71. Mansion Bhalendra

26.7K 3K 1.2K
                                    

Ramaikan lagi 1k vote + 1k komen dikit lagi yuk bisa🥺

•••

Hari Sabtu pukul 18

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari Sabtu pukul 18.30 malam, Arsen duduk di ruang tamu rumah Alanna menunggu gadis itu bersiap-siap, karena malam ini sesuai janji beberapa hari yang lalu untuk mempertemukan Alanna dengan Kakek dan Nenek Arsen di Mansion Bhalendra.

Alanna turun dengan mengenakan pakaian sederhana namun terkesan formal. Ia menghampiri Arsen yang duduk memandangi taman dari dalam. Mendengar suara langkahan, Arsen menoleh dan mendapati Alanna yang berjalan menghampirinya.

Raut wajah Alanna menandakan tidak yakin untuk bertemu Kakek dan Nenek kekasihnya, tapi Arsen selalu bisa menenangkan dan membuat rasa tidak yakin Alanna itu berubah.

Selama di perjalanan, Alanna diam. Arsen mengerti alasan di balik diamnya gadis itu. Bertepatan saat lampu hijau menyala, ia raih telapak tangan gadis itu dan ia letakkan di atas persneling.

Alanna menoleh. "Takut..."

"It's okay."

•••

Sampailah mereka di bangunan menjulang tinggi bak istana, Mansion Bhalendra. Kedatangan mobil Arsen di sambut hangat oleh beberapa petugas yang ada di sana. Bahkan, ketika mereka berdua turun dan masuk ke dalam rumah besar itu pun banyak sekali pelayan yang menyambutnya.

Arsen terus menggenggam tangan Alanna. Ia sama sekali tidak berniat untuk melepaskan genggamannya.

"Arsen, aku pulang aja, ya?" bisik Alanna takut. "Aku nggak siap."

Belum sempat Arsen menjawab, Terra—sang Nenek datang keluar dari satu ruangan menyambut kedatangan mereka berdua. Nenek menghampiri mereka, namun pandangannya tak pernah luput dari gadis di samping cucunya.

Arsen melepas genggaman dan segera memeluk sang Nenek. "Nenek," sapanya.

Terra membalas pelukan sang cucu. "Akhirnya kamu datang juga, Nak."

Arsen mengurai pelukan, lalu ia menuntun Alanna untuk mendekat dengannya. "Nek, kenalin Alanna, pacar Arsen."

Alanna tersenyum kaku, lalu ia mencium punggung tangan Nenek. "Alanna, Nek."

Melihat penampilan Alanna yang sangat cantik dan anggun, Sang Nenek tidak berhenti tersenyum kagum. Melainkan, Nenek mengusap puncak kepala Alanna lembut.

Terra menoleh menatap Arsen bangga. "Cantik, ya? Cantik banget." ungkap Nenek.

Arsen hanya bisa tersenyum mendengar sang Nenek memuji Alanna tiada henti. Mendengar pujian dari Nenek, Alanna tersipu malu.

"Gimana kamu sama Arsen, Nak? Dia cuek nggak sama kamu?" tanya Terra penasaran.

Alanna melirik Arsen sekilas, lalu ia tersenyum kecil. "Kadang-kadang, Nek."

ARSENIOWhere stories live. Discover now