24. Pertemuan Tak Terduga

45.3K 3.2K 83
                                    

Rea dan Kelvin sedang bersiap-siap untuk tidur, karena memang mereka sudah lelah bermalam mingguan di Malioboro.

"Sini tidur," ujar Kelvin sembari menepuk-nepuk kasur di sebelahnya.

"Hm." Rea hanya berdehem, dia pun merebahkan tubuhnya di samping sang suami.

"Gimana? Udah hafal kan jalan ke Malioboro?" tanya Kelvin saat Rea sedang menarik selimut.

"Kalau Malioboro mah saya udah hafal, Mas," balas Rea.

"Okey, berarti saya akan selalu ajak kamu keliling-keliling Jogja biar kamu tahu jalanan. Pokoknya saya pengen kamu itu tahu mana-mana, gak cuman di rumah aja."

"Hm." Lagi-lagi Rea membalasnya dengan deheman saja.

Ya terserah Pak Kelvin saja mau bagaimana, selagi niat Pak Kelvin itu baik untuknya.

"Yaudah buruan tidur," ujar Pak Kelvin kembali dan di angguki oleh Rea.

Baru juga memejamkan matanya, tiba-tiba saja ponsel Rea berbunyi dengan sangat nyaring. Memang sekarang jika di rumah Rea tidak mensilent ponselnya.

"Angkat Rea, itu berisik," ujar Pak Kelvin ketika Rea lebih memilih untuk menutup seluruh tubuhnya dengan selimut daripada mengangkat telponnya yang berbunyi nyaring.

"Iya-iya, bawal banget, sih!" Rea segera mengambil ponselnya itu.

"Gak boleh gitu ngomongnya kalau sama suami, dosa!" tegur Pak Kelvin, dia memang akan menegur Rea selagi itu salah.

Tapi bukannya menjawab Rea malah melotot ketika melihat ponselnya. Memang siapa yang menelepon dia malam-malam begini? Kelvin jadi penasaran kan sekarang.

"Ngumpet Mas!" Perintah Rea panik.

"Ngapain saya harus ngumpet? Siapa yang menelpon kamu memangnya?" Kelvin jadi semakin penasaran saja, dia bukannya sembunyi tapi malah ikut melihat ke layar ponsel milik Rea.

"Mbak Lia video call ini, jangan sampai kita ketahuan kalau satu kamar." Rea menaikan nada bicaranya itu, lagian suaminya sangat susah di suruh.

Kelvin terpaksa bangkit dari kasurnya dan kini berdiri di dekat tembok. Dia tetap berada di dalam kamar sembari menatap ke arah Rea yang sedang mengangkat telepon dari Lia.

"Si Lia ganggu orang mau tidur saja," gumam Kelvin dalam hati.

Padahal malam hari kan orang juga mau istirahat, malah istrinya di video call yang berakhir dia menjadi patung di kamar ini. Wajah Kelvin sudah tidak bersahabat lagi sekarang. Tapi dia tetap menatap ke arah istrinya yang sedang berbicara dengan Lia.

"Mbak Lia kenapa nangis?" tanya Rea ketika mereka awalnya ngobrol biasa tapi lama-lama Mbak Lia malah menangis.

"Re, gue putus sama cowok gue," adu Lia dari sebrang sana.

"Hah putus! Sama yang waktu itu ulang tahun kita beliin jam tangan itu, Mbak?" tanya Rea dan mendapatkan anggukan dari Mbak Lia.

"Kenapa bisa putus, Mbak?" Rea jadi kepo sekarang.

"Soalnya dia tahu kalau gue tidurnya ngorok, Re."

Rea rasanya ingin tertawa saja ketika mendengarnya, tapi dia tahan-tahan karena tidak mau membuat Mbak Lia semakin sedih.

Sama seperti Rea, Pak Kelvin juga melakukan hal yang sama. Dia awalnya ingin tertawa tapi malah di tatap tajam oleh istrinya. Jadilah dia menahan tawanya itu hingga dia malah kentut.

Brutt!

Rea melotot, bisa-bisanya suaminya kentut di saat yang tidak tepat. Semoga saja Mbak Lia tidak mendengarnya, mana bau lagi. Sedangkan Pak Kelvin hanya bisa senyum-senyum saja seolah tak bersalah.

My Boss Is My Secret Husband [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu