50. Fakta Mengejutkan

41.4K 3K 355
                                    

Sudah tiga hari Rea tidak mendapatkan bunga tulip putih seperti hari-hari biasanya. Entahlah, tapi rasanya sangat aneh, padahal dia yang kukuh tidak ingin memberikan peluang suaminya untuk meminta maaf. Namun, kenapa sekarang dia sangat menginginkan Kelvin mengirimkan bunga tulip putih seperti biasanya?

"Apa Mas sudah lelah buat ngasih aku bunga lagi?" gumam Rea sembari menatap bunga tulip putih yang sengaja dia taruh di dalam vas bunga dan dia beri air.

Entahlah, Rea sendiri kurang paham mengapa dia rasanya tidak rela jika ada satu pun bunga pemberian Kelvin yang layu. Dari hari pertama Rea mendapatkan bunga, dia selalu menaruhnya di vas bunga agar tetap segar.

Namun, mata Rea kini menyipit saat sedang menatap bunga-bunga tulip itu yang tampak indah. Rea mendekatkan tubuhnya di bunga itu dan menatapnya heran.

"Perasaan bunganya kemarin pada segar-segar, kenapa sekarang jadi pada agak layu gini sebagian?" Rea terus memandangi bunga tersebut.

Tetapi pikirannya tiba-tiba malah mengarah ke Kelvin. Perasaannya memang sedari kemarin tidak enak tentang Kelvin. Bahkan, tadi pagi saja saat dia hendak minum, gelas yang berada di tangannya tiba-tiba saja terjatuh dan pecah.

Jujur, sebenarnya Rea juga sangat-sangat merindukan suaminya. Rindu berada di pelukan Kelvin, rindu dengan sikap manis Kelvin, dengan segala canda tawa yang selama ini mereka lakukan. Namun, semuanya retak karena Ara.

Rea memang merasa dirinya egois, karena tidak memberi cela untuk suaminya menjelaskan dan meminta maaf. Rea pikir hal itu wajar bukan, istri mana yang tidak sakit hati ketika di bohongi. Ketika dirinya hanya bayangan dari wanita lain. Tetapi, Rea harus tegar atas pendirinya. Prinsipnya, lebih baik pergi daripada terus tersakiti.

"Hah, apa bunga ini layu karena sebagai bukti jika Mas udah menyerah buat minta maaf sama aku? Buktinya sudah tiga hari Mas gak datang lagi ke rumah." Rea kembali mendudukkan dirinya di tepi kasur.

Tatapan Rea kosong, dia menatap lurus ke depan tanpa eskpresi. Namun, tiba-tiba saja setetes air matanya jatuh tanpa suara.

"Tapi aku kangen sama kamu, Mas. Aku harus gimana? Saat egoku menyuruh untuk berpisah agar tidak sakit, namun hatiku seolah enggan melepaskan." Rea menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Kamu adalah pemilih tahta tertinggi di hati aku. Cinta pertamaku, dan orang yang paling aku sayangi. Namun, nyatanya kamu juga luka terbesar untukku. Mas, aku harus mempertahankan egoku atau hatiku yang terus memilihmu?" gumam Rea dalam tangisannya.

***

Wanita paruh baya itu terus saja mencurahkan air matanya. Sudah tiga hari putranya di rawat di rumah sakit. Kata dokter, kerusakan hati Kelvin semakin parah. Karena Kelvin yang selama ini tidak pernah meminum obatnya sama sekali semenjak rumah tangganya retak.

Serta pola hidup Kelvin yang tidak baik, seperti Kelvin yang jarang makan akhir-akhir ini. Semua itu Mama tahu dari Bi Lastri yang menceritakan jika Kelvin susah sekali di suruh makan, bahkan seperti tak terurus.

"Sudah, Mah, mau sampai kapan Mama nangis terus-menerus begini?" tanya pria paruh baya itu sembari mengelus rambut sang wanita.

"Kelvin, Pah, Mama gak tega lihat dia begini. Kenapa setelah putra kita menikah, bukan kebahagian yang dia terima, namun sebuah kepedihan begini?" tanya Mama terisak.

"Sutt. Mama tidak boleh begitu. Setiap rumah tangga pasti ada pasang surutnya, pasti ada saja cobaannya."

Mama menyentak tangan Papa yang kini mengelus rambutnya. Menatap pria paruh baya itu dengan tatapan geram.

"Cobaan apa? Ini bukan cobaan, Pah! Tapi Rea yang sengaja buat Kelvin gak punya semangat hidup begini!! Perempuan itu benar-benar tidak tahu di untung!!" Emosinya Mama sudah meluap tinggi.

My Boss Is My Secret Husband [END]Where stories live. Discover now