49. Mengikis Karang

35.9K 2.7K 583
                                    

Jika kamu sekeras karang, aku akan berusaha menjadi ombak yang menerjang mu setiap hari, agar kamu terkikis secara perlahan. _Alfarezi Kelvin.

***

Ayah pergi ke kamar Rea dengan membawa bunga tulip putih pemberian dari Kelvin. Ayah masih tidak menyangka jika Ara yang di maksud Rea adalah adik kandung Kelvin. Karena selama ini keluarga Kelvin tidak pernah bercerita jika memiliki 2 anak, setahu Ayah hanya Kelvin seorang.

Tok tok tok

"Rea, bisa tolong buka pintunya? Ada hal penting yang akan ayah sampaikan kepadamu," ujar Ayah di depan pintu kamar Rea.

"Pasti tentang Mas Kelvin, kan? Aku gak mau," balas Rea dari dalam kamar.

"Ini hanya kesalah pahaman semata, Rea. Kamu tidak bisa begini, jangan menghindar dari masalah."

"Aku menghindar, karena aku sakit hati. Hal yang sudah jelas, tidak perlu di jelaskan lagi bukan."

Ayah heran, Rea kenapa bisa sekeras kepala ini? Apa rasa kecewa dan rasa sakit yang Rea rasakan sudah teramat dalam?

"Rea, Ara itu —"

PRAKK

Ayah mendengar suara barang pecah di dalam kamar Rea. Membuatnya panik dan mengendor-gedor kamar putrinya itu. Takut jika Rea melakukan hal buruk di dalam kamarnya.

"Rea! Apa yang kamu lakukan, Nak? Sekarang buka pintunya, jangan nekat." Wajah Ayah terlihat sangat panik.

"Kalau Ayah tidak pergi, aku akan lebih nekat lagi dari sekarang," ancam Rea dari dalam kamarnya.

Ayah sepertinya harus mengalah, Rea sepertinya belum mau di bujuk untuk saat ini. Rea juga nampaknya masih memerlukan waktu untuk berpikir kembali.

"Baik, ayah pergi." Ayah meletakan bunga pemberian dari Kelvin di depan kamar Rea, setelah itu benar-benar pergi dari depan kamar Rea.

Di dalam kamar, Rea sudah duduk di lantai dengan gelas pecah di depannya. Dia sengaja melakukan hal itu karena, setiap mendengar nama Kelvin maka hatinya langsung sakit. Rea menutup seluruh wajahnya dengan menggunakan tangan, menangis dalam diam di sana. Entah sudah berapa banyak air mata yang dia tumpahkan hari ini.

Karena kebanyakan menangis, Rea sampai ketiduran. Dia tidur sembari bersandar di kasur dan masih berada di lantai. Entah sudah berapa jam Rea tidur, namun lebih baik seperti ini daripada dia menangis terus menerus.

Siang harinya, Rea terbangun dari tidurnya. Dia merasa perutnya sangat lapar, Rea melirik jam yang berada di kamarnya kini. Jam menunjukan pukul 1 siang, lama juga dia tertidur tadi.

Biasanya, makanan sudah Bibi taruh di depan kamarnya untuk makan siang. Rea berjalan ke pintu kamar dan membukanya. Dia mengambil makanan yang terletak di meja samping pintu kamar. Saat dia hendak menutup pintu kembali, Rea tanpa sengaja melihat bunga tulip putih yang berada di depan pintu kamarnya.

"Bunga? Dari siapa?" tanya Rea dalam hati.

Rea mengambil bunga itu dan segara menutup pintu kamarnya. Rea menaruh makannya di meja dan tetap memegang bunga tulip tersebut. Rea juga melihat ada kertas yang terselip di bunga itu, dia mengambil kertas tersebut dan membacanya.

My Boss Is My Secret Husband [END]Where stories live. Discover now