21. Menjenguk Sang Suami

55.3K 3.5K 19
                                    

Semua mata memandang ke arah Mbak Cindy, entah mengapa Rea rasanya sudah tidak sabar untuk mendengar penjelasnya, mungkin bukan hanya Rea saja, tapi semua orang yang berada di ruangan ini.

"Tadi pas di lorong itu gue lihat Pak Kelvin pingsan!" jelas Cindy heboh.

"Apa!" Baik Rea dan Mbak Lia sama-sama kaget.

Rea tidak tenang, pasalnya tadi pagi saat dia mengembalikan jas kan Pak Kelvin masih baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba bisa pingsan begitu?

"Kok bisa?" tanya Mbak Lia kaget.

"Gue juga gak tahu, Li, tapi sekarang tuh pada rame-rame ke Unit Kesehatan, Pak Kelvin di bawa ke sana."

Mendengar itu, Rea langsung pergi begitu saja dari ruangan. Dia harus datang ke unit kesehatan karena ingin mengetahui bagaimana kondisi suaminya sekarang.

Tidak hanya Rea yang keluar, tapi juga Mbak Lia dan Mbak Cindy ikut pergi juga, hanya Mas Dito yang lebih memilih untuk tetap berada di ruangan.

Sesampainya di depan unit kesehatan, sudah banyak para wanita yang kepo dengan keadaan Pak Kelvin. Bahkan ada security yang berjaga di depan ruangan agar para wanita-wanita itu tidak masuk ke dalam ruangan begitu saja.

"Widih, rame banget yah. Tapi gimana ya Pak Kelvin sekarang? Kok dia bisa tiba-tiba pingsan di kantor," ujar Mbak Lia yang dapat Rea dengar.

Rea sangat gelisah, dia ingin sekali masuk ke dalam ruangan itu dan menemui suaminya. Tapi masalahnya dia tidak bisa melakukan hal itu sekarang, kan tidak boleh ada satu pun karyawan yang tahu jika dia adalah istrinya Pak Kelvin.

"Semoga Mas Kelvin baik-baik saja," ujar Rea dalam hati.

Rea hanya bisa berdiri agak jauh dari unit kesehatan, karena dia juga tidak mungkin mendekati, sudah ramai sekali disana masalahnya.

"Kalian semua, pergi dari sini segera, lanjutkan pekerjaan kalian!" Security sampai berteriak karena kegaduhan yang terjadi.

"Tapi kami pengen tahu, Pak Kelvin kenapa!" Para wanita itu tidak mau kalah, pasalnya baru kali ini Pak Kelvin pingsan di kantor.

"Pak Kelvin butuh ketenangan! Kalian jangan menganggu. Justru kehadiran kalian di sini malah membuat istirahat Pak Kelvin terganggu!" Para security tidak mau kalah dengan mereka.

Tiba-tiba saja mereka semua di kagetkan dengan kemunculan Mbak Dea dari dalam unit kesehatan.

"Dih, yang lain gak boleh masuk tapi tuh si Dea boleh-boleh aja masuk," cletuk Mbak Cindy.

"Ya beda lah, kan Dea itu sekertarisnya Pak Kelvin," balas Mbak Lia.

"Ya kan cuman sekertarisnya doang, bukan pacar atau istrinya. Dea mah bikin para cewek-cewek di sini iri aja, jangan-jangan memang ada hubungan di luar pekerjaaan antara Dea sama Pak Kelvin."

"Hus, gak boleh kayak gitu, Cin. Kan belum tahu kebenarannya seperti apa, kalau gue lihat-lihat juga mereka hanya sekedar atasan dan bawahan biasa. Lagian Pak Kelvin kan kalau soal perempuan tertutup, siapa tahu kalau di luar dia sebenarnya sudah punya pacar, kan. Tapi kita semua di sini gak ada yang tahu," ujar Mbak Lia memarahi Mbak Cindy.

Rea hanya menyimak saja, tapi sebenarnya yang dikatakan Mbak Lia ada benarnya juga. Pak Kelvin di luar kan memang memiliki pasangan, tapi bukan pacar namun seorang istri.

Rea juga berpikir, Mbak Dea kok sepertinya dekat sekali dengan Pak Kelvin. Sampai-sampai yang boleh masuk ke dalam unit kesehatan hanya Mbak Dea saja.

"Udah yuk balik ke ruangan aja, lagian percumah kita disini juga gak boleh masuk. Pekerjaan masih banyak, gaes," ujar Mbak Lia sembari mengandeng tangan Cindy dan Rea agar ikut dia kembali ke ruangan.

"Mbak Lia, saya balik ke ruangannya nanti saja," ujar Rea sembari melepas tangan Lia dari tangannya pelan.

"Mau ngapain di sini juga, Re? Kepo juga sama keadaanya Pak Kelvin? Lagian kan dia cuman pingsan aja, gak sampai masuk ke rumah sakit. Udah deh, ayok balik ke ruangan sekarang." Mbak Lia tetap menarik tangannya.

Padahal Rea ingin sekali tetap berada di sini sampai keadaan sepi, tapi mau bagaimana lagi bukan. Rea terpaksa mengikuti Mbak Lia untuk kembali ke ruangan lagi.

***

Sekarang jam sudah menunjukan pukul 17.30. Padahal jam pulang kantor itu pukul 16.00, Rea menang sengaja pulang terlambat karena dia ingin pergi ke unit kesehatan lebih dulu untuk bertemu dengan suaminya.

Tadi sih Mbak Lia sudah mengajaknya pulang, tapi dia menolak dan mengatakan jika pekerjannya sedang banyak. Ya semoga saja Pak Kelvin masih berada di unit kesehatan.

Rea keluar dari ruangannya dan berjalan ke unit kesehatan, dari kejauhan dia melihat di depan ruangan sudah sepi. Mungkin mereka juga sudah pada pulang, karena hari juga sudah mau gelap.

"Waktu yang pas buat ketemu sama Mas Kelvin," gumam Rea sembari berjalan mendekat ke ruangan itu.

Tapi dia dari luar mengintip ke dalam dari balik pintu. Siapa tahu kan kalau di dalam ruangan masih ada Mbak Dea, namun saat dia tidak melihat siapa-siapa lagi, dia pun masuk ke dalam ruangan itu dengan segera.

"Mas Kelvin," gumam Rea saat melihat suaminya terbaring di ranjang dengan mata terpejam.

Apakah suaminya itu belum sadar juga semenjak pingsan tadi sore? Tapi kenapa lama sekali, biasanya kan kalau orang pingsan tidak sampai selama ini.

Rea berjalan semakin mendekat, sampai akhirnya dia duduk di kursi yang berada di dekat kasur. Ditatapnya wajah sang suami dengan pandangan teduh.

"Kok Mas bisa sampai kayak gini, sih? Sebenarnya Mas kenapa?" tanya Rea lirih.

Tapi percumah saja, karena Pak Kelvin juga tidak menjawab pertanyaan barusan.

Rea melihat ke tangan Pak Kelvin, dengan pelan dia mengambilnya dan menggenggamnya dengan pelan. Dia akan menunggu sampai Pak Kelvin sadar.

"Maaf ya, Mas, saya baru bisa datang ke sini sekarang. Soalnya tadi banyak banget cewek-cewek yang mau masuk ke sini." Rea mengadu, walaupun percumah saja.

Rea melihat rambut suaminya yang agak berantakan. Dengan telaten, dia menjulurkan tangan kanannya dan merapikan rambut Pak Kevin. Sedang tangan kirinya dia gunakan untuk mengenggam tangan Pak Kelvin.

"Dah ganteng lagi deh," ujar Rea sembari tersenyum tipis.

Tapi kenapa dia melihat wajah Pak Kelvin seperti ada yang aneh. Ah, mungkin itu hanya perasaanya saja. Rea tetap memandangi wajah suaminya lekat, namun tiba-tiba.

"Hacim!!" Pak Kelvin bersin dan membuka matanya.

"Mas udah sadar ya," ujar Rea kesenangan.

Kelvin hanya bisa tersenyum tipis dan mengangguk. Padahal dia memang sudah sadar dari tadi, tapi sewaktu dia melihat Rea mengintip dari balik pintu tadi dia pura-pura masih pingsan.

Bahkan rasanya dia ingin tertawa karena mendengar semua ucapan Rea padanya. Namun sayang, semua itu tidak bertahan lama karena hidungnya gatal dan dia bersin.

"Aneh, tiba-tiba langsung sadar pas habis bersin. Baru kali ini aku lihat cara orang sadar dari pingsan seaneh ini," batin Rea.

"Kamu belum pulang karena nungguin saya, ya? Maaf banget kalau gitu ya, Sayang," ujar Kelvin untuk mengalihkan pikiran Rea, karena dia melihat wajah Rea yang kebingungan.

Rea membalasnya dengan anggukan saja. Tapi syukurlah, karena sekarang suaminya sudah sadar.

"Mas, kok tadi bisa pingsan kenapa? Terus, Mas ada hubungan apa sama Mbak Dea?"

Rea langsung mencecar dengan pertanyaan, karena dia memang sudah tidak sabar untuk menanyakan hal ini ke suaminya.

Wah, kok bisa ya Pak Kelvin tiba-tiba pingsan gitu? Ada yang mau tahu alasannya?

Next gak nih?

Kalau mau next jangan lupa share cerita ini ya, vote dan komen juga.

My Boss Is My Secret Husband [END]Where stories live. Discover now