🌬️ 36 : Bersenang-senang di atas awan

321 57 2
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

SHEYLA menatap tangan Gavin yang terulur padanya dengan kening berkerut. Lalu saat dia kembali menatap Gavin, Gavin memberi isyarat agar Sheyla membalas uluran tangannya.

Meski ragu, tapi Sheyla tetap menaruh tangannya di atas telapak tangan Gavin dan seketika itu juga, Gavin menarik Sheyla untuk bangun hingga keduanya saling berhadapan.

Gavin tersenyum, sedangkan Sheyla hanya diam tanpa ekspresi. Lalu tiba-tiba saja Gavin memasukkan tangan Sheyla ke lengan kardigan yang tadi hanya menyelimuti punggungnya. Tak hanya itu, dia juga menyelipkan rambut Sheyla ke belakang telinganya.

Gavin tertawa kecil saat Sheyla hanya diam dengan apa yang dia lakukan. Hal itu bukan tanpa alasan, detak jantung Sheyla yang kian bertalu, membuat gadis itu tak bisa berkutik.

"Sekarang mundurlah," titah Gavin.

"Apa?"

"Mundur."

"Untuk apa?"

"Mundur saja."

"Tidak, aku tidak mau."

Gavin berdecak. "Mundur atau aku akan menciummu?"

Mata Sheyla terbelalak dan karena gadis itu tidak kunjung menurut, Gavin yang tidak main-main dengan ancamannya lantas mendekatkan wajahnya.

Sadar akan hal itu, Sheyla buru-buru menjauh sampai ke pembatas balkon seraya menatap Gavin dengan waspada. Gavin tersenyum geli, lalu ditatapnya Sheyla yang kini berjarak satu meter di depannya.

"Baiklah, aku akan menunjukkan sesuatu padamu, tapi pastikan kau tidak akan pingsan." Ada sedikit nada meledek dalam ucapan Gavin.

Sheyla mendengkus, lalu dia menyilangkan tangannya di dada. Entah kenapa, tapi saat bersama Gavin perasaan Sheyla sering berubah secara drastis.

Seperti tadi, Gavin berhasil membuatnya bahagia dengan pernyataan cintanya dan sekarang Sheyla dibuat kesal karena ucapan lelaki itu.

Belum sempat kekesalan Sheyla mereda, dia dibuat terkejut saat Gavin tiba-tiba membuka bajunya.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau—apa itu?!"

Sheyla berteriak saat dia kembali dikejutkan oleh sesuatu yang tiba-tiba muncul dari balik punggung Gavin. Dia juga spontan menutup mulutnya yang menganga, sedangkan matanya tampak terbelalak tak percaya.

Sebaliknya, Gavin tampak berdiri diam dengan ekspresi yang begitu tenang. Bibirnya pun tampak menyunggingkan senyum saat menyaksikan keterkejutan gadis di hadapannya.

Kalau saja Sheyla tidak menutup mulutnya, dia pasti sudah berteriak sekarang juga. Bagaimana tidak? Sesuatu yang berwarna putih dan berbulu, yang awalnya kecil tapi semakin lama semakin membesar terus muncul dari balik punggung Gavin. Hingga akhirnya, sepasang sayap putih yang gagah dan begitu menakjubkan terbentang sepenuhnya.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Gavin.

Sheyla yang masih syok tidak langsung menjawab. Dia malah menyingkirkan tangannya yang bergetar dari mulut dan dengan sudah payah dia menelan ludahnya.

"Ka-kau bercanda? Ka-kau sungguh punya sayap?" tanya Sheyla dengan suara bergetar.

"Tentu saja, bukankah aku sudah pernah bilang?"

"Ya, ta-tapi ... oh, ya ampun! Benar-benar sulit dipercaya!"

Lagi-lagi Gavin tersenyum geli. "Aku tidak mau menunggu sampai keterkejutanmu menghilang. Jadi sebaiknya kita pergi sekarang."

THE MAN IN THE SKY [END]Where stories live. Discover now