu seperti biasa, berengsek. Aku tidak membayarmu lebih untuk ini!" Yoon Taegook berteriak kesal dari balik sambungan telepon.

Lelaki yang sedang menggenggam teleponnya meludah, sama kesalnya dengan Taegook. "Aku melakukan pekerjaan yang kau minta!"

"Aku sudah bilang untuk berhenti dua minggu yang lalu dan tunggu aba-abaku selanjutnya, dasar sontoloyo . Dia hilang ingatan sudah cukup bagi kami, dia sudah bukan gangguan lagi."

"Yakin sekali, eh?"

"Yah, i saekki!" Taegook memaki. "Dengar, dia bahkan tidak akan bisa melawanku kalaupun dia mendapatkan kembali ingatannya. Aku punya polisi dalam genggamanku." Lawan bicara Taegook tidak menjawab. "Aku bisa menghentikan bisnismu dengan mudah jadi berhenti memalakku." Taegook kemudian menutup teleponnya dan memisuh sepanjang hari.

***

Mereka berakhir beristirahat di kafe yang letaknya tidak jauh dari rumahnya dalam perjalanan pulang. Vincenzo memesan espresso seperti biasa dan Chayoung memesan teh. Vincenzo cukup terkejut dengan perubahan seleranya tapi memuji keputusan hebatnya, Chayoung hanya bisa mendengus melihat keangkuhannya.

Mereka berbincang sembari menikmati kue-kue dan minuman yang mereka pesan. Chayoung dengan santai bertanya tentang cerita cintanya berhubung mereka sedang merayakan status baru mereka; tadinya dia merasa biasa saja ketika Vincenzo dengan gampangnya menceritakan berapa banyak perempuan yang sudah dikencaninya tapi tidak ada yang dia cintai selain dirinya; Chayoung tersedak kuenya dan Vincenzo membantu menepuk-nepuk punggungnya. Chayoung malah memukulnya ringan berpikir dia berbohong dan hanya bercanda, tapi Vincenzo bersikukuh dia serius. Chayoung hanya bisa tersipu malu-malu.

Mereka kemudian berbincang tentang ibu Vincenzo dan Chayoung baru tahu Vincenzo sudah tiga kali kehilangan sosok ibunya dan cukup kaget ketika lelaki itu memberitahu ulang bahwa Oh Kyeongja dibunuh oleh Jang Hanseok dan Choi Myunghee. Chayoung merasa tidak enak seketika dan tiba-tiba memeluk Vincenzo dari samping, lelaki itu tersenyum dan mengatakan bahwa dia sekarang sangat baik-baik saja.

Memori di Atas Kertas Putih [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang