22. Merajuk dan Nasihat

60.5K 3.5K 61
                                    

Rea mengkedip-kedipkan matanya, menunggu jawaban yang akan di lontarkan oleh suaminya.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Kelvin malah menjawabnya dengan pertanyaan balik.

"Mas, kalau ada orang bertanya itu di jawab, bukannya malah di kasih pertanyaan balik. Jangan berusaha mengalihkan perhatian dong," balas Rea kesal.

"Ya sudah, mungkin karena saya gak makan siang tadi, lalu pekerjaan saya sebetulnya banyak hari ini, beberapa kali rapat di luar kantor juga. Bahkan sekarang saja saya bingung, bagaimana nasib pekerjaan saya yang harus di selesaikan hari ini," adunya dengan wajah memelas.

Memang tadi siang Rea makan sendiri di ruangan karena dia membawa bekal dari rumah. Jadi dia tidak tahu apakah suaminya makan siang atau tidak.

"Kok gitu, besok lagi jangan lupa makan siang. Sok-sokan mau diet lagi."

"Siapa yang mau diet? Saya gak bilang seperti itu. Hanya tidak sempat saja, bukan berarti mau diet, Rea." Kelvin tidak terima.

"Hm hm." Rea hanya menanggapinya dengan deheman saja.

Dia melirik ke arah meja, di sana ada sterofom makanan.

"Mas, itu kok gak di makan? Katanya belum makan siang," tanya Rea pada sang suami.

"Ya nunggu kamu nyuapin saya lah."

Jawaban Kelvin jujur sekali ya, sampai-sampai membuat Rea melongo. Padahal kan Pak Kelvin juga bisa makan sendiri, namun malah menunggunya.

"Hm, manja banget," ejek Rea.

"Rea ingat, tugas istri apa?"

"Melayani suami."

"Nah, itu tahu, kenapa harus protes?"

Rea tidak bisa menjawab apapun lagi, karena nyatanya dia sudah kalah telak. Rea mengambil sterofom itu dan membukanya. Ternyata isinya adalah bubur, Rea segera menyuapkan ke sang suami.

"Serasa punya bayi besar," gumam Rea yang mampu Kelvin dengar, tapi tidak di tanggapi oleh Kelvin.

"Besok lagi jangan lupa makan siang, gak usah gaya-gayaan. Pokoknya harus ingat, makan itu penting, Mas. Di balik pekerjaan yang menumpuk, kita juga harus makan, sayangi diri kita sendiri," ujar Rea memberikan nasihat kepada suaminya.

"Rea, kenapa kamu kalau sama saya banyak bicara? Kalau sama orang lain kenapa jadi pendiam?"

Pertanyaan macam apa yang di lontarkan Pak Kelvin padanya.

"Ya, soalnya kalau saya sudah nyaman sama seseorang, udah kenal deket gitu bisa akrab, Mas. Tapi kalau enggak akrab banget ya ngrasa kayak gak nyaman atau canggung gitu kalau mau ngobrol. Selain itu, kalau saya sama Mas gini itu kayak gak usah mikir mau bicara apa, tapi kalau sama orang lain harus mikir mau bicara apa. Lalu yang kita bicarakan itu benar atau berkenan di hati mereka enggak. Jadinya malah gak jadi bicara apa-apa dan cuman diem aja."

Kelvin mendengarkan dengan seksama dan dia mengangguk. Ya sudahlah, dia harus bisa memahami istrinya.

"Btw, ini bubur yang beliin siapa?" Entah mengapa Rea malah bertanya hal yang tidak penting seperti itu.

"Dea yang beli."

Rea menganga, sedekat itu kan suaminya dengan Mbak Dea. Sampai-sampai untuk urusan makanan saja Mbak Dea yang membelikan. Rea memberengut, dia menatap lekat ke arah Pak Kelvin.

"Sebenarnya, Mas ada hubungan apa sama Mbak Dea?" tanya Rea curiga.

"Hubungan rekan kerja, antara atasan dan bawahan." Kelvin menjawab dengan jujur.

My Boss Is My Secret Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang