🌬️ 45 : Hari yang ditunggu

335 41 0
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

SATU bulan adalah waktu yang singkat. Di mana hari-hari yang dilalui berlalu begitu cepat, seakan-akan waktu antara pagi menuju malam hanya sekitar satu jam saja. Begitulah yang Sheyla dan Gavin rasakan selama satu bulan menjelang pernikahan mereka.

Selain waktu yang berlalu begitu cepat, hampir setiap hari mereka juga disibukkan dengan berbagai hal. Waktu dan tenaga mereka kerahkan semaksimal mungkin agar saat hari pernikahan tiba, semua berjalan dengan lancar tanpa ada kesalahan sekecil apa pun.

Grania dan timnya pun bekerja dengan gesit. Jika tidak ada mereka mungkin Sheyla dan Gavin akan kewalahan mengurus semuanya.

Tak terasa kini tinggal satu minggu lagi hari yang mereka tunggu akan segera tiba. Sampai sejauh ini semua persiapan sudah sesuai dengan apa yang mereka harapkan.

"Ah, ya, semua memang serba mendadak," ujar Sheyla saat dia sedang bervideo call bersama kelima temannya di ruang tamu.

Seminggu menjelang pernikahan undangan tentu sudah disebar dan hampir semua teman Sheyla tidak percaya jika dirinya akan segera menikah. Parahnya, calon suaminya adalah Gavin, lelaki yang pernah gadis itu kenalkan pada mereka.

Sejujurnya Sheyla malu sekaligus takut mengakui semuanya, tapi akhirnya dia menceritakan kalau Gavin bukanlah sepupunya dan dia meminta maaf karena sudah berbohong.

"Sudah kubilang, kan, kalau dia itu lebih cocok denganmu," ujar Brian yang teringat akan ucapannya waktu itu.

"Tapi aku sungguh tidak menyangka kau akan menikah dengannya. Maksudku, bukankah kau dekat dengan Adrien?" tanya Ainsley.

"Ya, tapi dia hanya sahabatku," balas Sheyla. "Memangnya kenapa?

"Beberapa waktu lalu aku bertemu dengannya di toko dan aku menceritakan kejadian saat kau datang ke rumahku. Apa kau tidak memberi tahunya tentang Gavin?"

"Apa?" Sheyla tentu terkejut mendengarnya.

"Kemarin aku juga bertemu dengannya lagi dan ternyata dia juga tidak tahu kau akan menikah. Apa kau tidak mengundangnya?"

Sheyla tidak langsung menjawab, dia masih syok dan berusaha untuk mencerna semuanya. Mungkinkah saat Ainsley menceritakan kejadian itu, Adrien marah padanya? Apa itu sebabnya juga dia tidak bisa dihubungi?

"Sheyla, aku butuh ban—" Ucapan Gavin terhenti saat dia mendengar suara gaduh kala dirinya duduk di samping Sheyla.

Lalu saat dia menatap laptop gadis itu, bisa dia lihat kelima gadis yang pernah dia temui saling melambai dan menyapanya. Gavin yang terkejut, hanya bisa tersenyum kikuk.

Lalu saat dia menatap Sheyla, keningnya seketika berkerut kala melihat gadis itu seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Sheyla, kau tidak apa-apa?"

Sheyla menatap lelaki itu, lalu mengangguk. "Ya, kau tadi bilang apa?"

"Aku butuh bantuanmu," balas Gavin yang terlihat masih curiga kalau Sheyla sedang menutupi sesuatu darinya.

"Ah, baiklah," ujar gadis itu.

Sheyla lalu menatap semua temannya dan setelah berpamitan, dia memutuskan sambungan video call mereka.

°°°°

Tiga hari menjelang pernikahan semua persiapan hampir selesai. Grania juga bilang sudah saatnya Sheyla dan Gavin beristirahat dan bersiap menyambut hari bersejarah dalam hidup mereka.

Namun, bukannya beristirahat hari ini Sheyla dan Gavin justru akan pergi ke sebuah tempat yang cukup jauh dan beruntungnya mereka, karena Henry mau meminjamkan mobilnya. Bahkan dia rela pergi ke kantor dengan menaiki taksi.

THE MAN IN THE SKY [END]Where stories live. Discover now