🌬️ 17 : Si cerdas Clarissa

356 55 2
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

"AKU sudah membuat daftar nama teman-temanku yang belum memiliki pasangan. Semuanya ada lima orang dan aku harap salah satu dari mereka ada yang cocok untukmu," ujar Sheyla seraya melihat daftar nama yang sudah dia tulis di buku.

"Aku harap juga begitu," balas Gavin. "Jadi siapa yang akan kita temui hari ini?"

Sheyla yang tengah berjalan di samping Gavin lantas menghentikan langkahnya. Saat ini mereka memang sedang berjalan menuju taman untuk menemui salah satu teman Sheyla.

"Namanya Clarissa, dia seorang dokter dan dia adalah gadis yang cerdas," jawab Sheyla. "Aku mengenalnya saat masih SMA, dia sangat suka belajar dan dia juga selalu menjadi juara kelas. Sayangnya, dia yang terlalu ambisius sama sekali tidak mempedulikan masalah percintaan. Dia juga terlalu pemilih dan alhasil sampai sekarang dia tidak punya pasangan."

"Baiklah, lalu bagaimana dengan yang lainnya?"

"Yang lain? Eum ... mungkin lebih baik aku memberi tahumu saat kita akan bertemu orangnya saja," jawab Sheyla.

Gavin mengangguk setuju. "Lalu apa menurutmu Clarissa akan menyukaiku?"

Sheyla berpikir sejenak. "Entahlah, tapi jika dia perempuan normal seharusnya dia langsung menyukaimu."

"Kenapa?"

"Ya, karena kau tampan, Gavin!" tegas Sheyla. "Kau lupa apa yang terjadi di kafe? Lalu saat kita pergi ke mal?"

"Tentu saja aku ingat," jawab Gavin. "Jadi ... apa kau juga menyukaiku?"

"Apa?" Mata Sheyla terbelalak. "Te-tentu saja tidak!"

"Kalau begitu kau bukan perempuan normal."

"Tentu saja aku normal!"

"Tapi tadi kau bilang —"

"Lupakan apa yang aku bilang tadi!" sentak Sheyla dengan mata melotot.

Bukannya takut Gavin malah tampak ingin tersenyum, sedangkan di dalam hati Sheyla merutuki kebodohannya. Dia kesal tapi juga malu dan bagaimana bisa dia terjebak ucapannya sendiri?

"Aku harap salah satu dari temanmu ada yang sesuai dengan tipeku," ujar Gavin mengalihkan topik pembicaraan.

"Tipemu?" ulang Sheyla dengan kening berkerut.

"Ya, kenapa?"

Sheyla mengedikkan bahunya. "Tidak, hanya saja ..." Sheyla tidak tahu harus berkata apa jadi dia bertanya, "Seperti apa gadis tipemu itu?"

Gavin berpikir sejenak. "Aku tidak terlalu peduli tentang fisik, aku hanya berharap gadis yang kunikahi tidak pemarah, tidak cerewet, kalau berbicara lemah lembut dan bukannya berteriak, lalu —"

"Apa kau sedang menyindirku?" potong Sheyla seraya menatap Gavin penuh selidik.

"Apa?"

Sheyla mendengkus. "Aku tahu aku pemarah, cerewet dan suka berteriak, tapi haruskah kau —"

"Tidak, tidak," tukas Gavin. "Aku tidak menyindirmu, yang kumaksud adalah ... kau tahu? Gadis yang dijodohkan denganku? Olivia? Dia gadis yang cantik, tapi karena dia pemarah, cerewet dan suka berteriak, aku jadi tidak menyukainya."

"Begitukah?"

"Ya."

"Kau tidak menyindirku?"

"Tidak," jawab Gavin. "Ya, walaupun sikap kalian memang sebelas dua belas."

Sheyla melotot lalu didorongnya bahu Gavin dengan keras. "Asal kau tahu saja, Gavin. Kau juga bukan tipeku!" sentak Sheyla. "Aku akui kau tampan, tapi sikapmu yang menyebalkan dan suka membuatku marah, kau jelas jauh dari tipeku!"

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang