yazva

15─ Abi bunda

···

"Bundaa."

"Hm?" Yeva noleh, ada Yazdan dengan rambut acak-acakannya dateng ke arahnya.

Nggak lama, Yeva ngerasa badannya berat dan ada tangan yang ngelingkar di pinggangnya.

"Baru bangun?"

"Hmm." Yazdan sembunyiin wajahnya di ceruk leher Yeva.

"Sana, ah. Lagi masak tau."

"Nggak mau, abi mau sama bunda."

Yeva mendesis, "Yazdan, geli."

Yazdan nggak ngegubris, dia tetep setia sama posisinya.

"Sana, Yazdan. Gue lagi motong sayuran." Nanti yang ke potong malah tangannya Yeva kan nggak banget.

Yazdan ganti posisi kepalanya, laki-laki itu naruh dagunya di bahu kanan punya istrinya.

"Bunda masak apa?"

"Sup. Mau, kan?"

"Hmm. Apa pun yang bunda masak, pasti abi makan."

"Oh, kalau gue masak racun lo mau makan nggak?"

Yazdan melirik istrinya sinis, "Nggak tau kalau itu, soalnya nanti abi mati, terus kalau abi mati nanti bunda jadi janda. Mau?"

"Ih!"

Yazdan ketawa, dia eratin pelukannya, "Bunda, abi sayang bunda."

"Sanaa!"

"Ih, bales dong, bun. Bunda sayang abi juga, gitu." Yazdan cemberut.

"Nggak," balas Yeva ketus.

Si abi, maksudnya Yazdan, ngambek. Tenggelamin lagi wajahnya di ceruk leher istrinya.

"Yazdan gue mau nyalain kompor," kata Yeva, berharap Yazdan lepasin pelukannya.

Tapi nyatanya nggak, laki-laki itu masih setia di posisinya.

Yeva hela napas sabar, perempuan itu mutusin buat lanjutin motong sayuran. Sekarang giliran dia motongin sayur kol.

"Eh iya, abi. Kasih gemoy susu, tadi gue lupa kasih dia susu."

"Hm? Cemong minum susu?" tanya Yazdan.

"Iya, susu khusus kucing yang kemarin kita beli."

"Oh, ok."

Yey berhasil, Yazdan lepasin pelukannya. Padahal Yeva nggak ada niat Yazdan ngasih susu ke gemoy itu buat lepasin pelukannya.

"Haloo, cemong. Cemong anak abii." Yazdan say hi ke anabulnya.

"Sini ya, cemong minum susu dulu."

Sadar sesuatu, Yazdan diem.

"Ndaa, ini caranya gimana?" tanya Yazdan sedikit teriak, dia nggak tau caranya ngasih gemoy susu.