🌬️ 43 : Rencana pernikahan

315 43 2
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

DI ruang tamu yang cukup luas, Henry dan Kakek Roland tampak asyik berbincang-bincang, sedangkan Gavin yang baru masuk setelah mengucapkan terima kasih dan membayar kedua sopir taksi tadi, hanya bisa duduk diam sambil mendengarkan. Sesekali dia juga tersenyum dan berbicara apabila ditanya.

Tak berapa lama, Elina dan Sheyla datang dari dapur sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman. Kakek Roland tersenyum sambil mengucapkan terima kasih yang dibalas senyuman oleh Elina.

Setelah itu Sheyla duduk di samping Gavin, sedangkan Elina kembali ke dapur karena ada yang harus dikerjakan.

"Eum ... kenapa kopernya cuma satu?" bisik Sheyla saat dia hanya mendapati satu koper di samping Gavin.

"Kopermu dibawa Edgar dan dia masih di luar," jawab Gavin berbisik juga.

Kening Sheyla berkerut dan baru saja dia membuka mulut untuk bertanya, Sheyla langsung mengerti saat dia tidak melihat kehadiran adiknya.

"Sheryl," gumam Sheyla.

Gavin mengangguk sambil tersenyum geli. Sebaliknya, Sheyla malah mendengkus sebal. Adiknya memang tidak pernah tahan jika melihat lelaki tampan.

Beberapa saat kemudian Edgar masuk dengan diikuti Sheryl dari belakang. Gadis itu masih saja tersenyum malu-malu dengan pipi yang semakin merona.

Gavin tersenyum penuh arti pada Edgar. Sebaliknya, Sheyla malah memberi tatapan tajam pada Sheryl, tapi gadis itu tidak menghiraukannya. Dia malah berusaha mengajak Edgar mengobrol.

Sheyla memutar bola mata sebal, tapi dia langsung bersikap biasa saat Kakek Roland mengajukan pertanyaan padanya. Di saat itulah, Sheyla tidak lagi menghiraukan adiknya yang kecentilan.

Selama beberapa saat mereka sibuk berbincang-bincang. Banyak hal yang mereka bicarakan, salah satunya tentang fakta Kakek Roland yang masih bekerja di usia tuanya. Henry bahkan sampai tidak mempercayai hal itu.

"Kalau aku boleh tahu kau bekerja apa, Kakek Roland?" tanya Henry.

Seketika Sheyla dan Gavin saling memandang. Edgar bahkan sampai menelan ludah. Sebaliknya, Kakek Roland tampak begitu tenang.

"Aku hanya pemimpin desa," balasnya sambil tersenyum.

Henry tentu tidak menyangkanya. Meski begitu dia langsung memberi pujian dengan ekspresi kagum, sedangkan Sheyla, Gavin dan Edgar sama-sama bernapas lega.

Jujur saja Sheyla benar-benar merasa senang karena Ayahnya bisa langsung akrab dengan kakek Roland. Mereka bahkan sampai tertawa saat sedang bercanda.

Seandainya Sheyla tidak tahu siapa kakek Roland sebenarnya, mungkin dia hanya akan menganggap pria itu sebagai pria tua biasa. Karena dari penampilan dan juga sikap kakek Roland, dia terlihat tidak ada bedanya dengan manusia bumi.

Di saat asyik menyaksikan obrolan kedua pria itu, tiba-tiba Elina memanggil Sheyla dan Sheryl untuk membantunya di dapur. Kini hanya ada para lelaki di ruang tamu, sedangkan di dapur para perempuan sibuk menyiapkan makan siang.

°°°°

Sheryl kembali memasuki dapur setelah tadi disuruh Elina untuk memanggil para lelaki ke meja makan. Bisa Sheyla lihat keterkejutan Gavin dan Edgar ketika melihat banyaknya makanan yang tersaji di meja.

"Kalian pasti bekerja keras untuk menyiapkan semua ini," ujar Kakek Roland.

"Kalian tamu istimewa sudah sepantasnya kami menyiapkan hidangan yang istimewa juga," balas Elina.

"Terima kasih banyak kalau begitu," balas Kakek Roland sambil tersenyum penuh rasa terima kasih.

Lalu mereka semua duduk di kursi makan dan bersiap untuk menyantap hidangan yang sudah dibuat Elina dan kedua putrinya. Di saat Edgar hendak mengambil makanannya, Sheryl tiba-tiba mengambil alih.

THE MAN IN THE SKY [END]Where stories live. Discover now