Bagian 27

325 42 3
                                    

"Nomornya pasti dari ponsel prabayar." Ujar Vincenzo ketika mereka kembali ke Jipuragi, meninggalkan warung Bu Kwak tak lama setelah Seokdo dan Sunam berangkat menjalankan misi mereka.

"Benar, jadi tidak ada informasi registrasi lainnya kecuali nama, dan pasti namanya nama palsu." Tambah Miri.

"Buntu banget," Chayoung mengeluh.

"Sudah bisa diduga. Tidak ada orang elit yang mau pakai nomornya sendiri untuk melakukan kegiatan yang mencurigakan," ujar Vincenzo. "Bisa tidak kamu mengakses data orang kaya atau petinggi yang ada di distrik Changnam?"

" Ada programnya sih tapi aku tidak punya akses ke databasenya, hanya polisi dan NIS yang punya akses, dan mungkin akan ada banyak sekali nama yang keluar." Ujar Miri.

"Benar juga tapi patut dicoba, hanya saja aku tidak bisa mengganggu Pak Ahn lagi, dia cukup sibuk."

"Bagaimana dengan anak buah Pak Cho?"

"Aku harus tanya Pak Cho dulu karena ini terkait database NIS, tapi dia juga sibuk mengurus istrinya yang sakit." Jawab Vincenzo. "Ya sudah, kita lakukan nanti saja karena tidak terlalu penting. Kalau begitu bisa cari struktur organisasi dan anggota yang bekerja di Kepolisian Haengchi?"

"Gampang." Ujar Miri sembari mulai mengakses program dan memasukkan situs Kepolisian dan memindai keseluruhan struktur organisasi instansi tersebut dan mempersempit pencarian ke Kepolisian Haengchi. "Dapat." Ujar Miri, memutar laptopnya ke arah trio Jipuragi.

"Kepala Kepolisiannya adalah Oh Kwanghyun," sebut Vincenzo.

"Ko Jasung dan Han Gihyun, dua detektif yang menangkapmu." Tambah Chayoung.

"Bisakah kau cari segala hal tentang tiga orang ini sampai ke internet dalam?" Vincenzo bertanya pada Miri.

"Bisa, tapi butuh waktu. Aku akan bikin laporannya besok siang?"

"Boleh."

Ponsel Byeonghun tiba-tiba berbunyi dan membuat empat orang itu terlonjak kaget di tempat duduk masing-masing, Miri mengumpat pelan. Vincenzo meraih ponsel itu dan nama Ttakpuri terpampang di layar monitor.

"Haruskah kita angkat?" Tanya Vincenzo pada tim.

"Aman tidak?" Pak Nam bertanya balik.

"Kira-kira apa polisi akan melacak nomor ini?" Tanya Chayoung.

"Kalaupun ada polisi yang melacak pastinya dari Haengchi. Kalaupun mereka tahu di mana titik nomor ini, mereka juga tidak bisa melakukan apa-apa." Ujar Vincenzo. "Lebih baik kalau mereka melacaknya, jadi kalau mereka mendatangi kita, kita sudah tahu untuk apa."

"Oke." Chayoung menggeser tombol hijau dan menekan speaker. Keempat orang itu terdiam.

"Hyungnim! Dimana kamu?" suara Ttakpuri terdengar berbisik. "Hyungnim? Kenapa diam?" tanyanya lagi dan kemudian hening. Keempat orang itu menyangka telepon akan ditutup karena tidak adanya jawaban, tapi mereka salah. "Kau tahu, Yoon sajang tengah mencarimu, katakan dimana dirimu berada dan kenapa diam saja sih?" Ttakpuri melanjut dan hening lagi. "Aku telepon nomor yang salah kah? Tidak juga, tapi kenapa tidak dijawab? Hyungnim? Hyungnim?!" Hening lagi. "Sial! Kalau kau sampai tidak muncul sampai tengah malam nanti, aku akan bawa kabur uangnya dan aku tidak ingin berurusan dengan orang itu[*]. Dengar tidak?!" Dan kemudian sambungan telepon itu terputus.

"Ttakpuri ini sungguh aneh," ujar Chayoung ketika telepon itu sudah benar-benar mati. "Aku akan putus sambungannya ketika tidak dapat jawaban." Dia kemudian tertawa konyol.

Vincenzo menyeringai. "Mungkin terlalu banyak menghirup lem," selorohnya, membuat Miri dan Pak Nam mendengus menahan tawa.

"Tapi dengar kan tadi? Dia menyebut Yoon sajang dengan sebutan laki-laki.[*]" Ujar Chayoung.

Memori di Atas Kertas Putih [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang