🌬️ 5 : Malam yang horor

682 84 4
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

"KAU yakin tidak apa-apa aku tinggal?" tanya Adrien saat dia dan Sheyla sudah berada di depan gedung apartemen.

Sheyla yang sedang merapatkan jaketnya hanya bisa mengangguk. Sejujurnya dia masih sangat ketakutan, tapi karena Adrien sudah mengantarnya pulang seharusnya dia sudah aman.

"Eum ... Sheyla," panggil Adrien seraya mengusap tengkuknya. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Apa kau mengenal lelaki tadi?"

Adrien yang sejak tadi penasaran pun akhirnya tidak bisa menahan diri lagi untuk bertanya. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai Sheyla begitu ketakutan seperti ini.

"Entahlah, tapi apa kau ingat orang yang aku ceritakan dua minggu yang lalu? Orang yang menolongku dari para preman?"

Adrien tampak berpikir sejenak. "Ah, ya, kau bilang dia menghajar para preman itu, tapi dia sama sekali tidak menyentuhnya, kan?"

Sheyla mengangguk. "Ya, dan aku rasa tadi dia orangnya."

"Benarkah? Tapi kenapa kau malah ketakutan? Dia yang menolo—"

"Adrien, apa kau tidak mengerti juga?!" tanya Sheyla yang tampak kesal. "Dia bukan manusia, Ad. Tidak ada manusia yang bisa menghajar orang lain tanpa menyentuhnya!"

Kali ini Adrien terdiam atau lebih tepatnya tidak tahu harus menjawab apa. Sejujurnya dia tidak begitu percaya dengan apa yang Sheyla ceritakan tentang kejadian malam itu.

Mungkin saja karena saat itu dia sedang ketakutan dan hari juga sudah sangat malam, Sheyla jadi tidak melihat dengan jelas saat lelaki itu menghajar para preman yang mengejarnya.

Adrien semakin yakin akan hal itu karena saat melihat lelaki tadi, lelaki itu terlihat seperti manusia biasa. Kakinya menyentuh tanah dan semua orang juga bisa melihatnya.

Hanya saja harus Adrien akui jika lelaki itu memang lebih tampan dari lelaki pada umumnya. Namun, hanya karena dia lebih tampan bukan berarti dia bukan manusia, kan?

"Baiklah, yang paling penting kau baik-baik saja sekarang," ujar Adrien yang tidak tahu lagi harus berkata apa.

"Tapi kau percaya padaku, kan?"

Adrien terdiam sejenak sampai akhirnya dia mengangguk pelan. Dia memilih mengiyakan ucapan Sheyla karena tidak ingin memperpanjang masalah ini, apalagi kalau sampai berdebat dengan gadis itu.

"Lebih baik kau segera masuk dan beristirahat. Aku yakin kau pasti sangat lelah," ujar Adrien yang langsung diangguki Sheyla.

"Baiklah, terima kasih sudah mengantarku dan hati-hati di jalan."

Adrien mengangguk. "Kalau ada hal yang tidak beres langsung hubungi aku."

Lagi-lagi Sheyla hanya menganggukkan kepalanya lalu tanpa berkata apa-apa lagi dia segera masuk ke gedung. Di saat yang bersamaan Adrien juga segera pergi dari sana.

Tanpa Sheyla ataupun Adrien sadari, Gavin sebenarnya mengikuti mereka sejak keduanya keluar dari kafe. Bahkan sejak tadi dia bersandar di tiang listrik tak jauh dari mereka dan menguping apa saja yang mereka bicarakan.

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang