35─ Dua garis!!

536 99 22
                                    

···

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

···

Pagi ini di rumah keluarga Bapak Theo aman damai. Ya itu sebelum kedengaran suara berisik dari arah ruang keluarga, yang bikin kepala keluarga itu, Bapak Theo sendiri menghampiri ruang keluarganya buat liat penyebab berisik rumahnya di hari Sabtu pagi ini.

Dan ternyata setelah diliat, itu dua bocilnya─Yeva sama Bara. Papah Theo nggak peduli kalau anak-anaknya sekarang udah kepala dua, beliau tetep menanggil kedua anaknya itu bocil.

Oh iya, setelah nginep selama tiga hari di rumah mertuanya, Yeva kemarin pindah buat nginep di sini.

Papah Theo dibuat kaget setelah mendekati dua anaknya dan salah satu dari mereka nangis.

Yeva nangis.

"Loh, Kakak, kenapa?" tanya Papah kaget, sambil duduk di sebelah anak sulungnya.

Yeva nggak jawab, dia elap dua pipinya yang basah.

Eh tapi, tiba-tiba ada yang menyahut, "Nggak tau tuh, Pah! Gaje banget tiba-tiba nangis!" seru Bara meledek.

Yeva melotot. "Gara-gara lo juga!" balasnya nggak terima.

"Kokkk gueee?" Bara dengan tampang ngeselinnya, nanya balik.

"Ini bubur gue! Kenapa lo aduk, hah?!" serunya kesel. Iya, bubur ayam punya Yeva diaduk sama Bara. Yeva itu, tim bubur nggak diaduk. Eh tapi, waktu Yeva tinggal sebentar ke kamar buat ambil hp, buburnya udah keaduk rata dan pelakunya siapa lagi kalau bukan jelmaan setan di depannya.

"Ya udah siih, kan, cuma gue aduk," balas Bara santai.

Nggak tau aja, Yeva udah kesel, bete, marah. Masalahnya, nggak cuma buburnya diaduk diem-diem, tapi esteh yang dia beli juga diminum sama Bara sampe setengah. Yeva bahkan belum minum sedikit pun..

"Cuma?! Lo juga minum esteh gue sampe setengah!" katanya kesel.

Bara diem sebentar, laki-laki itu garuk tengkuknya sambil cengengesan. "Hehehe, kalau itu, gue khilaf."

Alis Yeva tambah menukik. "Terus yang bubur? Lo nggak khilaf?"

Dengan santainya Bara menggeleng, "Enggak. Kalau itu gue sengaja, biar lo ngerasain betapa nikmatnya bubur diaduk." Laki-laki itu balik masang tampang ngeselin yang bener-bener minta disembelih, kalau kata Yeva.

"Udah-udah." Papah Theo menghela napas, pusing sekaligus sakit telinga denger perdebatan dua anaknya. "Bara, minta maaf sama Kakak."

"Kokk?" Bara nggak terima.

Tapi, Papah Theo yang paling ganteng itu malah kasih tatapan mematikan ke arahnya, bikin Bara mau nggak mau, minta maaf. "Ya, maaf," kata Bara males.

Yeva bales melotot, kedengeran banget kalau Bara nggak ikhlas!

"Nah, gitu, dong." Papah Theo senyum liat anaknya akur lagi. "Kakak makan punya Papah aja, masih utuh di meja belum dibuka." Papah ini pengertian, tau banget dari dulu anak perempuannya tim bubur nggak diaduk.

yazvaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt