48. Everyone's fear

609 33 3
                                    

"Hei bung,"

Jungkook mendongak tanpa bersuara, ternyata itu Namjoon yang tiga hari ini ikutan berjaga menemaninya.

"Kau terlihat kacau. Aku rasa kakimu lengket dan tidak bisa beranjak dari sini."

Ia terkekeh pelan.

Namjoon menawarkan sebatang rokok untuk Jungkook. Dia juga menawarkan pemantik rokoknya.

Asap keluar dari mulut keduanya, pikiran Jungkook kalut kalau-kalau Taehyung tidak bangun dan meninggalkannya.

Tidak mungkin, itu tidak mungkin terjadi.

Dari samping Namjoon hanya memperhatikan pacar adiknya itu dengan seksama.

Biarpun terlihat liar, sangar, dan kasar, tapi Namjoon tahu bahwa setidaknya Taehyung bahagia bersamanya.

Walaupun Namjoon tidak tahu seperti apa hubungan keduanya.

Dokter dari ruangan rawat Taehyung keluar membawa sebuah map kecil di tangannya.

Mereka berdua serentak berdiri menanyakan keadaan Taehyung.

"Ia baik-baik saja, walaupun masih belum siuman. Salah satu dari kalian bisa ikut saya untuk membicarakan tentang pasien."

Namjoon menepuk pundak Jungkook dan mengkode agar dia saja yang bicara dan Jungkook yang menemani Taehyung.

Namjoon dan juga dokter tersebut berjalan untuk membicarakan sesuatu. Tanpa Namjoon tahu apa yang akan dibicarakan.

• • •

"Jadi begini Namjoon-ssi, kondisi pasien setelah saya periksa lebih mendalam, sepertinya ia harus menjalani operasi secepatnya."

Alis Namjoon terangkat,

"Apa? Kau mengatakan tadi keadaannya baik-baik saja, apa yang terjadi?" Tanya nya keheranan.

Dokter tersebut memberikan surat yang menyatakan kanker Taehyung sudah memasuki stadium 3.

Seakan dunia berhenti berputar Namjoon syok bukan main dan menggebrak meja dengan marah.

"APA INI?! ADIKKU TIDAK PERNAH MENGALAMI PENYAKIT SEPERTI INI!!"

Sepertinya Namjoon belum tahu penyakit adiknya sendiri, dokter tersebut berpikir demikian.

Jas putih dokter tersebut ditarik kuat oleh Namjoon, ia menatap tak percaya kepada surat tersebut.

"Namjoon-ssi, tenang. Sebaiknya anda bicarakan hal ini kepada pasien yang bersangkutan atau orang lain yang mengetahui ini. Saya hanya dokter disini, keputusan bukan di tangan saya melainkan anda." Ucap dokter tersebut membenarkan jasnya yang kusut.

Dia menghela nafas pelan melihat Namjoon yang terdiam mematung.

"Sebaiknya anda keluar dan bicarakan ini dengan orang yang bisa membantu anda."

Perlahan kaki Namjoon berjalan keluar menggapai gagang pintu yang terasa dingin di tangannya.

"Aku heran kenapa seorang Kakak tidak mengetahui penyakit mematikan dari adiknya sendiri."

Gumam dokter itu yang masih bisa di dengar Namjoon.

Tangannya mengepal dengan erat menyalurkan seluruh emosi dari dalam dadanya.

Refuser d'y Aller [KV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang