53. Sebuah Pengorbanan

43.2K 3K 103
                                    

Sore ini Rea mengumpulkan seluruh keluarga di rumah sakit. Ada Mama, Papa, Ayah dan Bunda serta Rio abangnya. Semua mata kini menatap ke arah Rea, seolah ingin bertanya apa yang akan Rea lakukan kali ini.

"Rea, ada apa kamu mengumpulkan kami semua kemari?" tanya Bunda yang merasa penasaran.

Rea terdiam, dia melirik ke arah ranjang dimana suaminya berada. Dia tahu, ini adalah keputusan yang paling berat untuk semuanya, namun tetap harus dia lakukan.

"Mas Kelvin," gumam Rea lirih.

"Ada apa dengan Kelvin? Apa terjadi sesuatu dengan Kelvin selagi kita tidak ada?" tanya Mama menggebu-gebu, jika menyangkut soal putranya Mama tidak pernah main-main.

Rea mengeleng lemah, seolah mengatakan jika tidak terjadi apa-apa. Seketika, dia pun menunduk lesu, sembari meremas tangannya sendiri.

"Jujur, Rea, kenapa wajah kamu seperti itu?" Mama sangat penasaran, karena sekarang memang Kelvin lebih sering dijaga oleh Rea daripada mereka.

Rea mendongak kembali, menatap wajah mereka satu persatu. Ingin dia mengatakannya sekarang, tapi kenapa rasanya sangat berat? Padahal dia sudah mengumpulkan semua keluarganya, dan memang seharunya dia jujur.

Semua tatapan terus saja mengarah kepadanya, seolah meminta Rea untuk segera menjelaskan, bukan hanya mengulur waktu semata. Rea menutup matanya sejenak, kemudian membuka matanya perlahan-lahan.

"Ada dua berita yang hendak Rea katakan, ada berita baik dan berita buruk tentang Mas Kelvin," ujar dengan satu tarikan nafas.

"Ada apa? Cepat katakan, Rea, berita apa?" Bunda kini mengeluarkan pertanyaan.

Sedangkan pihak laki-laki terkesan hanya diam saja dan menyimak apa yang Rea katakan. Rea memantapkan kembali mereka satu persatu, lalu tersenyum tipis namun penuh dengan rasa sakit dihatinya.

"Kata dokter, kondisinya Mas Kelvin semakin parah, kita harus sesegera mungkin menemukan pendonor itu, atau Mas Kelvin benar-benar tidak akan selamat," ujar Rea menjelaskan.

Mama membekap mulutnya sendiri, perkataan Rea benar-benar membuatnya kaget. Tubuh Mama langsung bergetar dengan air mata yang kembali mengalir. Jujur, Mama memang sangat takut kehilangan Kelvin. Sudah cukup rasa sakit yang teramat dalam dia rasakan dulu saat kehilangan Ara.

"Kelvin, Pa," adu Mama kepada sang suami.

Papa hanya bisa memeluk Mama dari samping, menenangkan istrinya yang terus saja sedih ketika mengingat putra mereka. Tidak ada orang tua yang tidak sedih ketika melihat anak mereka kini ada diantara hidup dan mati.

"Namun, aku memiliki berita baiknya." Rea kembali mengeluarkan suaranya.

Semua mata kembali menatap ke arah Rea. Mereka semua tertarik dengan berita baik yang akan Rea katakan.

"Aku sudah mendapatkan donor hati yang cocok Mas Kelvin. Jadi, sebentar lagi Mas Kelvin bisa menjalankan operasi transplantasi hati." Suara Rea terdengar bergetar.

Semua orang langsung mengucapkan rasa syukur. Bahkan Mama langsung menangis haru ketika mendengar perkataan Rea barusan. Karena memang mereka semua sudah berusaha untuk mencari pendonor itu, namun belum juga menemukannya. Membuat keluarga Kelvin merasa frustasi.

"Pah, putra kita akan sembuh," adu Mama dengan wajah ceria.

Air mata Mama berubah menjadi air mata kebahagiaan. Rea melihat Mama dan Papa saling berpelukan, mengeluarkan rasa bahagianya yang tak terhingga. Tanpa terasa, membuat air mata Rea ikut terjauh. Dia bahagia ketika dapat melihat orang yang dia sayangi bahagia. Kedua orang tua Kelvin juga merupakan kedua orang tuanya bukan.

My Boss Is My Secret Husband [END]Where stories live. Discover now