17. Jealous

591 73 0
                                    

Mata Taehyung perlahan terbuka, ia mengerjap sebentar untuk menetralkan cahaya yang masuk melalui mata. Kenapa ia tidur? Ia lupa apa yang terjadi.

Taehyung memegang kepalanya yang terasa pening ketika suara seseorang menginterupsi, "Sudah bangun? Aku pulang dulu kalau begitu."

Taehyung menoleh ke sumber suara. Ah, dokter Yoongi. Ia ingat apa yang terjadi sekarang.

"Terima kasih Kak." Ucap Taehyung lemas lalu berusaha untuk duduk.

Yoongi menghampiri ranjang Taehyung lalu menyuruhnya untuk meminum segelas air.

"Ini obatnya, sudah ada keterangan disini semuanya." Ucapnya sambil menaruh beberapa jenis obat di nakas yang ada disitu.

Taehyung hanya mengangguk sambil menggumamkan terima kasih lagi, ia tak tahu apa yang akan terjadi jika Kak Yoongi tidak datang.

"Kak..." Panggil Taehyung pelan.

"Ya? Aku masih disini." Sahut Yoongi datar.

Taehyung menatap Yoongi sebentar, lalu menghembuskan nafasnya pelan.

"Bagaimana dengan kemo? Apa aku coba saja?"

Yoongi tentunya tidak terkejut akan pertanyaan seperti itu, sudah banyak pasien yang akan memilih hal itu bila terjadi kanker pada dirinya.

"Bisa, tapi apa kau sanggup? Masih banyak cara lain Tae, tapi apapun yang kau pilih akan selalu kudukung. Kita akan berjuang bersama-sama mulai dari sekarang." Jelas Yoongi lembut sambil menepuk pundak Taehyung pelan.

Mata Taehyung nampak berkaca-kaca lalu dengan segera memeluk Yoongi dengan erat.

"Gomawo."

Sementara Yoongi mau tak mau hanya bisa membalas pelukan anak muda itu. Taehyung hanyalah seorang anak muda yang terkena nasib malang seperti ini, bukan maunya dia jika harus menderita kanker.

"Nee. Omong-omong, apakah orang tuamu atau keluargamu tahu kau seperti ini?"

Ekspresi Taehyung berubah menjadi sendu, segelintir memori yang tak mau ia ingat kembali terputar dibenaknya.

"Kedua orang tuaku sudah meninggal Kak, dan keluargaku satu-satunya hanya Kakak laki-lakiku, Kak Namjoon. Tapi ia sibuk dengan pekerjaannya dan tak bisa dihubungi selama berbulan-bulan." Jelas Taehyung sambil tersenyum kecil.

Yoongi agaknya merasa bersalah sudah menanyakan hal seperti itu, ia merasa sudah membuat Taehyung sedih. Itu semua terbaca dari ekspresinya.

"Maaf, aku tidak--"

"Tidak apa, memang sudah seperti itu. Aku tak masalah oleh siapapun, asal Kak Yoongi bisa menemaniku terus, aku akan bisa berjuang Kak."

Baru kali ini Yoongi terpana melihat senyum seseorang yang begitu tulus tanpa adanya suatu dusta, ia tak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Seperti ada sensasi baru yang menjalar ke hatinya.

"Uhm ya... Baiklah." Jawab Yoongi sambil mengusap lehernya.

"Tak mau makan dulu atau setidaknya minum? Kak Yoongi pasti lelah menungguku bangun."

"Tidak juga, kau menghubungiku jam 11. Aku sampai saja jam 12 malam dan kau sudah pingsan, lalu aku juga ketiduran tadi di sofamu." Jawab Yoongi tak mau membuat Taehyung khawatir.

"Begitu kah? Maaf ya Kak sudah membuat kau repot seperti ini, harusnya aku yang datang kerumah sakit." Ucap Taehyung merasa tidak enak sambil menunduk.

Entah mengapa melihat Taehyung yang menunduk membuat Yoongi menjadi kesal, ia tak suka melihat Taehyung menutupi mata indahnya.

Refuser d'y Aller [KV]Where stories live. Discover now