🌬️ PROLOG

3.4K 213 5
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

LANGIT hitam sudah terbentang di angkasa. Bulan dan para bintang pun tampak menghiasinya. Angin malam sesekali bertiup, menggerakkan dahan pohon dan juga dedaunan.

Entahlah jarum jam sudah menunjukkan pukul berapa, tapi jika dilihat dari suasana yang sunyi, di mana tidak ada seorang pun terlihat dan jalanan sepi dari kendaraan, hari pastilah sudah sangat larut.

Sungguh nasib buruk sedang menimpa seorang gadis yang di tengah-tengah kesunyian malam, dia harus berjalan sendirian. Menempuh perjalanan menuju rumah, karena tidak ada satu pun kendaraan umum yang masih beroperasi.

"Menyebalkan, bagaimana bisa aku tertidur di kafe sampai selarut ini?" gumam gadis itu.

Sepanjang perjalanan, dia memang tak henti-hentinya merutuki dirinya sendiri. Hanya karena tidak bisa menahan kantuk, dia jadi tertidur pulas di kafe dan baru dibangunkan saat kafe hendak tutup.

Rupanya nasib buruk gadis itu masih berlanjut. Karena di tengah perjalanan, dia melihat sekumpulan pria berada tak jauh di depannya.

Nalurinya berkata jika para pria itu bukanlah orang baik. Terlihat dari penampilan mereka dan juga gelagatnya yang seperti preman.

"Sialan," umpatnya.

Rasanya tidak mungkin jika dia harus berjalan melewati orang-orang itu. Itu sama saja dengan membahayakan keselamatannya sendiri. Namun, dia juga tidak mungkin diam saja.

"Hey, kau!" teriak salah seorang dari mereka yang menyadari keberadaan gadis itu.

"Ya Tuhan," ujarnya yang seketika dibuat panik.

"Apa kau tersesat? Kemarilah, kami bisa membantumu!" teriak yang lainnya yang langsung disambut tawa oleh teman-temannya.

"Jangan takut, tenanglah, semua akan baik-baik saja," ujar gadis itu berusaha menenangkan dirinya. Karena tak bisa dipungkiri dia benar-benar sangat ketakutan.

"Kau tidak mau kemari? Baiklah, kami yang akan menghampirimu!"

Kepanikan dan ketakutan gadis itu seketika bertambah berkali-kali lipat kala melihat para pria itu berjalan menghampirinya.

Hatinya berkata jika dia harus berlari sekarang, tapi kakinya yang begitu lemas tidak bisa diajak kerja sama. Alhasil, selama beberapa saat dia hanya mampu terdiam, tapi setelah berusaha keras menggerakkan kakinya, akhirnya dia berhasil.

"Hey, jangan lari kau!"

Dengan lunglai dia memaksa kakinya untuk berlari, menjauh dari para pria yang kini mengejarnya. Bahkan dia juga beberapa kali hampir terjatuh, entah itu karena tersandung atau kakinya yang begitu lemas.

Dia juga tidak mempedulikan ke mana langkah kaki membawanya. Karena satu-satunya hal yang dia pikirkan adalah menghindar dari orang-orang itu.

Karena suasana jalan begitu sepi, tanpa pikir panjang dia berlari menyebrang, melewati trotoar hingga tanpa sadar, dia berlari menjauhi jalan raya.

"Ya Tuhan ... tolong aku," ujarnya dengan napas terengah-engah. Jujur dia sudah tidak kuat berlari lagi. Namun, dia juga tidak mau berhenti.

Melihat gadis di hadapan mereka sudah kelelahan dan tak berdaya, para pria yang berjumlah lima orang itu seketika tertawa. Mereka juga tidak berlari lagi untuk mengejar gadis itu.

"Kalau kau sudah lelah, jangan memaksakan dirimu. Kebetulan kami membawa minuman, kau pasti haus bukan?" tanya seorang pria yang memegang botol bir.

THE MAN IN THE SKY [END]Where stories live. Discover now