48. Membujuk Rea

39.7K 2.7K 133
                                    

Bi Lastri masih berada di kamar Kelvin, dia menatap tidak percaya pesan yang dikirimkan oleh Rea pada Kelvin.

"Mas Kelvin, bibi minta maaf. Tadi siang sebenarnya, Mbak Rea tanya sama bibi siapa itu Ara. Namun, bibi tidak memberitahunya jika Ara itu adalah adik kandungnya Mas Kelvin. Bibi cuman gak mau ikut campur saja dan merasa jika Mbak Rea tanya ke Mas Kelvin sendiri pasti tidak akan semarah itu. Tapi sekarang malah jadi begini, ini semua memang salah bibi. Andai tadi bibi —"

"Sudah, Bi, semuanya juga sudah terjadi. Yang salah itu saya di sini, karena tidak pernah menceritakan tentang Ara ke Rea sejak dulu." Kelvin tersenyum tipis, walaupun hatinya sakit.

"Saya merasa belum siap untuk membahas tentang Ara. Bahkan untuk datang ke rumah Mama dan Papa saja saya masih belum siap sampai sekarang. Jika saya datang ke rumah, semua tangisan, rintihan dan jeritan Ara seolah terdengar dan menghantui saya. Terdengar sangat menyakitkan."

Bi Lastri terdiam, dia merasa benar-benar bersalah. Karena semua ini juga termasuk kesalahannya.

"Bibi obatin lukanya Mas Kelvin ya." Bi Lastri melihat wajah Kelvin yang cukup memprihatikan.

"Tidak udah, Bi, saya tidak apa."

"Tapi bekas pukulannya Mas Rio jadi memar lo itu. Lagian bibi heran, kenapa Mas Rio bisa setega itu kepada Mas Kelvin."

Kelvin kembali tersenyum tipis, mengingat bagaimana Rio memukulinya tadi dengan bringas.

"Karena rasa sayang seorang kakak kepada adiknya yang tidak rela adiknya terluka. Rio pasti marah karena saya telah membuat adik kesayangannya sakit hati. Itu semua wajar kok, Bi, seperti saya dulu yang selalu melindungi Ara. Saya juga dulu marah kan saat ada yang menyakiti Ara." Kelvin menghela nafas sejenak.

"Rio menyayangi Rea dan Rea menyayangi Rio. Seperti saya yang menyayangi Ara dan Ara yang menyayangi saya. Namun hanya rasa sayang sebatas adik dan kakak kandung saja."

Bi Lastri mengangguk, dia pun mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya dan memberikannya ke Kelvin. Dibukanya kertas yang sudah lecek itu, surat milik Ara yang di tadi di baca oleh Rea.

"Karena surat ini, membuat Rea jadi salah paham. Mungkin karena Ara di surat itu mengatakan sayang pada saya ya, Bi? Jadinya Rea mengira dia mantan saya dulu. Padahal kan maksudnya Ara sayang sama kakaknya, seperti Rea yang sayang sama Rio sebagai kakaknya. Apa Rea juga tidak menyadari jika wajah Ara dan saya mungkin ada kemiripan? Karena saya dan Ara kan saudara kandung."

Bi Lastri melihat mata Kelvin, ada sorot kesedihan di sana. Senyum yang Kelvin keluarkan pula, hanya senyuman palsu semata. Mungkin sekarang, Kelvin hanya berusaha untuk menghibur dirinya sendiri.

"Mbak Rea kan masih umur 19 tahun, masih di bilang labil dan pemikirannya belum dewasa. Jadi, biarkan dia berpikir lebih dulu, Mas. Bibi yakin, Mbak Rea pasti gak beneran kok kepingin pisah sama Mas Kelvin. Dia hanya terbawa emosi saja pasti." Bi Lastri mencoba untuk menenangkan Kelvin.

"Semoga saja begitu, besok saya akan ke sana lagi, semoga saja Rea mau saya temui."

Semua itu hanyalah harapan Kelvin, namun semoga terlaksana. Mengingat betapa keras kepalannya Rea tidak mau mendengarkan penjelasan dia. Semoga besok emosi Rea sudah tidak setinggi sekarang.

"Andai dulu Mama dan Papa lebih memperhatikan Ara di bandingkan dengan saya. Lebih memperdulikan Ara dan tidak terus-menerus memperdulikan saya yang penyakitan begini. Tidak termakan dengan topeng kebahagiaan yang selalu Ara tunjukan. Pasti, dulu Ara tidak akan depresi, sakit, lalu meninggal. Jika dulu mereka lebih memperhatikan Ara, mungkin sekarang Ara masih hidup dan bisa bertemu dengan Rea ya, Bi."

My Boss Is My Secret Husband [END]Where stories live. Discover now