🌬️ 50 : Malam tahun baru

606 37 0
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

GAVIN menyibakkan sedikit gorden jendela dan bisa dia lihat di jalanan cukup banyak kendaraan dan orang-orang yang berlalu-lalang. Jelas pemandangan seperti itu tidak biasanya terjadi, apalagi di malam yang hampir larut seperti ini.

"Malam ini malam pergantian tahun," ujar Sheyla yang tiba-tiba datang sembari membawa nampan berisi dua cangkir kopi, beberapa kudapan, dan sebuah kotak obat.

Gavin yang menatap Sheyla tampak mengangguk pelan. Lalu dia menutup gorden dan menghampiri Sheyla yang sudah duduk di sofa.

"Aku obati dulu lukamu," kata Sheyla seraya membuka kotak obat di pangkuannya.

Gavin tidak membalas, dia hanya diam seraya menatap Sheyla yang entah sedang melakukan apa.

"Tahan sebentar, mungkin akan sedikit perih."

Baru saja Sheyla menempelkan kapas yang sudah diolesi alkohol pada luka Gavin, lelaki itu langsung mengerang sembari memundurkan kepalanya. Dia juga menatap tajam pada Sheyla saat lukanya terasa sangat perih.

"Ck, sudah aku bilang, kan? Tahan sebentar," kata Sheyla lalu menempelkan kapas itu lagi sembari memegangi wajah Gavin.

Ingin sekali Gavin menepis tangan Sheyla, apalagi saat lukanya semakin perih, tapi yang bisa dia lakukan hanyalah mengerang.

"Aku tidak berniat melukaimu, tapi aku rasa kau memang pantas mendapatkannya."

Gavin tersenyum kecut. "Ya, bahkan aku pantas mendapatkan yang lebih dari ini."

Tangan Sheyla berhenti bergerak. Dia juga menganggukkan kepalanya, mengiyakan ucapan lelaki itu.

"Aww!" pekik Gavin saat Sheyla tiba-tiba menekan lukanya.

Bukannya merasa bersalah, Sheyla malah tersenyum geli. "Begitu saja sakit."

Gavin berdecak. "Kau tidak merasakannya."

"Ya, tapi rasa sakit yang kau rasakan sekarang tidak sebanding dengan rasa sakitku selama empat bulan ini," balas Sheyla.

"Kau pikir cuma kau saja?"

"Apa?"

"Hatiku juga sakit, Sheyla. Terutama saat kau terus berduaan dengan sahabatmu," ujar Gavin yang sukses membuat Sheyla terkejut. "Kau pikir aku tidak tahu, hah?"

Dengan susah payah Sheyla menelan ludahnya. "A-aku bisa jelas—"

"Tidak perlu, aku sudah melihat semuanya dari bola kristal."

Entahlah bagaimana perasaan Sheyla saat ini. Selama ini dia selalu beranggapan jika Gavin tidak mungkin mengetahui apa yang dia lakukan. Sayangnya, baru dia sadari jika Gavin bukanlah manusia biasa dan pastinya dengan mudah dia mengetahui segalanya.

"Ma-maafkan ak—"

"Aku percaya padamu," potong Gavin. "Tapi tidak dengan sahabatmu."

Sheyla menatap Gavin dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu dia berkata, "Setidaknya kau percaya padaku."

"Ya, tapi aku sangat berharap kau tidak terlalu dekat dengannya. Kau tahu sendiri aku —"

"Ya, ya, kau cemburu," tukas Sheyla.

Gavin mengangguk, sedangkan Sheyla tampak tersenyum seraya kembali mengobati luka Gavin.

"Rasanya tidak adil, kau bisa melihat semua yang aku lakukan, tapi aku tidak bisa melihatmu sama sekali," ujar Sheyla.

"Aku melakukannya hanya untuk memastikan kau baik-baik saja," balas Gavin.

"Dan kau pikir aku baik-baik saja?"

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang