🌬️ 48 : Hari-hari tanpa Gavin

337 40 0
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

SHEYLA menatap langit malam dari jendela kamarnya, berharap bisa melihat Gavin kembali. Walaupun sebenarnya dia tahu Gavin tidak mungkin kembali malam ini.

Pasti akan ada banyak hal yang harus Gavin urus di sana dan Sheyla berusaha untuk mengerti hal itu. Namun, tak bisa dipungkiri betapa sepinya apartemen Sheyla sekarang.

"Aku harap besok kau pulang," gumam Sheyla. Lalu setelah mengembuskan napas dia segera menutup gordennya.

Meski belum ditinggal sehari, tapi Sheyla yang hanya tinggal berdua bersama Gavin sangat merasakan kehilangan kala lelaki itu meninggalkannya. Apalagi dia juga tidak tahu kapan Gavin akan pulang.

Berulang kali Sheyla mengubah posisi tidurnya, berharap bisa tertidur dengan nyenyak. Sayangnya, pikiran Sheyla yang terus tertuju pada Gavin, membuat dia terus terjaga.

Dia bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan lelaki itu sekarang? Apakah dia sudah makan? Apakah Gavin menangis lagi? Apakah dia merindukannya? Dan masih banyak pertanyaan yang menganggu pikiran Sheyla.

Kesunyian malam ini benar-benar terasa karena satu-satunya suara yang terdengar hanyalah suara jarum jam yang terus berdetik. Hingga tengah malam tiba, Sheyla masih belum tertidur juga. Dia malah asyik bermain ponsel, melihat-lihat foto dirinya dan Gavin.

Entah untuk keberapa kalinya Sheyla menguap, tapi saat dia berusaha untuk tidur, dirinya masih saja terjaga. Sampai akhirnya jam menunjukkan pukul empat pagi di mana Sheyla baru bisa benar-benar terlelap.

°°°°

Keesokan harinya Sheyla baru bangun di saat matahari sudah meninggi dan bisa dia rasakan selain berdenyut, kepalanya juga terasa begitu berat.

Ingin sekali Sheyla terus di tempat tidur, tapi perutnya yang lapar menuntut gadis itu untuk  pergi ke dapur. Dengan enggan dia keluar dari kamar sembari memegangi kepalanya yang terus berdenyut-denyut.

Dicarinya makanan apa pun yang bisa langsung dia makan dan yang dia temukan hanyalah roti berserta beberapa camilan.

Awalnya makan sendirian di meja makan bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan, tapi Sheyla mendadak kehilangan nafsu makan saat tiba-tiba dia teringat Gavin.

"Apa kau akan pulang hari ini?" tanya Sheyla entah pada siapa.

Pertanyaan itu terus dia tanyakan selama beberapa hari berikutnya. Karena sampai seminggu lebih tidak ada tanda-tanda Gavin akan segera pulang.

Sheyla juga tak henti-hentinya bertanya apa yang sebenarnya Gavin lakukan? Kenapa dia tidak kunjung kembali? Apa yang menghambatnya?

Namun, tak ada satu pun pertanyaan Sheyla yang terjawab hingga hampir satu bulan sudah Gavin meninggalkannya. Jujur Sheyla mulai takut sekarang, takut bila Gavin tidak akan pernah kembali lagi padanya.

°°°°

"Aku tidak tahu," ujar Sheyla dengan kepala menunduk.

Hari ini Henry datang ke apartemen Sheyla dan menanyakan di mana Gavin berada. Seminggu setelah Gavin tak kunjung kembali, Sheyla memang memberi tahu orangtuanya tentang kepergian Gavin.

Dia juga memberi tahu tentang meninggalnya kakek Roland dan Sheyla dimarahi habis-habisan karena tidak mengabari mereka. Awalnya Sheyla diminta untuk mengantar mereka ke tempat Gavin, tempat di mana lelaki itu dilahirkan karena di sanalah setahu mereka Gavin berasal.

Namun, Sheyla tentu menolak dan dia rela dimarahi lagi. Karena rasanya percuma mereka ke sana, Gavin tidak ada di tempat kelahirannya.

Gavin berada di atas langit, di dunianya yang berbeda dengan manusia biasa dan Sheyla tidak mungkin mengatakan hal itu.

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang