🌬️ 29 : Seharian bersama Adrien

331 46 1
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

ADRIEN sama sekali tidak bisa mengalihkan tatapannya dari gadis yang saat ini duduk di sampingnya. Dia sungguh tidak menyangka jika Sheyla akan berdandan secantik ini, apalagi sampai memakai gaun.

Bertahun-tahun mengenal Sheyla, Adrien tentu tahu jika gadis itu cenderung tidak mempedulikan penampilannya. Jelas penampilan Sheyla hari ini yang lain dari biasanya, berhasil membuat Adrien terkejut sekaligus terpukau.

Puas memandangi Sheyla, Adrien lantas menatap lurus ke depan. "Aku benar-benar tidak menyangka kau akan berpenampilan seperti ini. Kalau saja kau bilang padaku sebelumnya, mungkin aku akan menyewa jas dan mengajakmu ke tempat yang lebih bagus dan bukannya di taman seperti ini."

Namun, jangankan membalas Sheyla yang sedari tadi diam dan memandang lurus ke depan sepertinya tidak mendengar ucapan Adrien.

Raganya memang sedang bersama lelaki itu, tapi pikirannya justru tertuju pada Gavin. Bahkan bayang-bayang kejadian saat lelaki itu menciumnya tidak berhenti berputar di kepala Sheyla.

Karena tidak ada balasan dari orang yang dia ajak bicara, Adrien kembali menatap gadis itu. Keningnya sedikit berkerut saat melihat Sheyla terus memandang ke depan tanpa berkedip. Padahal tidak ada apa pun di depan mereka saat ini.

"Sheyla," panggilnya tapi gadis itu tetap diam. "Sheyla kau baik-baik saja?"

Sayangnya Sheyla tetap tidak membalas, dia masih diam bagaikan patung. "Sheyla kau mendengarku atau tidak?" Adrien kembali bertanya seraya memegang bahu Sheyla.

Di saat itulah Sheyla tersadar dan langsung melirik tangan Adrien yang menyentuh bahunya. Lalu dengan ekspresi bingung dia menatap lelaki itu.

"Ada apa?" tanyanya.

Adrien mendengkus. "Yang benar saja? Sejak tadi kau melamun?"

"Hah? A-aku kenapa?" tanya Sheyla seraya menunjuk dirinya sendiri.

Tidak ada jawaban dari Adrien, lelaki itu malah memberikan tatapan tajam pada Sheyla. Di saat itulah Sheyla baru sadar apa yang sebenarnya terjadi. Sejak tadi dia terus memikirkan Gavin sampai dia lupa kalau saat ini dirinya sedang bersama Adrien.

"Ma-maafkan aku, Ga ... Adrien," ujar Sheyla yang hampir saja menyebut nama Gavin.

Adrien menyipitkan matanya. "Ada apa denganmu? Kau sakit?"

"Ti-tidak, aku baik-baik saja," balas Sheyla sedikit tergagap. "Hanya saja ...."

"Hanya apa?" tanya Adrien saat Sheyla menggantungkan ucapannya.

"A-aku lapar. Ya, aku lapar karena belum sarapan."

Sheyla tidak sepenuhnya berbohong. Dia memang belum sarapan, tapi sebenarnya dia tidak begitu lapar. Bahkan dia sama sekali tidak nafsu makan.

"Ya ampun, kenapa kau tidak bilang dari tadi? Kalau begitu tunggu di sini, aku akan membelikamu sesuatu," ujar Adrien yang terlihat khawatir.

Belum sempat Sheyla membalas dan mencegah lelaki itu pergi, Adrien sudah langsung meninggalkannya. Sheyla berdecak seraya menatap punggung Adrien yang kian menjauh.

"Apa yang kau lakukan, Sheyla? Bisa-bisanya kau memikirkan Gavin di saat kau bersama Adrien!" bentak Sheyla pada dirinya sendiri.

°°°°

Beberapa menit kemudian Adrien kembali dengan membawa dua bungkus roti dan dua botol air mineral. Katanya hanya itu yang bisa dia dapatkan.

Sebenarnya itu bukan masalah, Sheyla justru merasa tidak enak hati pada Adrien. Namun, dia tidak tahu harus berkata apa. Jadi dia hanya tersenyum dengan tatapan penuh rasa terima kasih.

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang