🌬️ EPILOG

1K 57 8
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

LIMA belas bulan kemudian ...

Setelah begitu lama menanti, setelah banyaknya penolakan dan kegagalan yang Sheyla hadapi. Akhirnya hari ini datang juga, hari di mana Sheyla berhasil mewujudkan mimpinya.

Harus Sheyla akui semua itu terjadi berkat bantuan Adrien. Kalau saja dia tidak memperkenalkannya pada Robby, hari ini mungkin tidak akan pernah terwujud.

"Apa kau gugup?" tanya Adrien pada Sheyla yang sedari tadi terus memilin jarinya.

"Tidak ... atau mungkin saja," balas Sheyla seraya memandang lurus ke pintu toko yang masih tertutup.

Meski begitu bisa dia lihat orang-orang sudah berkumpul di luar, menunggu pintu dibuka sekitar sepuluh menit lagi.

Adrien tersenyum. "Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja. Bukankah ini yang kau mau?"

Sheyla tidak membalas, dia hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Adrien lantas merangkul Sheyla sembari mengusap-usap bahunya, berharap gadis itu bisa sedikit tenang.

Setelah melalui proses yang cukup panjang, bahkan memakan waktu sampai berbulan-bulan. Akhirnya hari ini Sheyla akan merilis novel pertamanya yang berjudul 'Sky Man'. Sebenarnya, kalau dia tidak merombak ulang ceritanya, dia bisa memeluk novelnya sejak tahun lalu.

Novelnya bukan hanya akan dijual di toko buku saja, tapi juga bisa dibeli secara online. Namun, jika ingin mendapatkan tanda tangan Sheyla secara langsung dan berfoto dengannya, maka para pembeli harus datang ke toko buku dan sungguh di luar dugaan Sheyla, karena cukup banyak orang yang datang.

Sekadar informasi, selama satu tahun lebih ini Sheyla aktif menulis di aplikasi online dan berkat kerja kerasnya, dalam waktu singkat dia sudah memiliki penggemar sendiri.

Meski begitu, Sheyla harus membagi waktunya dengan baik karena sejak tahun kemarin, dia juga mulai bekerja di kantor ayahnya. Sheyla benar-benar memanfaatkan waktu yang dia miliki untuk mimpi dan juga pekerjaannya.

"Bersiaplah, sebentar lagi pintunya dibuka," kata seorang gadis memberi tahu.

Sheyla tersenyum lalu mengangguk. Jujur dia semakin gugup, bahkan jantungnya berdetak berkali-kali lipat.

"Aku harap tidak akan ada tikus raksasa yang datang," gumam Sheyla.

"Kau bilang apa?" Adrien bertanya.

"Eum ... tidak ada. Aku bilang, aku sudah siap," balas Sheyla sembari tersenyum menyakinkan.

"Bagus kalau begitu."

Karena sebentar lagi toko akan dibuka, maka gadis tadi menyuruh Sheyla untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Di sana juga ada meja dan alat tulis yang nanti akan digunakan Sheyla untuk menandatangani bukunya.

Adrien sendiri tampak berdiri beberapa meter dari Sheyla sambil terus mengamati gadis itu. Sesekali dia juga mengambil foto Sheyla menggunakan kamera ponselnya.

Pukul sepuluh tepat pintu toko dibuka dan seketika orang-orang yang tadi berada di depan pintu berhamburan masuk.

Meskipun sudah disuruh untuk mengantre, tapi pada kenyataannya orang-orang malah mengelilingi meja Sheyla sembari menyodorkan buku padanya.

Sebisa mungkin Sheyla terus menyunggingkan senyum, beberapa kali dia juga membalas sapaan dan pertanyaan dari para penggemar, tak sedikit juga ada yang meminta foto bersama.

"Boleh minta foto tidak?" tanya seorang gadis yang saat Sheyla menatapnya, dia langsung terkejut.

Bagaimana tidak? Gadis itu adalah gadis yang pernah bertemu dengannya di halte dan yang pernah meminta foto bersama ... tidak, Sheyla tidak akan menyebut namanya.

THE MAN IN THE SKY [END]Where stories live. Discover now