Bagian 14

357 53 8
                                    

Chayoung tidak punya waktu untuk berhenti melihat-lihat kantor Jipuragi dan mengingat-ingat kapan terakhir dia berada di kantor ini, dia hanya bisa menatap sekeliling dari tempat duduknya di meja tengah kantor. Pak Nam dan Park Seokdo duduk di seberangnya, tampak waspada sembari menyesap kopi hangat yang sudah tersedia di meja. Chayoung menoleh ke arah belakangnya, di mana meja kosong diletakkan. Tampak bukan seperti meja Pak Nam karena dia ingat meja paralegal ada di depan, jadi kemungkinan besar meja itu milik Vincenzo. Perempuan itu menengok ke arah Vincenzo yang duduk di sebelah kirinya, membahas kejadian sore itu dan memperlihatkan tangkapan layar kepada Pak Nam.

"Ah, aku jadi ingat ketika menunggu sesi terapi Hong byeon, dia duduk berjarak beberapa kursi dariku. Dia tidak nampak seperti ini waktu itu jadi kupikir dia keluarga pasien." Ujar Pak Nam agak merinding.

"Dia pasti menguntit Hong byeon tuh, aku yakin!" Seokdo berseru dengan penuh percaya diri. "Tapi sekarang masalahnya ngapain dia menguntitmu? Apakah kamu pernah bikin seseorang marah?" tambahnya sambil menatap ke arah Chayoung.

"Mana... kutahu? Aku ga ingat?" ujar Chayoung tidak yakin.

"Ah, ye, tentu saja. Maaf." Seokdo meminta maaf.

"Kita perlu mengecek kasus yang kalian tangani belakangan ini sebelum kecelakaan itu terjadi," Vincenzo berkata kepada Pak Nam dan kedua lelaki itu bangkit untuk berjalan menuju rak arsip, tapi Vincenzo berbelok menuju meja Chayoung dan menyalakan komputer. Chayoung masih duduk di kursinya dengan wajah lugu ketika Vincenzo menatapnya, memberi sinyal untuk pindah duduk ke kursi kerjanya untuk mengakses komputer. Chayoung menelengkan kepalanya, bingung, tapi tetap mengikuti permintaan lelaki itu.

"Aku harap tidak pakai password," ujarnya ragu sembari duduk di kursi yang nampak lapuk—terakhir dia ingat kondisinya masih bagus—dan mengakses komputernya. Tapi ketakutannya ternyata benar, komputer itu meminta kata sandi, Chayoung menoleh ke arah Vincenzo.

"Masukkan Jipuragi302," ujar Vincenzo.

Chayoung mendengus dan memutar kedua bola matanya. "Kalau kamu tahu kenapa tidak kamu saja yang pakai komputernya sih?"

"Kan milikmu, dan kamu bosnya. Tidak elok bagi bawahan untuk mengakses komputer Bos." Vincenzo beralasan. Chayoung mendengus pelan.

"Kaku banget sih," Chayoung menggerutu sembari memasukkan kata sandi pada kolom tersebut dan menekan tombol masuk. "Cara kerja mafia seperti itu ya?" tanya Chayoung pada Vincenzo sambil berpikir harus menekan apa, apakah ikon email atau folder komputer.

"Tentu saja, kalau kamu melawan perkataan Bosmu, bayarannya bisa dengan nyawa." Ujar Vincenzo.

"Tapi kan aku cuma bos firma hukum." Chayoung memutuskan untuk mengakses email, berharap ketika dia mengaksesnya tidak diminta kata sandi lagi. Ya kalau tidak bisa tanya Vincenzo lagi.

"Kau juga bos mafia loh, Hong byeon. Bos Geumga Cassano!" seru Seokdo.

"Serius?" Chayoung menoleh ke arah Seokdo. "Kamu buka cabang di sini?" Dia kemudian menoleh balik ke arah Vincenzo yang cuma menggidikkan bahunya. Chayoung menggelengkan kepalanya pelan karena tidak mendapat jawaban yang diinginkan, kembali fokus pada layar monitor dan mencoba mengecek email Jipuragi yang untungnya langsung terbuka.

Keduanya memindai setiap email yang masuk di kotak masuk dan folder-folder lain, bahkan folder spam, dan sama sekali tak menemukan kejanggalan.

"Apa aku punya email pribadi?" tanya Chayoung.

"Tentu saja," ujar Pak Nam, "Tapi aku rasa data-data pribadimu tersimpan di ponselmu yang rusak itu. Tapi kamu punya laptop pribadi, kok."

"Kalau begitu kita coba akses saja, bagaimana?" Tanya Chayoung.

Memori di Atas Kertas Putih [FIN]Where stories live. Discover now