32─ Pisah sebentar

497 82 2
                                    

···

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

···

"Yazdan, beneran?" tanya Yeva ke sekian kalinya dengan nada lesu.

Gimana nggak lesu. Tadi, habis makan malam, Yazdan kasih tau kalau dia bakal ke luar negeri, gantiin Ayah buat proyek kerjasama di sana. Dan yang paling parah, Yazdan di sana satu minggu.

Sambil cemberut, Yazdan ngangguk kecil.

"Jadi kamu mau ninggalin aku?" tanya Yeva kesel dengan dua sudut bibirnya yang turun.

"Enggak, Abi nggak akan ninggalin Bunda. Cuma satu minggu doang, kok." Yazdan mengusap rambut panjang istrinya, yang lagi duduk di pangkuannya.

Kayaknya, posisi ini udah jadi salah satu posisi favorit mereka.

"Tapi seminggu itu lama, Yazdan! Seminggu ada 7 hari, 168 jam, 10.080 menit dan 604.800 detik. Kamu mau ninggalin aku selama itu?" Yeva berucap cepet, lebih tepatnya nggak mau ditinggalin si suami.

"Jujur nih, ya. Abi juga nggak mau. Abi nggak mau jauh-jauh dari Bunda." Yeva balas angguk-angguk. Setuju, dia juga nggak mau jauh-jauh dari Yazdan.

"Tapi mau gimana lagi? Kerjasama ini penting, nggak bisa sembarang orang buat gantiin Ayah. Jadi...."

Yeva tambah-tambah cemberut dengernya. "Emang harus banget kamu, ya?" Baru aja sekitar satu jam lalu mereka baikan, masa mau pisah? Pisah negara lagi.

Yazdan balas angguk-angguk sambil menekuk kedua sudut bibirnya. Jujur, dia juga nggak mau pergi. Rasanya berat banget buat pergi.

Sebenernya, ini bukan kali pertama dia pergi ke luar kota ataupun negeri buat kerjaan. Bahkan dia pernah pergi hampir sebulan karena dari luar kota, lanjut ke luar negeri. Tapi gimana, ya. Kalau sekarang udah beda, semuanya udah beda. Buat pergi seminggu aja rasanya berat. Rasanya berat banget buat ninggalin istrinya dan pergi ke negeri orang selama satu minggu.

Yazdan nggak bisa bayangin gimana dia tanpa peluk, cium, kasih sayangnya Yeva selama tujuh hari.

"Cuma satu minggu kok, Nda. Nanti kan, bisa vc, jadi Bunda selalu bisa liat muka gantengnya Abi," kata Yazdan dibumbui kepedean.

"Iya, sih...." Yeva majuin bibirnya. Emang bisa video call-an selama Yazdan di luar negeri. Tapi tetep aja beda, Yeva nggak bisa liat laki-laki itu secara langsung.

"Sayang," panggil Yazdan, selipin anak rambut istrinya ke belakang telinga. Dia natap tulus perempuan itu. "Sebentar aja, kok. Satu Minggu, bahkan kata Ayah, Abi bisa pulang lebih cepet─mungkin enam hari? Kalau kerjaannya selesai lebih cepet."

Yeva masih cemberut. Kirain bakal lebih cepetnya tiga hari, ternyata cuma enam hari, beda satu hari doang.

"Nanti Abi bakal kabarin Bunda terus, kok, sering ngepap juga, biar kayak orang pacaran, kan, ngepap gituu." Ini Yazdan ngebujuk, walau sebenernya dia hampir tiap menit ngepap ke Yeva waktu jauh dari perempuan itu.

yazvaWhere stories live. Discover now