🌬️ 38 : Cinta sejauh jarak antara langit & bumi

317 52 5
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

"SELAMAT ulang tahun, selamat ulang tahun, Gavin. Selamat ulang tahun," nyanyi Sheyla seraya membawa sebuah cup cake yang diberi lilin menyala di atasnya.

Gavin yang tengah asyik menonton seketika menatap Sheyla yang datang dari arah dapur. "Oh, ya ampun."

Kentara sekali keterkejutan dari raut wajah lelaki itu. Perasaan bahagia sekaligus terharu pun seketika menyerbu hatinya.

"Selamat tahun, Gavin," ujar Sheyla yang kini sudah duduk di samping Gavin.

Gavin tersenyum senang. "Terima kasih, Sheyla."

"Sekarang buatlah permohonan dan tiup lilinnya."

"Baiklah."

Gavin memejamkan matanya lalu segera membuat permohonan, sedangkan Sheyla hanya bisa menunggu sambil tersenyum. Setelah mengutarakan permohonannya, Gavin membuka mata kemudian meniup lilinnya.

"Bagaimana kau tahu hari ini aku ulang tahun? Aku saja tidak mengingatnya," tanya Gavin.

"Sebenarnya aku juga, tapi tadi aku melihat kalender dan ternyata hari ini tanggal 22," jawab Sheyla. "Lalu aku ingat kau pernah bilang hari ulang tahunmu tanggal 22 Juli."

Gavin kembali tersenyum dan dia tidak tahu lagi harus berkata apa untuk mengutarakan rasa terima kasih dan kebahagiaannya saat ini.

Sebelumnya Gavin tidak pernah mendapat kejutan, dia hanya selalu diberi ucapan dan hadiah saja oleh kakeknya atau terkadang oleh Edgar yang suatu keajaiban jika dia mengingat hari ulang tahunnya.

"Boleh aku memelukmu?" tanya Gavin.

"Apa?"

"Sebentar saja."

"Eum ... kau tidak mau memakan cup cake-nya dulu?" tanya Sheyla berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Aku mohon."

Sheyla menggigit bibir bawahnya, jujur dia bingung harus berbuat apa. "Oh, baiklah tapi —"

Ucapan Sheyla terhenti saat Gavin tiba-tiba mendekapnya erat, membuat dia seketika tak bisa berkutik terutama saat jantungnya kembali berdegup kencang. Gavin juga merasakan hal yang sama, tapi hal yang lebih dominan adalah rasa nyaman yang dia dapat kala memeluk gadis itu.

"Aku bersyukur bisa bertemu dan mengenalmu. Aku bahagia bisa tinggal dan menghabiskan waktu bersamamu," ujar Gavin yang berhasil membuat Sheyla terenyuh. "Terima kasih untuk semuanya dan aku harap ... setelah kita menikah, kita bisa terus bersama, selamanya."

Sheyla tidak membalas, dia malah berusaha melepaskan pelukan Gavin. "Lepaskan."

"Sebentar lagi."

"Tidak, lepaskan sekarang!"

Merasa ada yang aneh, mau tidak mau Gavin melepaskan pelukannya. Lalu ditatapnya Sheyla dengan lekat. "Ada apa?"

"Entahlah, tapi ... aku rasa ada sesuatu yang salah."

Kening Gavin mengernyit. "Apa yang salah?"

Mulut Sheyla terbuka, tapi tidak ada satu pun kata yang keluar saat dia tidak tahu bagaimana harus mengatakannya.

"Katakan, apa yang salah?" desak Gavin.

THE MAN IN THE SKY [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin