🌬️ 46 : Patah hati terhebat

354 37 0
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

GAVIN yang tengah tertidur tiba-tiba membalikkan badan seraya meraba sisi tempat tidur. Sadar jika orang yang dia cari tidak ada di sana, Gavin lantas membuka matanya dan benar saja, sisi tempat tidur yang seharusnya ditempati Sheyla ternyata kosong.

Dengan kening berkerut dan kondisi setengah sadar, Gavin bangun dari posisinya seraya menatap jam yang menunjukkan pukul delapan pagi. Pantas saja Sheyla tidak ada, rupanya dia bangun kesiangan.

Setelah kesadarannya terkumpul sepenuhnya Gavin turun dari tempat tidur dan berjalan keluar dari kamar, mencari gadis yang sejak tiga hari lalu sudah menjadi istrinya.

Gavin merenggangkan tubuhnya seraya menatap ke ruang tamu yang masih berantakan. Setelah lebih dari sebulan tinggal di rumah Henry, akhirnya kemarin mereka kembali ke apartemen.

Sudah bisa dipastikan bagaimana kondisi apartemen setelah ditinggal cukup lama. Hampir semua permukaan benda ditutupi oleh debu. Bahkan di sudut-sudut rumah terdapat banyak sarang laba-laba.

Meski kemarin mereka sudah membersihkan debu dan sarang laba-labanya, tapi mereka belum sempat merapikan barang-barang bawaan yang menumpuk di ruang tamu. Jujur saja membersihkan dan merapikan rumah adalah pekerjaan yang sangat merepotkan dan sangat melelahkan.

Mendengar suara keributan dari arah dapur, Gavin lantas berjalan ke sana dan betapa terkejutnya dia saat melihat Sheyla berdiri di atas kursi makan seraya mengeluarkan semua isi lemari lalu melemparkannya begitu saja ke lantai.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Gavin membuat Sheyla terperanjat. Bahkan dia hampir saja terjatuh kalau tidak berpegangan pada pintu lemari.

"Menurutmu?" tanya Sheyla ketus seraya memberi tatapan tajam.

Gavin mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu, makanya aku bertanya."

Sheyla mendengkus. "Lihat itu!"

Gavin melihat ke arah yang ditunjuk Sheyla, tepatnya pada makanan yang berserakan di lantai. Lalu setelah dilihat dengan teliti, barulah Gavin mengerti apa yang membuat Sheyla kesal.

Hampir semua makanan mereka di lemari tampak berjamur dan berdebu. Sebenarnya tidak heran hal itu terjadi, mereka memang pergi cukup lama dan tidak ada yang membersihkan apartemen.

"Sudahlah, kita beli saja makanan yang baru lalu kita bersihkan rumah ini, bagaimana?" ujar Gavin.

Walau masih sedikit kesal, tapi tak urung Sheyla menganggukkan kepalanya. "Baiklah, tapi kau harus temani aku berbelanja."

"Bukan masalah," balas Gavin lalu dia mengulurkan kedua tangannya ke arah Sheyla. "Sekarang turun."

Sheyla tersenyum mencemooh, tapi tak urung dia melingkarkan kedua tangannya di leher Gavin, sedangkan lelaki itu memeluk punggung Sheyla sembari menurunkannya dari atas kursi.

°°°°

Sheyla dan Gavin baru saja memasuki toko dan bisa gadis itu lihat Adrien sedang menghitung belanjaan seorang pembeli di meja kasir. Mendadak ada perasaan aneh yang menghampiri hati Sheyla. Sebuah perasaan yang sulit dijelaskan oleh kata-kata.

Sadar jika dirinya sedang ditatap, Adrien lantas menengok ke arah pintu masuk dan seketika itu juga, tatapannya bertemu dengan tatapan Sheyla.

Sheyla tersenyum sembari melambaikan tangannya, tapi Adrien malah memalingkan wajah, membuat senyum Sheyla seketika sirna.

"Kau baik-baik saja?" tanya Gavin membuat Sheyla langsung menatapnya.

"Y-ya ... a-aku baik," balas Sheyla tergagap.

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang