🌬️ 28 : Sebuah kecupan

373 53 0
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

"AKU benar-benar tidak menyangka dia gadis seperti itu. Mentang-mentang dia cantik, dia jadi seenaknya sendiri," gerutu Sheyla sambil berjalan mondar-mandir di depan Gavin.

Sejak mereka pergi dari kafe hingga tiba di apartemen, Sheyla memang tak henti-hentinya menggerutu. Dia terkejut, tidak menyangka dan juga merasa dibohongi oleh Rosalind.

Gavin yang tengah duduk di sofa hanya bisa diam seraya menyandarkan punggungnya. Menonton Sheyla yang sedang melampiaskan kekesalannya.

"Kau juga jangan marah padaku. Aku bersumpah, aku tidak tahu apa pun soal ini," ujar Sheyla seraya menatap Gavin.

Gavin menyeringai. "Siapa juga yang marah padamu? Aku tahu kau sama tidak tahunya seperti aku. Kita sama-sama dibohongi, tapi beruntung kebohongan dia cepat terbongkar sebelum semuanya terlambat."

Sheyla mengangguk-anggukkan kepalanya, membenarkan ucapan Gavin. Kemudian dia duduk di samping lelaki itu.

"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Sheyla.

Gavin tidak langsung menjawab, dia terlihat sedang berpikir. Sejujurnya dia kecewa sekaligus tidak menyangka semua akan berakhir seperti ini. Lima gadis bumi yang Sheyla kenalkan padanya dan semua bernasib sama.

Namun, entah kenapa hati Gavin terasa begitu tenang. Dia sama sekali tidak cemas. Padahal waktu yang dia miliki untuk mencari pasangan hanya tersisa beberapa hari lagi.

Mungkinkah itu karena Gavin masih punya harapan terakhir? Selama ini dia selalu mengabaikannya, walaupun semua tanda yang ditunjukkan begitu jelas, tapi haruskah dia memberi tahu Sheyla sekarang?

"Hey, kenapa kau malah melamun?" tegur Sheyla saat Gavin terus saja diam.

Gavin berdecak. "Aku tidak melamun, aku sedang berpikir."

"Begitukah?"

"Ya."

"Kalau begitu apa yang kau pikirkan? Apa kau punya rencana lain? Atau kau akan menyerah saja?"

Gavin mengedikkan bahunya. "Entahlah, tapi aku ingin ... ingin bilang kalau ...."

"Apa? Kau ingin bilang apa?"

Sejujurnya Gavin sangat ragu mengatakan ini. Dia takut Sheyla akan menertawakannya atau kemungkinan terburuknya ....

"Gavin!"

"Aku ingin istirahat," ujar Gavin buru-buru. Dia bahkan hendak pergi kalau saja Sheyla tidak memegang tangannya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku!"

"Nanti saja, aku lelah dan aku mau istirahat. Kau juga sebaiknya istirahat," balas Gavin lalu pergi menuju kamarnya.

Sheyla mendengkus dan baru saja dia hendak mengata-ngatai Gavin, tiba-tiba saja ponselnya yang berada di atas meja bergetar.

"Adrien?" ujarnya saat membaca nama yang tertera di layar ponsel.

°°°°

Gavin yang tengah asyik menonton televisi, tiba-tiba mengalihkan tatapannya saat pintu kamar Sheyla dibuka dari dalam. Menampilkan sosok gadis cantik bergaun selutut dengan rambut panjang hitam yang tergerai indah.

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang