Bagian 30

303 40 10
                                    

"Ada apa?" Vincenzo berujar ketika panggilannya tersambung ke nomor Ttakpuri.

"Aku butuh uangnya." Ttakpuri menjawab jujur. "Chunjae terluka parah dan dia harus dirawat karena lumpuh." Vincenzo menatap Chayoung yang mana mengucapkan 'ada apa?' ke Vincenzo, tapi lelaki itu sengaja mengacuhkannya.

"Chunjae?" Tanya Vincenzo.

"Bocah yang teman perempuanmu pukul dengan payung."

"Ah," Vincenzo menggumam, "Apakah uang yang kutinggalkan tidak cukup?"

"Tidak."

"Benarkah?"

"Yah, aku tidak bercanda. Chunjae butuh penanganan dan uangku tidak cukup. Kalau saja kolegamu tidak memukulnya dengan payung, dia tidak akan seperti ini! Dia hanya bocah yang bekerja untuk kami." Ttakpuri meracau.

"Aku yakin dia tidak memikirkan latar belakang seseorang ketika melihat bahaya mendekat, bagaimanapun dia melakukannya untuk keselamatannya—dan kami semua." Vincenzo berujar santai. Chayoung mengernyit dan semakin penasaran dan juga kesal. Dia berseru pelan 'pasang pakai pengeras!' Dan dia akhirnya menurut.

"Kamu bilang hanya butuh buku besar saja, bukan uangnya!"

"Kami berubah pikiran," ujar Vincenzo, "Karena kami butuh bantuanmu."

"Dan sekarang kamu gunakan untuk mengancamku?"

"Tentu saja. Katakan ini untuk membayar dosa Hyungnimmu."

Ttakpuri terdiam dan tidak mengatakan apapun untuk sesaat. "Aku benar-benar butuh uangnya, jadi katakan apa yang kamu inginkan?"

"Kami belum memutuskan apa-apa."

"Lalu kalian tidak akan memberiku uangnya?"

"Jangan khawatir, kami akan tetap memberimu sebagian. Akan kami kirimkan secepatnya sebelum uangmu yang sekarang habis. Aku akan beritahu di aman kita akan bertemu dan apa saja yang harus kamu lakukan demi uang itu." Vincenzo menyimpulkan. Ttakpuri terdiam lagi dan untuk waktu yang lama jadi Vincenzo memutuskan untuk menutup telepon itu.

"Dia buru-buru kenapa?" Tanya Chayoung.

"Pemuda yang kamu pukul dengan payung itu nampaknya lumpuh," ujar Vincenzo, Chayoung terpaku.

"Apakah permanen?"

"Aku tidak tanya detailnya sih tapi aku harap tidak."

Chayoung tertegun. "Aku tidak pantas jadi orang jahat, ya?" Chayoung merenung. Vincenzo tidak merespon, dia merasa tidak perlu menambah kebimbangan Chayoung, perempuan itu sebaiknya memecahkan masalah hatinya sendiri.

"Jadi, kamu masih akan tetap berikan uangnya?" Chayoung bertanya setelah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Tentu saja." Vincenzo menjawab singkat.

"Dan apa rencanamu?" Tanya Chayoung.

"Masih belum tahu. Sebaiknya kita selesaikan pekerjaan kita dulu sebelum memutuskan bantuan apa yang kita inginkan."

***

"Bukannya kita harus segera menyelesaikan pekerjaan kita?" Chayoung bertanya ketika Vincenzo menariknya pergi ke sisi lain gedung Geumga, menggenggam tangannya sembari menaiki tangga menuju lantai enam.

"Katanya ingin melihat apartemenku yang dulu?" Tanya Vincenzo balik.

"Iya tapi—"

"Ttakpuri bisa menunggu. Uangnya tidak bakal habis dalam sehari."

Chayoung menghela napas dan kemudian pasrah. "Tapi kenapa tidak pakai lift saja sih?" Chayoung mengeluh pelan saat mereka menapakkan langkah di lantai lima.

Memori di Atas Kertas Putih [FIN]Where stories live. Discover now