Bagian 24

332 54 8
                                    

Vincenzo duduk berjam-jam di dalam ruang tahanannya di Kantor Polisi Haengchi. Sudah lebih dari jam 5 pagi dan dia tidak bisa tidur. Harusnya ini sudah tengah malam di Italia dan Polisi sudah seharusnya mendapatkan konfirmasi dari Interpol, namun mereka belum menangkap atau melepaskannya. Di luar kebiasaan jika Interpol tidak gerak cepat dan tidak memberi jawaban lebih dari 5 jam, bagaimanapun dia ditangkap sore kemarin, pasti ada suatu hal yang terjadi. Belum lagi firasat buruknya masih berputar di kepalanya, dan tidak ada lagi yang dia pikirkan selain berharap Chayoung baik-baik saja di rumah.

***

Detektif Ko mengamati sekitarnya sebelum masuk ke ruangan kosong untuk mengangkat panggilan masuk. Yoon sajang terpampang di monitor ponselnya, Detektif Ko merutuk pelan sebelum dia mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, Sajangnim."

"Kau belum meneleponku sejak kemarin. Jangan-jangan rencana tidak berjalan semestinya, huh?" Taegook merespon dengan nada terseret-seret secara dia baru saja sadar dari kondisi mabuknya. Detektif Ko menjadi gelisah.

"Kami tidak dapat mengkonfirmasinya sebagai Vincenzo Cassano walaupun dia mirip, Sajangnim."

"Apa?!" Taegook menggeram.

"Kartu identitas dan paspornya sama sekali tidak palsu—"

"Bagaimana bisa tidak palsu?" Taegook memotong.

"Kedutaan sudah mengkonfirmasi sendiri dan mereka sudah kroscek datanya dan dia benar adalah penduduk negara mereka, sementara Interpol—" Detektif Ko melambat.

"Apa?! Taegook berteriak tidak sabar.

"Interpol mengkonfirmasi hal serupa. Mereka menyatakan kalau Vincenzo dan Paolo Cassano tewas akibat perseteruan antar mafia di Karibia kemarin dan mereka telah mengkonfirmasi kematian mereka. Keluarga Cassano juga sudah setahun menghilang jadi Interpol tidak memperpanjang investigasi ini karena mereka sendiri disibukkan dengan organisasi mafia yang lebih besar." Detektif Ko menjelaskan.

"Bangsat!"

"Kami tidak punya pilihan selain melepaskannya. Kejaksaan juga tidak menurunkan surat penangkapannya juga."

"Sial! Sial! Sial!" Taegook berteriak. "Dan dimana si brengsek Yoo itu?!" adalah kalimat terakhir yang Detektif Ko dengar sebelum sambungan telepon itu putus tiba-tiba. Mana dia peduli dengan apa yang terjadi pada Byeonghun, yang penting dia tidak ingin lagi berurusan dengan Yoon Taegook atau dia akan dipecat kalau membantah perintah Kejaksaan. Taegook bisa saja punya kuasa atas Kepolisian Haengchi tapi kalau dia terus menjilat dan melaksanakan permintaannya bisa-bisa dia yang kena getahnya, bukan petinggi Haengchi atau orang itu sendiri.

Dia berjalan balik ke mejanya dan mengambil kunci dan berjalan ke sel tahanan. Dia membuka sel tersebut dan memberi sinyal pada Vincenzo bahwa dia dibebaskan. Vincenzo bernapas lega tapi juga penasaran apa yang telah terjadi, namun dia tidak dapat bertanya. Dia tidak bisa mencari tahu sebagai warga Italia yang tidak punya keterlibatan dengan kasus kejahatan internasional itu. Detektif Ko kembali lagi ke mejanya dan mengambil barang milik Vincenzo yang dikumpulkan dalam satu tas ziplock, menyodorkannya pada Vincenzo.

"Kau lelaki mujur." Ujar Detektif Ko singkat dan tidak berminat untuk memperinci dan membiarkannya pergi. Vincenzo menatapnya sejenak sebelum memutuskan untuk keluar dari ruangan itu, mengambil ponselnya dari dalam tas ziplock.

Dia menekan nomor Chayoung namun tidak ada jawaban, mencoba ulang tapi masih belum dijawab. Mungkin masih tidur, pikirnya. Dia menekan nomor Pak Nam, tidak dijawab, diulang lagi dan tidak terjawab juga. Dia makin merasa gugup tapi berusaha menenangkan diri, mungkin saja ini masih pagi, mungkin saja mereka masih tertidur lelap. Dia berencana menelepon Pak Cho ketika dia melihat Pak Ahn keluar dari mobil yang terparkir di depan gedung. Wajah Pak Ahn minim ekspresi, tidak seperti wajahnya yang biasanya.

Memori di Atas Kertas Putih [FIN]Where stories live. Discover now