Bagian 20

439 49 17
                                    

Mereka kembali di atas kasur Chayoung malam itu, mengekspresikan cinta dan gairah baru yang mereka temukan lebih dalam lagi. Menyebut ungkapan cinta dan nama masing-masing di tiap saat, berangsur dari byeonhosanim awalnya, berlanjut menyebut Chayoung, cara, tesoro mio; herannya, Chayoung tidak pernah menyebut nama Park Joohyung atau sebutan lainnya, hanya Vincenzo dan Vincenzo dan Vincenzo. Ketika mereka selesai, mereka terbaring menghadap satu sama lain, Chayoung membelai rahang Vincenzo dan berakhir bermain dengan rambutnya yang masih keriting itu, memutarnya diantara jari jemarinya.

"Kamu sebaiknya memanggil namaku seperti tadi," ujarnya lembut.

"Kenapa? Tidak suka dipanggil dengan sebutan profesimu?" tanyanya asal, menatapnya sementara jemarinya membelai lembut punggung Chayoung, ibu jarinya memutar pelan di tulang belikatnya.

"Bukannya aku tidak suka. Kamu bisa tetap formal di ruang publik tapi ketika hanya kita berdua... hanya ada Chayoung dan Vincenzo."

Vincenzo terkekeh pelan. "Baiklah. Aku akan mencoba aturan baru itu tapi jangan membenciku kalau aku kelupaan dan memanggil titelmu. Kamu tahu, kebiasaan itu sulit diubah."

"Kalau kamu sukses memanggil namaku dalam kondisi kasual, aku akan panggil dirimu oppa." Candanya.

"Motivasi yang bagus," Vincenzo membalas, menarik perempuan itu ke dalam pelukannya lebih erat, perlahan mencium tulang pipinya, rahangnya, ujung telinganya, bibirnya berhenti tepat di telinganya. "Tapi aku sangat suka ketika dirimu menyebut nama lengkapku. Vincenzo Cassano. Membuatku sangat bergairah." Bisiknya penuh saran.

"Byeontae." Chayoung mendengus dan mencoba untuk menggelitiknya.

***

"Haruskah kita membeli kasur yang lebih besar?" Chayoung bertanya tiba-tiba dari kursi penumpang, menggeser monitor yang menampilkan situs toko furnitur ketika mereka meluncur ke agensi Shin Injae. Sebanyak Chayoung inginkan mereka untuk tetap di rumah dan beristirahat dari aktivitas dua malam berturut-turut, mereka harus mulai untuk mencari dimana temannya berada dan juga menginvestigasi segala hal Yoo Byeonghun. Pak Cho mengirimkan Vincenzo semua informasi terkait Injae di pagi hari jadi mereka harus mendepak diri mereka sendiri dari kasur dan memulai pekerjaan mereka.

Vincenzo melirik Chayoung yang menggaruk lehernya dan nampak bimbang. "Aku punya kasur sendiri," ujarnya bercanda. Chayoung mendengus.

"Seakan-akan bakal kamu pakai lagi." Dia menuduh.

"Apakah itu tantangan?" Tanya Vincenzo.

Chayoung menyipit mempertimbangkan tantangan itu. Dia sebenarnya membutuhkan istirahat yang layak, dalam artian tidak ada distraksi yang tidak penting dan menggunakan kasurnya sendirian. Namun saat ini dia bertanya-tanya apakah dia akan bisa tidur sendiri lagi, walau ini hanya baru dua hari saja tapi dia sudah tidak suka dengan bayangan untuk menghabiskan waktu tidur di kasurnya yang dingin tanpa lelaki itu. Wah kacau.

"Kalau kamu yakin kamu bisa tidur sendiri lagi sih ya, ini jadi tantangan." Ujar Chayoung memutuskan, mencoba menantang dirinya sendiri.

"Apa hukumannya buat yang kalah?" tanya Vincenzo dengan percaya diri seakan dirinya akan muncul sebagai pemenang.

"Bukannya malah tanya hadiah apa buat pemenang?" Chayoung bertanya balik. "Oh, jadi kamu sudah siap untuk kalah?" Seringainya.

Vincenzo tersenyum licik. "Aku bertanya agar aku persiapkan untukmu."

"Ha!" Chayoung mencibir dan berpikir keras hukuman apa yang bisa dilakukan. Kalau Vincenzo kalah, Chayoung bisa minta apapun padanya tapi hal itu cukup sia-sia karena Vincenzo sudah melakukannya sejak dia muncul lagi di kehidupannya. Tapi kalau dia kalah, Vincenzo sama saja tidak akan dapat apa-apa karena dia yakin betul Vincenzo tidak akan minta apa-apa selain dirinya, yang tentu saja sudah dilakukannya tanpa diminta. Jadi Chayoung mungkin akan menggunakan hukuman bodoh dan ringan seperti, "Bagaimana dengan ttakbam?"

Memori di Atas Kertas Putih [FIN]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin