55. Menyalahkan Diri Sendiri

49.3K 2.9K 107
                                    

Hanya Kelvin yang berada di dalam ruangan ini, tatapan matanya terlihat sendu, wajahnya murung. Hatinya teramat sakit saat melihat orang yang dia cintai terbaring tak berdaya seperti ini. Kenapa seolah semuanya terbalik? Saat dirinya sakit, Rea yang menemaninya, sekarang saat Rea sakit, dia yang menemani.

Digenggamnya erat tangan yang terasa pas di tangannya itu. Dikecupnya berulang kali, hingga tetesan air terjatuh di punggung tangan Rea. Apakah ada hal yang lebih sakit dari melihat orang yang kita cintai seperti ini?

"Mas ada di samping kamu, Sayang. Kamu tidak sendirian melewati semua ini. Kamu sakit, Mas juga merasakan sakit," gumam Kelvin dengan mata berkaca-kaca.

Bolehkan Kelvin dunia ini tidak adil untuknya? Apa seumur hidupnya terus diterjang badai? Penyakit yang terus menggerogoti dulu, adik satu-satunya yang pergi dan tidak pernah bisa kembali. Sekarang, saat dirinya sudah menikah dan berharap sebuah kebahagiaan terjalin. Tapi nyatanya tidak, justru sebuah kesedihan yang menghadang.

"Kenapa kamu melakukan semua ini? Mengorbankan diri kamu sendiri hanya untuk aku, Sayang." Kelvin menunduk dalam.

Dia merasa tidak rela sebagian hati istrinya bersarang di tubuhnya. Dia memang ingin memiliki hati Rea sepenuhnya, tapi sebuah cinta yang tulus dari Rea, bukan organ hati istrinya.

Percuma juga dia menyalahkan takdir, jika memang nyata takdir mereka kini tidak bisa dirubah. Kelvin kembali menatap wajah cantik istrinya yang tampak pucat itu.

"Mas rela, Tuhan mengambil nyawa Mas daripada kamu harus berkorban dan berakhir kamu yang tersakiti. Kamu tahu, melihatmu sakit seperti ini justru semakin membuat aku sakit." Kelvin mencium punggung tangan Rea sembari terisak di sana.

Kenapa rumah tangga mereka harus seperti ini? Saat satu baik-baik saja maka yang satunya sakit, terus terbalik seperti ini. Apa mereka memang tidak ditakdirkan untuk berjodoh?

Apakah ini tandanya mereka memang harus berpisah? Apa semesta memang tidak menginginkan mereka bersama? Jika bersama terasa menyakitkan, apakah sendiri lebih baik? Tidak, dalam lubuk hati yang paling dalam Kelvin tidak ingin berpisah dengan Rea.

"Semua ini memang salah aku, semua gara-gara aku. Andai saja aku tidak penyakitan, pasti hubungan kita tidak akan semenyakitan ini." Suara isakan dari Kelvin masih terdengar.

"Mas memang egois sama kamu dan tidak tahu diri. Seharunya Mas berpikir dari awal tentang kondisi Mas yang penyakitan begini. Andai saja Mas dulu tidak menikahi kamu, pasti sekarang kamu bahagia, bukan terluka seperti ini. Mas memang bodoh dan tidak tahu diri." Kelvin terus saja menyalahkan dirinya sendiri.

Kelvin terus menatap istrinya lekat, dia hanya ingin Rea bangun dan mereka kembali bersama-sama. Kelvin tidak ingin hal yang lain lagi, hanya Rea yang dia mau.

"Namun sayangnya, sebuah penyesalan tidak akan bisa mengembalikan semuanya. Tidak perlu berandai-andai, karena nyatanya semua sudah terjadi." Suara seorang pria menggema di ruangan ini.

Sebuah tangan mendarat di pundaknya, membuat Kelvin menatap sang empunya.

"Papah," gumam Kelvin lirih.

"Pernikahan kalian bukan sebuah kesalahan. Tapi memang sebuah takdir yang mempertemukan kalian. Mempertemukan dua orang yang memang sudah berjodoh." Papa menyungingkan senyum ke arahnya.

"Setiap rumah tangga pasti memiliki badai, bahkan bisa saja badai itu menerjang begitu hebat. Kamu tahu? Rea adalah perempuan kuat dan tidak lemah seperti kamu. Dia yang setiap hari merawatmu tanpa rasa lelah, menunggu kamu membuka mata tanda rasa bosan. Berdoa setiap waktu untuk kesembuhanmu. Bukan seperti kamu yang menyerah dan menyalahkan pernikahan kalian."

My Boss Is My Secret Husband [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ