MGMH 5

207K 20.2K 1.6K
                                    

Hai pren, up lagi nih.

Sorry kemarin gak up.

Apa kabar kalian?

Terimakasih untuk 11,2k readers, selama satu minggu ini. Awal tahun yang membuat saya bahagia.

Jangan lupa vote dan komennya pren.

Terimakasih buat kalian yang udah setia nungguin MGMH.

Jangan lupa baca Ayara Albirru juga pren, itu cerita pertama aku:)

{HAPPY READING}

🌹🌹🌹

"Boleh bantu saya untuk menjaga hafalan santriwati?"

"Kapan?"

"Besok pagi, ba'da subuh."

"Kenapa gak Gus saja?" tanya Nazwa

Gus Maulana hanya tersenyum tipis, Nazwa yang melihat senyuman Gus Maulana terasa terhipnotis. Ini pertama kalinya ia melihat senyum laki-laki dari jarak yang lumayan dekat.

"Aduh, kok aku deg degan ya. Senyum Gus Maulana juga manis banget... Eh, astaghfirullah Nazwa, inget, bukan mahrom kamu," ucap Nazwa dalam hati.

"Saya kurang suka menjaga hafalan santriwati, Nazwa," ujar Gus Maulana.

"Tapi tadi Gus jaga hafalan saya, saya kan masih santriwati disini."

"Beda, kamu beda dari mereka."

"Beda?" beo Nazwa.

"Iya, kamu beda dari mereka semua."

"Mau tau apa yang membuat kamu beda dari mereka, hm?" tanya Gus Maulana, dengan nada lembut.

Deg.

Jantung Nazwa serasa berdetak dua kali lebih cepat. Mendengar nada lembut yang keluar dari mulut Gus Maulana, berbuat nya menghangat. Entah rasa apa yang ia rasakan saat ini.

Sebelumnya, Nazwa tidak pernah deg degan ketika berbicara dengan laki-laki, tapi dengan Gus Maulana, ia seakan habis kata-kata. Dan entah kenapa ia juga betah berbincang dengan Gus Maulana.

"E-emang saya beda kenapa, Gus?" tanya Nazwa gugup.

Gus Maulana yang mendengar pertanyaan Nazwa tekekeh pelan. Walaupun gugup, Nazwa tetap menanyakan kenapa dia berbeda.

"Nanti saya kasih tau, setelah kita halal," ujar Gus Maulana dengan nada pelan, namun masih bisa didengar oleh Nazwa.

Kepala Nazwa terangkat. Netra coklatnya bertemu dengan netra hitam legam itu. Lagi-lagi, baik Nazwa maupun Gus Maulana, mereka sama-sama terdiam ketika netra mereka saling bertemu.

Nazwa ingin memutuskan pandangannya, namun entah kenapa sangat susah. Begitupun Gus Maulana, entah kenapa ia betah memandang netra coklat itu.

"Astaghfirullah," ucap Nazwa dan Gus Maulana bersamaan, saat setelah sadar apa yang mereka perbuat adalah termasuk zina mata.

"Lupakan apa yang saya katakan tadi!!" ujar Gus Maulana. Nazwa hanya menganggukkan kepalanya.

"Jadi, apa kamu bisa bantu saya besok?"

"Iya, saya bisa."

"Alhamdulillah," ujar Gus Maulana.

"Kalau gitu saya permisi dulu Gus, besok ba'da subuh, saya langsung ke aula untuk menggantikan Gus menjaga hafalan santriwati," ujar Nazwa.

My Gus My Husband [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang