Bagian 12

421 54 3
                                    

Rencananya berganti dan mereka saat ini meluncur bersama dalam satu mobil Pak Nam, menuju alamat yang Pak Cho telah kirim. Vincenzo memutuskan untuk tidak menggunakan mobilnya, berjaga-jaga kalau orang yang kemarin menguntitnya menyadari keberadaannya, jadi dia mempersilakan Pak Nam untuk mengantar mereka ke alamat tersebut dengan mobilnya, dan juga Pak Nam lebih tahu jalan. Mereka saat ini berkendara di distrik di mana Haengchi-dong berlokasi, daerahnya tidak semegah pusat Seoul tapi masih terlihat sangat modern dan berwarna. Vincenzo yang tengah duduk sebagai penumpang kursi depan, menatap situasi di luar mobil dengan matanya yang tajam, memindai satu-persatu mobil untuk mencari mobil sedan abu. Sementara itu Chayoung yang duduk di kursi belakang, menatap situasi luar selayaknya turis.

"Terakhir aku ingat distrik ini ga seperti sekarang," ujar Chayoung.

"Kamu pernah kemari?" tanya Pak Nam.

"Iya, dua tahun—maksudku waktu aku berusia 15 tahun. Aku bolos bareng teman-teman dan melancong antar distrik. Aku ga yakin dulu distrik ini dikenal sebagai area red-light atau bukan."

"Aku rasa julukan itu agak baru, sekitar tujuh atau delapan tahun." Pak Nam menambahkan.

"Aku dengar bisnis prostitusi ilegal di Korea?" tanya Vincenzo

"Secara hukum, tapi bisa dilihat, banyak bisnis seks yang dibiarkan begitu saja dan makin meluas. Tapi belakangan ini bisnisnya terpusat di sini." Jawab Pak Nam.

"Bisa saja mucikari-mucikari itu membayar polisi setempat dan memberikan pelayanan untuk mereka." Chayoung menimpali.

"Oh, kita sampai." Pak Nam mengumumkan. Gedung-gedung di sekitar jalan yang mereka lewati cukup berwarna ketimbang jalan sebelumnya. Masih tengah hari tapi warna-warna mencolok yang menghiasi bangunan bagian luar toko-toko sangat jelas dan membuat orang-orang tidak akan salah menebak apakah itu gedung biasa atau rumah prostitusi, yang di mana di depan wajah publik geduing itu berjudul Midnight Entertainment. Vincenzo meminta Pak Nam untuk menyetir lebih pelan tapi tidak terlalu pelan sehingga membuat orang penasaran, dia ingin memastikan beberapa CCTV umum yang dipasang di sekitar dan juga mencari mobil sedan abu.

"Itu Dada Credit!" seru Chayoung, menunjuk arah kanannya, di seberang jalan yang mereka lewati. Pak Nam kemudian berusaha mencari lokasi yang tidak terlalu mencurigakan untuk parkir tapi juga tidak begitu jauh agar mereka bisa tetap mengintai. Vincenzo menoleh ke tempat di mana jari telunjuk Chayoung terarah dan Dada Credit tepat berada di lantai dua, di bawahnya tertulis Dada Midnight Club. Sangat kreatif. Bangunannya tidak begitu besar atau kecil, tentu saja ada klub malam yang lebih besar daripada Dada. Beberapa mobil terparkir di depan bangunan itu tapi Vincenzo tidak melihat keberadaan sedan abu-abu dengan nomor lisensi yang dia lihat.

"Mobilnya tidak ada di sini," ujar Vincenzo. Beberapa orang berlalu-lalang di jalanan, kebanyakan dari mereka tampak seperti preman.

"Mereka nampak kasar dan cukup menakuktkan, masuk akal tidak sih kalau orang yang menguntitmu ada hubungannya dengan polisi atau kejaksaan?" Chayoung bertanya-tanya.

"Mungkin saja sih," Pak Nam menyela. Chayoung mengernyit.

"Tapi sepertinya tidak ada hubungannya, agak kurang elit bagi mereka untuk bekerjasama dengan preman hanya untuk mengintaiku, jadi kupikir hanya ada satu alasan. Mereka melakukannya karena Hong byeonhosanim." Vincenzo menafsir.

"Ya ampun, jadi merinding," cicit Chayoung. Pak Nam dan Vincenzo menoleh ke arah Chayoung bersamaan dengan ekspresi khawatir.

"Ah tapi apa mungkin orang tersebut suruhan dari orang-orang yang ada di daftar Guillotine File?" seloroh Pak Nam.

Vincenzo menoleh ke arah Pak Nam yang duduk di sampingnya. "Itu... bisa saja. Tapi kenapa? Apakah ada kasus yang Hong byeon atasi terkait dari orang-orang yang ada di daftar itu?"

Memori di Atas Kertas Putih [FIN]Where stories live. Discover now