4. Lamaran Tak Terduga

107K 8.5K 59
                                    

Rea sekarang sudah di rumahnya, lebih tepatnya dia berada di kamar. Dia masih memikirkan tentang perkataan Pak Kelvin tadi saat di kantor. Apa maksudnya sore ini dia akan menjadi calon istri dari pria tampan itu? Sepertinya Kelvin hanya mengerjainya saja, ya bisa di bilang hanya bercandaan semata.

"Pak Kelvin bercandanya gak lucu, ah. Lagian mana mau Pak Kelvin sama anak training kayak aku gini. Udah pendiam, susah bergaul, sering di katain polos sama orang-orang padahal aku sering baca wattpad," gumam Rea sembari memeluk boneka Doraemon kesayangannya.

Jangan salah, Rea memang sangat suka dengan kartun itu. Bahkan selimut dan sprainya saja penuh dengan Doraemon. Rea juga memiliki banyak koleksi film Doraemon dan juga boneka Doraemon.

Tiba-tiba saja, ada yang mengetuk pintu kamar Rea sekarang. Membuat perempuan itu mengerutkan keningnya.

"Rea, cepat buka pintunya!!"

Suara Bunda menggema di luar kamar Rea sekarang. Bahkan seperti tergesa-gesa untuk masuk ke dalam kamar Rea.

"Iya, sebentar Bunda." Rea berjalan ke arah pintu kamarnya, karena dia memang mengunci pintu kamarnya itu.

"Rea, cepetan buka!!" Bunda masih saja tidak sabaran, memangnya ada apa sih sampai Bundanya seheboh ini.

Saat Rea sudah membuka pintu, Bundanya bahkan tanpa sadar mengetuk wajahnya. Membuat Rea terpekik dan bundanya sadar.

"Bunda, ini kan wajah Rea, kenapa ikut di ketuk!!" Rea mengeluarkan protesnya itu.

"Eh maaf, habisnya ini Bunda bingung banget, Rea." Bunda memang terlihat kebingungan dan gelisah.

"Memangnya ada apa, Bunda? Ada maling atau apa? Kalau iya aku siap-siap dulu."

Rea langsung masuk ke dalam kamarnya kembali dan mengambil botol minumnya. Rea segera menghampiri bundanya lagi.

"Kamu ngapain bawa botol minum?" tanya Bunda sembari mengerutkan keningnya bingung.

"Ya buat pukul malingnya dong, Bun, memangnya buat apaan lagi." Rea kan memang hanya memiliki botol minum ini untuk senjata.

Bunda langsung menepuk jidatnya sendiri ketika melihat tingkah Rea. Kenapa dia bisa punya anak perempuan se polos Rea gini.

"Gak ada maling, Rea, sini ikut Bunda." Tangan Rea langsung di tarik oleh Bundanya itu.

Rea kebingungan sendiri, memangnya ada apa sih sebenarnya. Bunda bahkan sampai seheboh ini sekarang.

"Aduh lupa, kamu ganti baju dulu, gak mungkin pakai baju begini." Bunda mengajak Rea kembali ke kamarnya.

Bisa kalian bayangkan Rea sekarang seperti orang bingung. Tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi sekarang. Sesampainya di kamar pun, Bundanya langsung mencarikan baju yang pas untuknya. Tapi lebih tepatnya, Bunda malah mengobrak-abrik lemari pakaiannya sekarang.

"Aduh Bunda, itu lemari aku jadi berantakan semua. Lagian ada apa sih? Ada tamu atau gimana sampai aku di suruh ganti baju segala." Sekarang Rea memang hanya menggunakan celana pendek dan kaos oblong.

"Iya, tamu penting," ujar Bunda sembari memilah-milah dress yang cocok untuk Rea.

"Sepenting apa memangnya? Presiden gitu atau apa? Sampai Bunda heboh banget gini." Rea bisa pusing untuk membereskan baju-bajunya nanti karena semuanya dikeluarkan oleh Bunda.

"Iya, ada pria muda tampan yang mau lamar kamu."

"APA!!" Rea benar-benar tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya sekarang.

Pria tampan yang hendak melamarnya? Itu bukan Pak Kelvin, kan? Karena pria itu tadi pagi memang mengatakan akan melamarnya sore ini. Tapi kan itu hanya candaan saja, Pak Kelvin juga sudah memiliki pacar bukan. Lagian, darimana Pak Kelvin bisa tahu alamat rumahnya.

"Ah, Bunda bercandanya gak lucu, nih. Lagian aku juga belum ulang tahun, Bun, jadi gak usah main prank kayak gini." Rea tidak percaya, mana mungkin ada pria tampan yang mau melamarnya.

"Bunda gak bercanda, Rea!! Ayo ganti bajumu sekarang dengan ini." Bunda memberikan dress maroon untuknya.

Rea masih tidak percaya, pasti dia sedang di prank oleh Bundanya. Dengan ogah-ogahan, Rea pun menganti kaos oblongnya itu dengan dress yang sudah Bunda kasih. Sedangkan Bunda menunggu dia bersiap-siap di luar kamar.

"Cepat, Rea!" Baru juga Rea mau memakai dress itu, tapi sudah di teriaki oleh Bunda lebih dulu.

"Iya! Bentar!" Rea mengerutu di dalam kamarnya.

Mau Bunda mengepanknya juga tidak akan bisa, Rea tidak akan terpengaruh. Setelah memakai dress itu, Rea langsung membuka pintu kamarnya untuk bertemu dengan Bunda kembali.

"Aduh, Rea, kenapa polos gini? Kan bunda udah bilang kalau kamu mau di lamar. Masak rambut acak-acakan dan gak pakai make up sama sekali." Bunda kembali menarik Rea masuk ke dalam kamar dan mendudukan dirinya di depan meja rias.

"Ini aku gak mau kosplay loh, Bun. Pakai segala di dandanin gini."

"Udah, kamu gak udah banyak bicara." Bunda mencari make up yang Rea punya.

"Rea, kamu gak punya make up?" Bunda sampai geleng-geleng kepala.

"Punya kok, cuman lipstik sama bedak dong."

Perkataan Rea membuat Bunda menepuk jidatnya. Dia bahkan lupa jika putrinya ini memang jarang sekali memakai make up. Terpaksa Bunda mengambil make up miliknya di dalam kamarnya sendiri.

"Ini bunda lagi ngerjain apa atau gimana, sih." Rea masih kebingungan sekarang.

***

Rea benar-benar didandani oleh Bundanya itu, bahkan bisa dikatakan sampai membuat Bunda pangkling. Karena Rea memang tidak pernah dandan seperti sekarang. Tapi Rea jadi tidak percaya diri, dia merasa seperti badut sekarang.

"Pasti di ruang tamu sudah ada Ayah dan Abang yang siap nertawain aku deh. Lagian Bunda pakai ngeprank segala, sih," batin Rea sembari mengikuti Bundanya.

Tapi betapa terkejutnya Rea sekarang, bahkan dia sampai melotot ketika melihat Pak Kelvin bersama dengan kedua orangtuanya sedang duduk anteng di ruang tamu bersama dengan Ayahnya.

"Bun, aku gak lagi mimpi, kan?"

Takk!

Bunda langsung menyentil keningnya, membuat Rea terpekik seketika. Tapi Rea sekarang sadar jika semua ini bukan sebuah mimpi belaka. Di depan sana ada Pak Kelvin yang sangat tampan dengan baju batiknya, senada dengan batik milik kedua orang tuanya.

"Ini Pak Kelvin mau jailin aku lagi atau gimana? Pakai segala acara mau lamar aku segala. Padahal kan dia juga udah punya pacar, kasihan pacarnya," gumam Rea dalam hati.

Rea ikut mendudukkan dirinya disamping Bunda. Rea bisa melihat sekarang Pak Kelvin tengah menatap ke arahnya, entah karena wajahnya sekarang sepeti badut atau bagaimana.

"Ada apa nih rame-rame!!" Di saya kondisi yang mencekam seperti ini, datang seorang pria yang Kelvin tidak asing.

"Ini, adikmu mau di lamar sama pacarnya, Bang," ujar Ayah tanpa beban.

"Wow!!" Abangnya langsung bertepuk tangan heboh dan ikut mendudukan dirinya disamping Ayah.

Kelvin sekarang paham, dia menyungingkan sedikit senyumannya. Ternyata yang kemarin mengantar Rea ke kantor itu bukan pacarnya, melainkan adalah Abangnya. Jadi, Rea memang belum memiliki pacar.

Rea yang masih tidak paham dengan semua ini hanya bisa menatap terdiam. Dia merasa semuanya benar-benar seperti mimpi.

"Rea, kenapa kamu tidak bilang jika bos di tempat kamu kerja adalah pacar kamu sendiri? Ayah sampai gak nyangka kalau sekarang anak Ayah udah di lamar kayak gini. Kamu pasti mau kan menerima lamaran dari Nak Kelvin? Pasti mau dong, kan pacar sendiri."

Rea hanya bisa mengedip-ngedipkan matanya bingung.

"Ini prank atau bukan?" Dengan bodohnya Rea malah bertanya seperti ini kepada semua orang.

My Boss Is My Secret Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang