54. Menguras Air Mata

44.5K 3.2K 371
                                    

Suara monitor terdengar di sebuah ruangan, membuat rasa sepi seakan senyap. Disinilah wanita paruh baya itu berada, menggenggam erat tangan seseorang yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Seorang pria muda dengan wajah pucat.

Perlahan-lahan, mata pria muda itu terbuka, dilihatnya wanita paruh baya itu dengan tatapan teduh. Sudut bibirnya sedikit terangkat, walaupun rasa perih masih menghantui.

"Kelvin, butuh sesuatu, Nak?" tanya Mama dengan siap siaga.

Kelvin mengeleng lemah, kini memang kondisinya sudah lebih baik pasca operasi transplantasi hati yang dia lakukan waktu itu. Walaupun sampai sekarang pun, dia masih belum tahu siapa orang yang berbaik hati mendonorkan hatinya. Karena, kedua orangtuanya tidak mau memberi tahu.

"Jika butuh sesuatu bilang sama Mama," ujar wanita itu lembut.

Kelvin mengangguk lemah, disinilah dia sekarang berada. Berakhir di rumah sakit karena ulahnya sendiri. Sampai sekarangpun dia masih merindukan istrinya. Entahlah bagaimana kabar istrinya itu. Terakhir kali, dia ingat jika dirinya telah membawakan bunga tulip putih ke 10 untuk istrinya.

Berharap mendapatkan kata maaf dan dapat berbicara baik-baik kepada Rea. Walaupun yang dia harapkan tidak pernah terwujud. Rea, istri yang paling dia cintai telah terluka karena dirinya yang tidak pernah jujur sedari awal. Andai saja dia menjelaskan secara detail tentang keluarganya dari awal, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini.

"Sayang, kamu sedang apa sekarang? Apa kamu masih mengurung diri di kamar dan bersedih? Aku rasanya tidak sanggup melihatmu terus menangis. Apa bunga yang aku berikan kepadamu setiap hari kamu terima? Rasanya tidak mungkin, mengingat betapa kamu sangat menginginkan perpisahan denganku," ujar Kelvin dalam hati. 

"Aku benar-benar minta maaf, aku tidak tahu jika diriku akan berakhir di rumah sakit ini. Entah sudah berapa lama aku berada di sini. Maaf, aku tidak bisa berjuang untuk meluluhkanmu kembali seperti hari-hari biasa. Maaf, jika aku tidak mengantarkan bunga lagi untukmu."

"Andai saja saat ini kamu ada di sisiku, pasti aku akan sangat bahagia. Aku sangat membutuhkanmu, istriku. Aku ... aku sangat merindukanmu."

Kelvin hanya berbicara di dalam hati sembari menatap langit-langit kamar. Di sampingnya, ada Mama yang setiap hari selalu mendampinginya. Selalu berada di sisinya dan selalu merawatnya.

Setiap dia membuka mata, yang dia lihat hanyalah Mama ataupun Papa. Apa salah jika dia mengharapkan Rea ada saat dia membuka mata? Kenapa semua ini begitu menyakitkan untuk dirinya? Jika memang mereka harus berpisah, Kelvin lebih memilih tidak mendapatkan donor hati. Dia merasa hidupnya akan sangat hampa jika harus berpisah dengan Rea.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Mama bertanya kepadanya.

Kelvin mengerakkan kepalanya perlahan-lahan, menatap Mama sembari memamerkan senyum kepalsuan. Seakan-akan mengatakan dia tidak apa. Padahal, dirinya sekarang sangat merindukan dan membutuhkan Rea di sisinya.

"Mah, kenapa aku tidak diberi tahu tentang siapa si pendonor itu? Mengapa begitu dirahasiakan dariku? Aku berhak tahu, Mah," ujar Kelvin dengan suara lemah.

Mama menghela nafas, dia kembali memegang erat tangan putranya. Mama sendiri juga bingung, bagaimana caranya dia memberi tahu ke Kelvin jika yang mendonorkan hatinya itu adalah Rea?

Memang Kelvin belum diberi tahu, karena mereka tidak ingin kondisi Kelvin semakin memburuk saat mengetahui fakta itu. Mereka hanya ingin Kelvin melewati masa-masa pemulihan dengan baik.

"Mah, kenapa tidak dijawab?" tanya Kelvin menggebu-gebu.

"Mama akan memberi tahu kamu, tapi tidak sekarang. Setelah kondisi kamu jauh lebih baik, Mama akan memberitahukannya."

My Boss Is My Secret Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang